Pemain Timnas di SFC Tak Dapat Jaminan Tempat Inti
Diakuinya dirinya pun sudah mengantongi bayangan mengenai starting eleven ideal Laskar Wong Kito kedepannya.
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Pelatih Sriwijaya FC Beny Dollo mengaku kondisi Firman Utina dkk kini terus meningkat, baik dari sisi kebugaran maupun pemahaman strategi.
Diakuinya dirinya pun sudah mengantongi bayangan mengenai starting eleven ideal Laskar Wong Kito kedepannya.
“Dalam sepakbola, ada istilah don’t change the winning team and never change the system. Dalam beberapa sesi latihan dan uji coba, rasanya kita sudah mengantongi skuat ideal. Tetapi sekali lagi saya tegaskan bahwa di SFC tidak ada istilah pemain pelapis namun kompetitor untuk memperebutkan posisi inti nantinya,” tegasnya.
Seperti 2 posisi bek tengah yang kini diperebutkan oleh 4 pemain yakni Thiery Gauthesi, Fahrudin, Ahmad Jufrianto dan Ngurah Nanak.
Dengan tegas Bendol mengaku bahwa keputusannya mencoba Thiery di posisi bek kiri saat uji coba lalu bukanlah karena pemain asal Perancis tersebut kalah bersaing di posisi bek tengah.
“Thiery sejatinya lebih cocok menjadi bek tengah, karena kuat dalam satu lawan satu serta mampu memberikan komando bagi pemain lain. Kemarin kita uji coba di bek kiri murni kepentingan strategi. Selain itu, meski sama-sama berlabel timnas saya tidak ada mengistimewakan Fahrudin atau Jupe nantinya, jika dalam latihan keduanya tidak mampu menunjukkan permainan maksimal maka bisa saja menjadi cadangan. Persaingan sehat justru akan sangat membantu meningkatkan kualitas pemain itu sendiri,” tegasnya.
Namun dirinya mengakui bahwa banyaknya perubahan mengenai agenda tim terutama pelaksanaan turnamen membuat dirinya kewalahan dalam menentukan program.
“Apalagi belakangan kepastian mengenai turnamen itu juga belum kita terima dengan resmi, selain itu terkesan antara satu turnamen dengan yang lainnya jaraknya berdekatan, sehingga klub malah kebingungan memilihnya,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Bendol kembali menegaskan bahwa dirinya seandainya bisa memilih maka lebih baik mengikuti 1 kompetisi resmi ketimbang puluhan turnamen yang tidak memiliki tindak lanjut kedepan.
“Jika ada kompetisi, maka juaranya bisa bertanding ke tingkat yang lebih tinggi. Hal itu juga baik untuk timnas, setahun sudah waktu yang sangat lama untuk sepakbola Indonesia. Apakah mau kita terus terpuruk seperti ini,” tanyanya.