Real Madrid Percaya Sejarah Remontada
“Siapapun yang tidak percaya pada remontada silakan menyingkir,”
Penulis: Deodatus Pradipto
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM - Real Madrid punya modal yang bisa mengangkat kepercayaan diri mereka saat melakoni pertandingan leg kedua babak perempatfinal Liga Champions melawan VfL Wolfsburg di Santiago Bernabeu, Rabu (10/4). Modal itu adalah sejarah kesuksesan mereka membalikkan kedudukan di kompetisi Eropa yang dikenal dengan Remontada.
Selama beberapa hari setelah kekalahan Real Madrid di kandang VfL Wolfsburg, media-media yang berbasis di Madrid sibuk mengulas remontada, alias comeback atau membalikkan kedudukan. “Siapapun yang tidak percaya pada remontada silakan menyingkir,” bunyi halaman sampul Marca edisi Kamis. “Mereka percaya,” bunyi halaman depan AS edisi Jumat.
Sejarah remontada dimulai dengan sebuah kebangkitan saat menghadapi Derby County pada Piala Champions 1975/76. Celtic, Anderlecht, Internazionale, Borussia Monchengladbach, dan Red Star Belgrade menjadi korban-korban kebangkitan Real Madrid di dua dekade kemudian.
Sejarah remontada dimulai setelah Real Madrid kalah 2-0 dari Internazionale pada pertandingan leg pertama Piala UEFA 1985/86. Juanito, penyerang Real Madrid, berkata kepada televisi Italia setelah pertandingan.
“Noventa minuti en el Bernabey son molto longo,” katanya ketika itu. Apa yang dikatakan oleh Juanito adalah campuran bahasa Spanyol dan Italia. Kalimat itu berarti 90 menit di Bernabeu sangat panjang. Juanito mengacu pada sejarah Bernabeu.
Real Madrid terakhir kali mengalami remontada pada 2002. Ketika itu Real Madrid yang bermaterikan pemain Los Galaticos, termasuk Zinedine Zidane, mengubah hasil akhir babak perempatfinal Liga Champions melawan Bayern Muenchen.
Real Madrid lolos ke babak semifinal, kemudian juara, meski kalah 2-1 dari Bayern Muenchen pada leg pertama. Pada leg kedua di Santiago Bernabeu, Real Madrid mampu menang 2-0 sehingga lolos berkat agregat 3-2.
Itu adalah remontada terakhir yang dialami Real Madrid. Sejak saat itu Real Madrid gagal membalikkan defisit pertandingan leg pertama di kandang. Real Madrid gagal saat menghadapi AS Roma, Olympique Lyon, Bayern Muenchen, Borussia Dortmund, dan Juventus (musim lalu).
Santillana, mantan rekan setim Juanito di Real Madrid, baru-baru ini mengapungkan remontada 1985/86. Mantan bek tengah itu mengatakan saat timnya menelan kekalahan telah pada laga tandang, mereka mandi bersama dan merencanakan sebuah scenario.
“Anda bisa memasukkan 120 ribu orang di Bernabey dan mereka membuat anda meninggalkan jiwa anda di sana. Kami menekan mereka, kami kuat melakukan tackle, karena wasit membiarkan anda. Bermain lebih baik atau lebih buruk, kami berkata kepada lawan,’Inilah kami.’,” tutur Santillana kepada AS.
Sejarah adalah sejarah dan Real Madrid berharap bisa mengulang sejarah itu. Namun demikian, Cristiano Ronaldo, dkk harus mempertimbangkan statistik. Ada sebuah statistik dalam sejarah kompetisi UEFA yang menyebutkan, “Hanya 17 persen dari 678 tim yang berada dalam situasi seperti Real Madrid pernah lolos ke babak selanjutnya.”
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.