Tujuh 'Dosa' Louis van Gaal di Manchester United
Menurut laporan SkySports, ada tujuh 'dosa' van Gaal hingga dia harus rela dipecat.
Editor: Ravianto
TRIBUNNEWS.COM, MANCHESTER - Louis van Gaal dipecat dari Manchester United setelah dianggap gagal berprestasi selama dua tahun kepemimpinannya.
Jose Mourinho kini sedang menunggu konfirmasi resmi untuk jadi suksesor pelatih asal Belanda tersebut.
Menurut laporan SkySports, ada tujuh 'dosa' van Gaal hingga dia harus rela dipecat.
Apa saja 'dosa-dosa' van Gaal di MU? Berikut penjelasannya seperti dilansir dari SkySports.
1. Salah transfer pemain
MU mengeluarkan dana luar biasa besar 250 juta pound (Rp4,89 triliun) setelah menunjuk Van Gaal sebagai manajer.
Besarnya dana transfer yang keluar tak pelak membuat ekspektasi melambung tinggi setelah mereka melempem di jaman David Moyes.
Van Gaal terbukti gagal meramu pemain-pemain mahal yang dibelinya.
Dari 13 pemain baru yang direkrut Van Gaal, hanya Luke Shaw dan Anthony Martial yang selalu menjadi starter.
Pemain lain seperti Ander Herrera, Morgan Schneiderlin, Marcos Rojo dan Memphis Depay malah keluar masuk tim, padahal harga mereka tinggi sekali.
Yang paling mengecewakan adalah dilepasnya Angel Di Maria. United mendapatkan 15,4 juta pound (Rp293 miliar) ketika melepas pemain Argentina itu untuk bergabung dengan Paris Saint-Germain setahun setelah digaet dari Real Madrid pada harga 59,7 juta pound.
Kini Di Maria malah bersinar di PSG dan dia bukan satu-satunya pemain eks United yang justru lebih bersinar setelah meninggalkan Old Trafford.
Hal sama berlaku pada Javier Hernandez yang tajam bersama Bayer Leverkusen, mencetak 26 gol dari 40 tampil.
Pemain lain pergi, Darren Fletcher, Jonny Evans, Patrice Evra, Rafael, Danny Welbeck, James Wilson dan Nani juga menyisakan lubang menganga di posisi-posisi kunci.
2. Salah Menempatkan Posisi Wayne Rooney
Performa Wayne Rooney menurun drastis di musim ini. Meski demikian, van Gaal tetap mengandalkannya di posisi nomor sembilan dan menempatkan Anthony Martial yang sedang on fire melebar ke sisi.
"Mereka menginginkan pemain yang bisa mencetak gol," kata komentator Sky Sports yang juga legenda Arsenal Thierry Henry. "Mereka menginginkan orang yang berlari cepat di belakang. (Martial) masuk dan melakukan itu. Tiba-tiba dia kini mendapati dirinya di luar itu, nyaris tidak menyentuh bola."
"Andai saya memiliki pemain seperti itu, saya akan memilihnya pada posisi nomor 9 dan para pemain lainnya mengawal dia."
Cedera yang menimpa Rooney dan Martial akhirnya mengantarkan si remaja 18 tahun Marcus Rashford masuk tim pertama.
Kendati Rashford kembali membuat Martial menempati posisi melebar ketika dia bugar kembali, lulusan akedemi muda United itu justru berhasil menutup kemandulan United di depan gawang yang hanya mencetak delapan gol pada 18 pertandingan.
Lalu, demi mengakomodasi Rooney dalam Starting Eleven, Van Gaal menggeser pemain berusia 30 tahun itu ke lapangan tengah di mana dia justru bersinar pada posisi itu.
United mencetak 10 poin dari 15 kali pertandingan dengan menempatkan Rooney pada posisi itu, termasuk saat menjuarai Piala FA. Van Gaal mungkin menyesal tidak memberi peran seperti itu kepada Rooney jauh-jauh hari.
3. Salah seleksi tim
Kengototan Van Gaal memposisikan Rooney adalah salah satu dari banyak keputusan membingungkan saat seleksi tim. Line-up dia secara menjengkelkan tidak konsisten dan kerap sulit menarik logika di balik pilihan-pilihan Van Gaal.
Van Gaal terlihat tidak pernah yakin pada susunan tim terbaiknya sampai pertandingan terakhirnya.
Juan Mata dan Martial sering bermain di luar posisi seharusnya, sedangkan para pemain seperti Herrera dan Schneiderlin sering dibangkucadangkan atau sama sekali tidak dipakai.
4. Gonta ganti 33 pemain
Man Utd memasang 33 pemain berbeda pada Liga Utama Inggris musim 2015/2016, hanya kalah satu pemain dari Liverpool (34).
Pada laga vital Liga Champions melawan Wolfsburg, pemain baru si remaja Cameron Borthwick-Jackson malah ditaruh di bek kiri di belakang Ashley Young, salah satu pemain terbaik Van Gaal musim lalu. Ketidakberpengalaman timnya dalam mencetak gol malam itu, justru dijawab van Gaal dengan memasukkan Nick Powell yang sama sekali tidak pernah bermain sejak Agustus tahun lalu.
Young sendiri ditempatkan di bek kiri, sayap kiri, bek kanan, sayap kanan dan striker selama musim 2015/2016.
Perlakuan Van Gaal kepada Adnan Januzaj juga aneh. Kendati menjadi starter dalam empat laga berturut-turut United Agustus tahun lalu, pemain usia 20 tahun itu malah dibiarkan hengkang sebagai pemain pinjaman ke Borussia Dortmund beberapa saat sebelum jendela transfer ditutup. Setelah bergabung kembali ke United Januari silam, Januzaj hanya beberapa kali tampil sebagai pemain pengganti.
5. Gaya bermain
Gaya bermain muluk-muluk United pada era Van Gaal telah menjadi bahan perdebatan besar di kalangan penggemar yang sering terlihat frustasi dengan acap berteriak "serang, serang, serang" di Old Trafford.
Kesetiaan Van Gaal kepada "penguasaan bola" memang membuat mereka menjadi tim dengan rata-rata penguasaan bola tertinggi di Liga Utama Inggris, namun United juga terjerembab pada rekor mencetak gol paling sedikit pada musim ini dengan 49 kali mencetak gol. Hanya Watford, Aston Villa dan West Brom yang menciptakan peluang gol yang kurang sedikit dari MU.
6. Tumpul di depan gawang
Manchester United hanya 49 kali mencetak gol pada musim ini atau catatan gol paling rendah dalam sejarah klub ini.
Penampilan di kandang kerap buruk di mana United menciptakan gol yang paling sedikit selama berkiprah di Liga Utama. Pertandingan seri tanpa gol melawan City Oktober tahun ini adalah yang pertama kali sejak musim 2003/2004 mereka tidak menciptakan peluang menyasar target (on target) pada sebuah babak pertama Liga Utama. Dan saat melawan West Ham Mei lalu, pada pertandingan yang secara realistis seharusnya dimenangkan United untuk finis pada urutan empat, United hanya melepaskan dua tendangan mengarah gawang selama 90 menit pertandingan.
Penampilan statis dan tidak imajinatif adalah sulit diterima oleh pendukung yang sudah terbiasa dengan gaya menyerang United yang dipraktikkan selama era Sir Alex Ferguson.
Setelah membelanjakan seperempat miliar pound untuk membeli pemain baru, paling tidak yang bisa diharapkan dari Van Gaal adalah penampilan yang menghibur dan ini pun tak dihadirkannya.
7. Bicara transisi
Van Gaal tidak membuat situasi lebih baik dengan berkomentar dalam berbagai jumpa pers dan wawancara, khususnya saat dia merujuk kejayaan United, "Mereka bilang sebuah klub seperti Manchester United harus menang. Itu masa lalu," kata dia Desember tahun silam.
Setelah pertandingan terakhir liga memastikan United finis pada urutan lima, Van Gaal menyampaikan sebuah pesan kepada penggemar United yang kemudian mengejeknya, "Mereka berharap banyak tetapi saya kira harapan itu terlalu banyak, dan kami adalah tim dalam transisi."
Setelah kepensiunan mengejutkan Ferguson mengantarkan United melewati musim paling buruk dalam Liga Utama, Van Gaal sedari awal sudah mengatakan akan menempuh proses pembangunan kembali tim secara perlahan. Namun, dua tahun sudah berlalu, setelah hanya dua poin lebih banyak ketimbang era Moyes dan Ryan Giggs pada musim 2012/2013, kesabaran pendukung United sudah habis.
Setelah berbelanja banyak sekali di pasar transfer, United seharusnya tampil lebih baik lagi dan manajer mereka mesti memiliki target lebih tinggi lagi.(antara)