Giaccherini, From Zero to Hero
Salah satu nama yang sangat dipertanyakan dan dipersoalkan semua orang di Italia adalah pemanggilan Emanuele Giaccherini.
TRIBUNNEWS.COM, PERANCIS - Tanggal 31 Mei 2016 pun tiba. Itulah tanggal terakhir bagi semua pelatih untuk mengirimkan daftar 23 nama pemain yang akan berlaga di Piala Eropa 2016, termasuk Antonio Conte, pelatih timnas Italia. Jutaan warga dan ribuan pemain sepak bola Italia pun penasaran, siapa saja sih pemain yang dipanggil Conte.
Dan, Conte pun akhirnya mengumumkan skuat Italia untuk Piala Eropa 2016. Di posisi kiper, tidak ada kejutan yang berarti karena nama Gianluigi Buffon masih tetap dipanggil. Namun, ketika memasuki lini belakang hingga lini depan ada beberapa nama yang menurut beberapa orang tidak pantas menghuni timnas Italia.
Salah satu nama yang sangat dipertanyakan dan dipersoalkan semua orang di Italia adalah pemanggilan Emanuele Giaccherini. Nama yang mereka nilai sangat tidak pantas menjadi bagian timnas Italia di Prancis. Pemanggilan Giaccherini dianggap kontroversial.
Banyak pihak yang lebih menginginkan Conte memanggil nama-nama lain dibandingkan Giaccherini. Misalnya, Marco Benassi yang tampil baik di Torino ataupun Giacomo Bonaventura yang tampil impresif di AC Milan sepanjang musim kemarin.
Kedua pemain tersebut dinilai lebih pantas menghuni skuat Gli Azzurri menggantikan Marco Verratti, Claudio Marchisio, dan Riccardo Montolivo, yang dibekap cedera. Conte dinilai tega mengorbankan Benassi dan Bonaventura demi seorang Giaccherini.
Tapi sayang keputusan Conte untuk membawa Giaccherini sudah bulat dan daftar pemain sudah diserahkan. Pihak-pihak yang tidak menginginkan Giaccherini mungkin lupa bahwa Conte begitu menyukai pemain berpostur 167 sentimeter ini. Giaccherini bahkan menjadi salah pembelian pertama Conte ketika ditunjuk menjadi allenatore Juventus musim 2011/12.
Saking sukanya Conte kepada pemain bernomor punggung 23 ini, sampai-sampai Conte memilihkan klub ketika Giaccherini dilepas Juventus musim 2013/2014. Persaingan ketat di lini tengah Juventus musim itu memang memaksa Conte melepas pemain kesayangannya ke Sunderland agar mendapatkan pengalaman dan menambah jam bermain di liga profesional.
From zero to hero. Publik Italia sebelumnya mengolok-olok penunjukkan Giaccherini yang dianggap tak memiliki kapabilitas untuk berkontribusi bagi timnas Italia di turnamen besar seperti Piala Eropa. Namun pemain berusia 31 tahun tersebut membuktikan bahwa mereka salah. Giaccherini berubah dari pemain yang paling dicemooh menjadi seorang pahlawan bagi publik Italia ketika dirinya mencetak gol indah ke gawang Belgia, 14 Juni lalu. Italia pun menang 2-0.
Bintang Bologna itu lantas mengungkap momen kunci yang membuatnya sukses torehkan gol kewat proses cantik menyambut umpan panjang Leo Bonucci. "Segalanya berlangsung baik saat melawan Belgia. Di partai sesungguhnya yang punya nilai jauh lebih tinggi, segalanya berjalan lancar. Sentuhan pertama yang saya lakukan adalah kunci. Bola yang datang juga begitu bagus, sehingga saya mudah saja mencetak gol," ujar Giaccherini, seperti dikutip Sky Sport Italia.
Siapa sangka Bonucci mampu mengirim umpan dari tengah lapangan ke kotak penalti Belgia dan melampaui Toby Alderweireld. Kemudian Giaccherini menerima dengan kaki kirinya, lalu dituntaskan dengan tendangan keras kaki kanan hingga bola menghujam sudut kanan gawang Thibaut Courtois.
Dengan pembuktian Giaccherini di laga melawan Belgia, maka kritik pedas publik Italia kepada dirinya dan Conte sirnalah sudah. Conte membuktikan diri bahwa pilihannya memanggil Giaccherini tidak salah. Bahkan lebih dari itu, lini tengah Italia tampil begitu luar biasa dengan Giaccherini sebagai salah satu motor penggeraknya.(kto)