Mesir vs Kamerun: Lawan Kutukan
Pelatih asal Argentina itu punya predikat Mr. Runner Up karena sederet kegagalannya meraih kemenangan pada pertandingan babak final
Penulis: Deodatus Pradipto
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM - Hector Cuper, pelatih tim nasional Mesir, tahu rekam jejak kariernya sebagai seorang pelatih diwarnai sebuah kutukan kalah di pertandingan babak final sebuah turnamen. Namun demikian, kali ini Cuper optimistis mampu mematahkan predikat Mr. Runner Up itu pada pertandingan babak final Piala Afrika 2017 melawan tim nasional Kamerun di Stade de l'Amitié, Libreville, Senin (6/2) dini hari waktu Indonesia.
Pelatih asal Argentina itu punya predikat Mr. Runner Up karena sederet kegagalannya meraih kemenangan pada pertandingan babak final sejumlah kompetisi. Tim asuhan Cuper tidak pernah menjadi juara setiap kali tampil di babak final. Tim-tim itu antara lain Mallorca, Valencia, dan Aris Thessaloniki.
Pada tahun 1998, Cuper membawa Mallorca ke final Copa del Rey. Mallorca kemudian tumbang di tangan Barcelona. Setahun berselang, Cuper membawa Mallorca ke final Piala Winners. Kali ini Mallorca kalah dari Lazio.
Hector Cuper kembali mencicipi pertandingan babak final sejak pindah ke Valencia. Dalam dua tahun beruntun, 2000 dan 20001, Cuper membawa Valencia menembus babak final Liga Champions. Pada tahun 2000, Valencia kalah 3-0 dari Real Madrid, sedangkan setahun kemudian kalah dari Bayern Muenchen lewat adu tendangan penalti.
Predikat Mr. Runner Up kembali menempel di Cuper pada 2010. Cuper gagal membawa Aris Thessaloniki menjuarai Piala Yunani. Aris Thessaloniki kalah dari Panathinaikos di babak final.
"Seringkali saya tidak beruntung di pertandingan-pertandingan babak final, namun saya merasa optimistis untuk final mendatang bersama Mesir," ujar Cuper seperti dikutip oleh Kingfut.com.
Kutukan runner up itu bisa bertahan di karier mantan pelatih Internazionale tersebut. Tim nasional Kamerun ingin membalaskan dendam kesumat mereka kepada tim nasional Mesir. Ini adalah pertemuan ketiga dua tim di babak final Piala Afrika. Dua pertemuan sebelumnya terjadi pada 1986 dan 2008. Tim nasional Mesir memenangkan dua pertandingan itu.
"Mesir adalah tim besar, mereka telah meraih tujuh gelar juara dan telah menunjukkan penampilan sangat bagus sejauh ini. Namun demikian, kami berambisi untuk membalaskan kekalahan kami di final 2008," kata Michael Ngadeu-Ngadjui, bek tim nasional Kamerun, seperti dikutip oleh Ahram.
The Indomitable Lions, julukan tim nasional Kamerun, mengalahkan tim nasional Ghana 2-0 pada babak semi final untuk melangkah ke babak final Piala Afrika pertama sejak 2008. Sembilan tahun lalu, tim yang berisi pemain-pemain papan atas seperti Samuel Eto'o, Alex Song, dan Rigobert Song, menelan kekalahan dari tim nasional Mesir.
"Banyak orang yang tidak percaya kepada kami. Kammi tidak berpikir bisa melangkah sejauh ini di turnamen ini, namun sekarang kami ingin meraih gelar," ujar Ngadeu-Ngadjui.
Pemain-pemain tim nasional Mesir lebih berpengalaman dibandingkan pemain-pemain tim nasional Kamerun. Sebagai perbandingan, usia rata-rata pemain tim nasional Mesir 27,04 tahun sedangkan tim nasional Kamerun 25,04 tahun.
"Ini pertandingan yang unik untuk tim saya dan mencapai babak final makin menginspirasi kami. Sebanyak 14 orang pemain di tim bermain untuk pertama kali di Piala Afrika dan mereka penuh motivasi. Tak seorang pun di tim yang percaya bisa melangkah sejauh ini," ujar Hugo Broos, pelatih tim nasional Kamerun.
"Mesir lebih berpengalaman, namun motivasi tim kami lebih tinggi. Jika kami bisa melakukan seperti apa yang telah kami lakukan di tiga pertandingan terakhir, saya pikir kami bisa juara," imbuh Broos.
Tim nasional Kamerun terakhir kali menjuarai Piala Afrika 15 tahun lalu. Georges Mandjeck, gelandang tim nasional Kamerun, mengatakan timnya adalah tim muda yang harus membuktikan kepantasan mereka berada di tim.
"Sekarang kami akan menyiapkan diri untuk final, namun yang saya tahu adalah kami akan pulang ke Yaonde dengan trofi," kata pemain FC Metz itu seperti dikutip SuperSport.