Greeny Dewayanti: Pemasukan Terbesar Penyelenggara Kompetisi Berasal dari Broacast Rights
Penggemar sepakbola di tanah air bakal dimanjakan dengan racikan taktik dan strategi dari seniman-seniman sepakbola di atas lapangan
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penggemar sepakbola di tanah air bakal dimanjakan dengan racikan taktik dan strategi dari seniman-seniman sepakbola di atas lapangan baik yang tampil di Liga 1 atau Liga 2 melalui layar.
Tidak hanya bagi masyarakat yang hadir di stadion, pecinta sepakbola tanah air pun juga bisa menikmatinya dari tayangan siaran langsung.
Seperti diketahui, Kompetisi Liga 1 dan Liga 2 ini ditayangkan langsung di stasiun TVOne.
Sedangkan untuk televisi berbayar hak siarnya dipegang Orange TV. Kemudian untuk tayangan streaming berbayar bisa dinikmati di Genflix.
Fakta memperlihatkan peran dari tayangan siaran langsung ini buat kelangsungan hidup kompetisi begitu besar.
Bahkan mencapai lebih dari setengah persentase kebutuhan pengelola kompetisi untuk menggulirkan Liga 1 dan Liga 2 serta nanti Liga 1 U-19.
Commercial Director PT Mega Media Indonesia, perusahaan yang mengelola Orange TV, Greeny Dewayanti mengatakan masyarakat perlu tahu bahwa tidak mudah menggelar penyelenggara kompetisi .
"Kami tahu pengelola kompetisi (PT LIB) butuh dana lebih dari Rp 400 miliar per tahun untuk menggelar kompetisi dalam satu musim. Dan, pemasukan terbesar penyelenggara kompetisi itu berasal dari broacast rights. Pemasukannya bisa mencapai 60-65 persen dari keseluruhan. Selebihnya berasal dari sponsor di luar pemegang hak siar," ungkap Greeny Dewayanti.
Oleh karena itu menonton siaran langsung kompetisi di ajang Liga 1 dan 2 pada musim-musim ke depan diprediksi tidak mudah lagi. Dalam arti penonton harus terbiasa menonton pertandingan di televisi dengan cara berlangganan.
Hal itu sudah berlaku umum di negara-negara yang kompetisinya maju. Seperti halnya Inggris, Italia, atau Spanyol.
Melalui tayangan televisi berbayar, penonton dijamin bisa menikmati semua pertandingan berlabel bigmatch.
Hal itu sekaligus menjawab banyak pertanyaan dari masyarakat mengapa tayangan siaran langsung di televisi terestrial atau non-berbayar sering diacak (enkripsi). Terkadang pula penerimaan gambar dari televisi non-berbayar begitu buram.
"Enkripsi memang diperlukan untuk melindungi kepentingan sponsor media televisi berbayar. Sebab, jika tidak ada ada dana dari sponsor broadcast rights, bisa jadi kompetisi sulit diselenggarakan, yang akhirnya sepak bola Indonesia akan terus di peringkat terbawah FIFA," jelas Greeny Dewayanti.
Jadi, diakui oleh Greeny Dewayanti memang dibutuhkan perhatian dari pencinta sepak bola Liga Indonesia.
"Ini bukan berarti tontonan rakyat kenapa tidak bisa gratis, tapi karena harus ada jaminan kompetisi tetap bisa hidup," tandas Greeny Dewayanti.