Timnas Indonesia vs Thailand Kualifikasi Piala Dunia 2022, 5 Hal Ini Perlu Diperbaiki Simon McMenemy
Timnas Indonesia vs Thailand, lima hal yang perlu diperbaiki Simon McMenemy jelang laga kedua Kualifikasi Piala Dunia 2022.
Penulis: Gigih
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Timnas Indonesia vs Thailand, lima hal yang perlu diperbaiki Simon McMenemy jelang laga kedua Kualifikasi Piala Dunia 2022.
Timnas Indonesia akan menghadapi laga penting kala menjamu Thailand di laga kedua Kualifikasi Piala Dunia 2022.
Laga ini akan digelar di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Selasa (10/9/2019).
Timnas Indonesia harus menelan kekalahan di laga perdana Kualifikasi Piala Dunia 2022, dengan menyerah 2-3 dari Malaysia.
Tentu Thailand akan menjadi lawan yang berat bagi Timnas Indonesia, Simon McMenemy sebagai pelatih kepala, harus segera memperbaiki performa para pemain Garuda agar bangkit kala menghadapi Thailand.
Baca: Jelang Timnas Indonesia vs Thailand Kualifikasi Piala Dunia 2022: Tim Tamu Berjuang Raih Tiga Poin
Baca: Stefano Lilipaly: Timnas Indonesia Bakal Tampil Habis-habisan Lawan Thailand
Berikut adalah lima hal yang bisa diperbaiki oleh Simon McMenemy jelang menghadapi Thailand.
1. Minimalkan umpan lambung
Pelajaran penting di laga menghadapi Malaysia, Indonesia sempat bermain apik dengan mengandalkan Evan Dimas dan Zulfiandi di 45 menit babak pertama.
Secara skema, Simon nampak menerapkan permainan build-up dari belakang dengan memainkan Manahati Lestusen yang sebenarnya berposisi sebagai gelandang, ditempatkan menjadi bek tengah untuk membantu membangun serangan.
Gol pertama Indonesia tidak lepas dari kecermatan Evan Dimas dalam melakukan aksi individu dengan menerapkan umpan pendek dengan Zulfiandi, Evan lalu memberikan key-pass ke Saddil dan meneruskan umpan berujung gol kepada Beto.
Sayangnya, Indonesia bermain dengan bola direct, umpan-umpan panjang dari lini kedua menuju kepada Beto.
Sulit bagi Indonesia membangun serangan, Beto tidak mampu konsisten selama 90 menit untuk memenangi duel udara.
Ini yang harus diminimalisir oleh Timnas Indonesia.
Lini belakang Thailand diisi oleh tembok-tembok kokoh yang kuat dalam duel udara seperti Pansa Hemviboon dan Manuel Bihr.
Kemungkinan besar, Thailand akan memainkan Pansa Hemviboon dan Manuel Bihr sebagai andalan di lini belakang, kedua pemain memiliki postur menjulang : Hemviboon setinggi 190 sentimeter dan Manuel Bihr memiliki tinggi 184 sentimeter.
Tentu sangat tidak efektif bagi Indonesia untuk memainkan bola-bola panjang.
Pun dengan rata-rata tinggi pemain Indonesia yang di bawah 180 sentimeter, lebih efektif menggunakan akselerasi dipadukan dengan umpan pendek.
2. Improvisasi permainan
Hal yang nampak minim dari laga Indonesia menghadapi Malaysia, adalah minim improvisasi dan inisiatif dari pemain Indonesia.
Evan Dimas berperan besar dalam membangun serangan Indonesia.
Ini berhasil di 20 menit babak pertama, tapi ketika taktik ini sudah dibaca oleh Malaysia, para pemain Indonesia seolah tidak punya solusi.
Butuh improvisasi dari para pemain Indonesia, seperti yang sempat dilakukan Zulfiandi dengan membantu membuka ruang ketika Evan Dimas dalam posisi tertekan, atau Ricky Fajrin yang membantu melakukan build-up serangan.
Diharapkan pemain flank seperti Andik Vermansyah dan Saddil Ramdani, tidak terpaku di posisi mereka, dengan menjemput bola dan membantu dalam melakukan serangan.
3. Transisi dari menyerang ke bertahan
Kecepatan transisi menjadi sorotan usai dua gol dari Malaysia bermula dari skema serangan balik cepat.
Gol pertama Malaysia bermula ketika serangan balik cepat, diantisipasi melalui jebakan offside yang gagal, membuat dengan mudah Sumareh menaklukkan Andritany.
Sementara gol ketiga serupa, mencoba meraih tiga poin, justru Indonesia kecolongan melalui serangan balik cepat yang gagal diantisipasi lini belakang.
Ini harus menjadi perhatian dari Simon.
Permainan Thailand di bawah asuhan Akira Nishino, mengandalkan skema cepat dan build-up dari belakang, Negeri Gajah Putih juga cermat dalam mencari celah kala melakukan serangan balik.
4. Konsistensi stamina pemain
Indonesia bermain superior di 20 menit pertama, sampai akhirnya nampak Beto mengalami kelelahan karena beradu lari dengan pemain Malaysia di pertengahan babak pertama.
Berlanjut kemudian Zulfiandi yang kelimpungan kala mengantisipasi serangan cepat Malaysia.
Secara keseluruhan, Indonesia kehilangan stamina memasuki 70 menit permainan, fullback Tinus Pae hingga Evan Dimas nampak kelelahan untuk bermain konsisten selama 90 menit.
Tentu ini harus diubah, stamina Indonesia merosot drastis di babak kedua, masalah ini harus segera diperbaiki oleh tim pelatih fisik.
Jika tidak, maka Indonesia bisa menjadi bulan-bulanan Thailand.
5. Jaga mental para Pemain Timnas Indonesia
Apapun hasil menghadapi Malaysia, bukan alasan untuk berhenti memberikan dukungan, jangan sampai para pemain Indonesia kehilangan tajinya karena mental mereka menurun usai dikalahkan Malaysia.
Andik Vermansyah dkk tetap membutuhkan dukungan dari para supporter di Gelora Bung Karno.
Kalah di laga perdana bukan berarti akhir dari semuanya, Indonesia masih memiliki peluang, mungkin terlalu jauh bermimpi ke Piala Dunia, tapi setidaknya lolos ke Piala Asia adalah target yang realistis.
Masalah mentalitas juga harus menjadi catatan Simon, diharapkan, Indonesia mampu menampilkan yang terbaik kala menghadapi Thailand.
Dengan kondisi fisik dan mental yang prima, bukan tidak mungkin tiga angka bisa diraih oleh Indonesia di laga kedua kali ini.
(Tribunnews.com/Gigih)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.