Hening cipta dalam pertandingan Kalteng Putra vs Persib Bandung untuk memperingati wafatnya Alfin Lestaluhu

TRIBUNNEWS.COM - Dalam pertandingan Kalteng Putra vs Persib bandung terdapat hening cipta terlebih dahulu sebelum laga di mulai, Jumat (1/11/2019).

Laga lanjutan Liga 1 pekan ke 26 antara Kalteng Putra vs Persib bandung yang berlangsung di Stadion Tuah Pahoe, Palangkaraya.

kedua kesebelasan dikumpulkan di tengah lapangan dan membentuk lingkaran untuk mendoakan pemain Timnas U-16 yang telah wafat, Alfin Lestaluhu, Kamis (31/10/2019).

Salah satu pahlawan Timnas U16 Indonesia Alfin Lestaluhu telah berpulang ke pangkuan yang Maha Kuasa pada Kamis (31/10/2019).

Sebelumnya dikabarkan, Alfin Lestaluhu menjadi salah satu korban gempa Ambon yang terjadi pada Kamis (26/10/2019) lalu.

Gempa dengan kekuatan 5,6 SR dengan kedalaman 10 kilometer tersebut terjadi pada pukul 06.46 WITA.

Alfin Lestaluhu sempat dirawat di RST Ambon sebelum dipindahkan ke rumah sakit Royal Progress jakarta.

Alfin yang bermain sebagai bek kanan itu turut membantu Timnas U-16 Indonesia tampil di Piala Asia U-16 2020 mendatang.

Alfin tutup usia dengan umur yang sangat muda, 15 tahun.

Pesan yang Pernah Disampaikan Bapak Alfin Lestaluhu untuk Anaknya

Dalam tulisan Sahabat Keluarga Kemendikbud, orang tua Alfin Lestaluhu sangat mendukung karir anaknya dalam dunia sepak bola.

Alfin Lestaluhu merupakan anak dari pasangan Erwin Lestaluhu dan Siti Julaika Lestaluhu.

Bakat bapaknya, Erwin Lestaluhu yang pernah menjadi pemain junior di SSB Tulehu Putra turun ke anak pertamanya, Alfin yang saat itu mulai terlihat saat berada di bangku kelas 6 SD.

"Kita sebagai orang tua waktu itu hanya bisa mendukung apa yang dicita-citakan anak," ucap Erwin.

Bagi Erwin, memotivasi anak adalah kewajiban orangtua. Dan sepak bola adalah pilihan Alfin, menurutnya.

Saat usianya masih di bawah 12 tahun, Alfin tak hanya bermain di Ambon, melainkan telah menginjakkan kai di Surabaya.

Hingga akhirnya tawaran dari eks punggawa timnas Khairil Anwar untuk mengajaknya bergabung ke Sekolah Sepakbola Ragunan.

Erwin saat itu bercerita, tawaran itu mengkhawatirkan dirinya terhadap kelanjutan sekolah Alfin.

"Kan Erwin masih sekolah di MTs. Gimana nanti nasib sekolahnya kalau pindah ke sana? Siapa yang akan biayai? Saya tidak mau Alfin putus sekolah," ujar Erwin bercerita.

Dan akhirnya Alfin pun memilih untuk tetap tinggal di kampung halamannya, Tulehu.

Sebagai bapak, Erwin selalu memikirkan pendidikan anaknya. Main bola jalan terus tetapi pendidikan tidak boleh ditinggalkan.

"Saya selalu bilang ke Alfin kalau main bola ya main bola. Tapi kalau kami memilih main bola, pendidikan tidak boleh ditinggalkan," ungkapnya.

Lebih lanjutnya, Erwin juga menanamkan motivasi kepada Alfin.

Menurutnya, kerja keras adalah modal utama kita untuk meraih keberhasilan. Keberhasilan bisa diraih lewat pendidikan dan prestasi sepak bola.

Selamat jalan Alfin. Perjuangan dan Semangatmu menjadi motivasi bagi kami.

(Tribunnews.com/Giri/Sina/SahabatKeluargaKemendikbud/Dhoni Nurcahyo)