Membedah Taktik Shin Tae-yong di Timnas Indonesia, Ubah Formasi Hingga Butuhkan Lilipaly
Membedah Taktik Shin Tae-yong di Timnas Indonesia, ubah formasi hingga memerlukan Stefano Lilipaly, Rabu (15/1/2020)
Penulis: Gigih
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Shin Tae-yong sudah resmi didaulat menjadi pelatih kepala Timmas Indonesia.
Ia bersama tiga asistennya ditunjuk menjadi pelatih dari tim kelompok umur U-19 hingga U-23.
Lalu bagaimana cara Shin tae Yong mempersiapkan Timnas Indonesia secara skema?
Shin Tae-yong gemar menggunakan varian formasi, dari 4-3-3, 4-2-3-1, 4-4-2 ataupun 3-4-3, diantara keempat skema tersebut, 4-4-2 yang kerap ia gunakan di Korea Selatan.
Shin akan menggunakan formasi 4-4-2 untuk menghadapi tim yang memiliki keunggulan postur.
Sedangkan skema 4-2-3-1 dan 4-3-3/4-1-2-3 akan digunakan ketika menghadapi tim-tim yang mengandalkan kecepatan.
Lalu apa yang membuat Shin memiliki pendekatan berbeda?
Keunggulan dari taktikal Shin Tae-yong adalah counter attack yang sangat berbahaya di depan gawang lawan, mengandalkan kecepatan dari dua sayap ataupun dua striker yang diturunkan dalam starting line-up.
Untuk menahan serangan dari lawan, Shin Tae-yong menggunakan zone defending, dimana pemain diberikan masing-masing wilayah untuk dicover.
Tujuannya? mengurangi duel-duel fisik yang mengandalkan bola-bola atas dan lebih memilih untuk memotong umpan daripada duel fisik.
Kekurangannya, jarak antar pemain agak jauh, dan menyisakan beberapa ruang kosong dibelakang marking zone.
Pasalnya, dua bek tengah tidak diperkenankan terlalu maju untuk mengantisipasi bola melebar dan crossing dari lawan.
Maka, tentu dalam tugas berat di lini tengah Timnas Indonesia yang biasanya ditempati oleh Zulfiandi dan Evan Dimas.
Apalagi dengan zona marking akan menuntut kedisiplinan dari dua fullback untuk tidak terlambat dalam bertahan.
Keunggulan dari taktikal Shin adalah mengeksploitasi ruang-ruang kosong di pertahanan lawan.
Di laga menghadapi Jerman di Piala Dunia menjadi bukti bagaimana dalam skema bola mati pun Korea Selatan bisa mendapatkan celah di lini belakang Tim Panser.
Dan ini sangat sesuai dengan karakter pemain Timnas Indonesia saat ini yang mengandalkan kecepatan dibandingkan duel-duel udara.
Asumsi Indonesia akan turun dengan 4-4-2, maka duet striker di lini depan kemungkinan besar akan diisi Lilipaly dan Beto ataupun Spasojevic.
Lilipaly adalah penyerang di belakang striker yang bisa mendikte permainan.
Hadirnya Lilipaly sangat berpangruh dalam skema Shin, apalagi pemain asal Belanda ini bisa diletakkan diberbagai posisi.
Ditambah dengan Lilipaly tidak ragu untuk bermain melebar, akan memungkinkan kerjasama dengan fullback dalam membangun serangan.
Ditunjang dua sayap cepat yang sangat melimpah di Indonesia, sehingga, meskipun ada perubahan secara taktikal, tidak membutuhkan perubahan cara bermain Timnas Indonesia yang selalu mengandalkan kecepatan.
Tetapi, skema ini bukan tanpa masalah, Timnas Indonesia harus memiliki pemain yang memiliki penguasaan bola udara sebagai opsi lain kala pergerakan cepat tidak membuahkan hasil.
Memang Indonesia masih punya beberapa opsi dengan mengoptimalkan para pemain naturalisasi, tetapi dengan umur Beto, Spasojevic, ataupun Osas Saha tidak lagi muda, maka Shin Tae-yong harus menyesuaikan skemanya agar tidak bertumpu pada situasi yang memaksa Timnas bermain bola atas.
Steve Han, jurnalis Korea Selatan menilai bahwa metode taktikal Shin termasuk rumit.
Hal ini dapat berdampak kurang baik bagi para pemain Indonesia yang nantinya mendapat arahan dari Shin.
Selain itu, Steve Han menyebut penyataan publik yang dibuat Shin juga dapat berdampak negatif ke skuat timnas.
Entah pernyataan seperti apa yang dimaksud oleh Steve Han, namun ia dapat memastikan bahwa hal itu bisa membawa dampak negatif untuk tim.
"Bagi kelemahannya, menurut saya: 1. Reputasi sebagai pelatih yang kurang mempunyai detail rumit dalam metoda latihan taktikal," ucap Steve Han.
"2. Membuat pernyataan-pernyataan publik yang bisa mempunyai dampak negatif ke skuad; 3. Kurang pengalaman di luar Korea," imbuhnya.
Meski disebut memiliki pengalaman yang kurang ketika berkarier di luar Korea, Shin Tae-yong punya kesempatan untuk membuktikan.
Seperti halnya yang dilakukan Park Hang-seo bersama Vietnam. Sejak kedatangannya, The Golden Star menjelma sebagai klub yang diperhitungkan dunia.
(Tribunnews.com/Gigih)