Arema FC Memperpanjang Masa Liburnya Setelah PSSI Mengeluarkan Surat Edaran
Arema FC memperpanjang masa liburnya setelah PSSI mengeluarkan surat edaran terkait penundaan kompetisi karena wabah virus corona
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Arema FC memperpanjang masa liburnya setelah PSSI mengeluarkan surat edaran terkait penundaan kompetisi karena wabah virus corona yang saat ini tengah melanda Indonesia.
Langkah ini dilakukan karena PSSI sendiri akan menangguhkan kompetisi hingga 29 Mei 2020.
Tentu saja hal ini cukup realistis jika melihat waktu yang ditentukan oleh PSSI terbilang cukup lama.
Hal itu pula yang disampaikan oleh General Manager Arema FC, Ruddy Widodo yang mengatakan bahwa libur Arema FC akan diperpanjang sampai berakhirnya hari raya.
"Tentunya menambah masa libur mereka sampai setelah Hari Raya," katanya.
Dalam masa libur yang panjang itu Rudy Widodo meminta para anak asuh dari Mario Gomez ini untuk tetap berlatih mandiri sepeti yang sudah diperintahkan sebelum-sebelumnya.
Anjuran itu ia berikan agar para pemain dapat tetap bugar dan juga memiliki kondisi badan yang bagus dan fit.
Pasalnya ia takut nanti kondisi para pemain menjadi kurang baik, apalagoi jika sampai bertambah berat badan.
Untuk itu ia berikan semua metode latihan kepada pelatih karena pelatih lebih tahu kondisi dan cara melatih para pemainnya.
"Untuk metode latihan selama libur langsung tanya ke pelatih," ucap pria asal Madiun.
Tidak hanya itu saja, terkait gaji 25 persen yang dianjurkan oleh federasi, Rudy mengatakan bahwa pihaknya akan mengikuti arahan dari induk sepak bola Indonesia ini.
Ia pun sama sekali tidak merasa keberatan untuk mengaplikasikan poin tersebut kepada para pemainnya.
“Kami patuh kepada kepada keputusan federasi. Manajemen tidak akan membayar gaji pemain di bawah keputusan federasi,” jelasnya.
Sebelumnya pada Jumat (27/3/2020) PSSI mengeluarkan surat edaran di mana terdapat enam poin yang dikeluarkan.
Salah satunya tentang gaji yang harus dibayarkan kepada para pemain.
Dalam surat edaran yang terdapat pada poin kedua, PSSI mengatakan bahwa setiap klub wajib membayarkan gaji para pemain yakni maksimal sebesar 25 persen dari kewajiban yang harus dibayarkan.
Poin ini juga mendatangkan pro kontra, salah satunya dari APPI (Asosiasi Pemain Profesional Indonesia) selaku organisasi yang membawahi para pemain sepak bola yang ada di Indonesia.
Menurut mereka dalam pembuatan keputusan tersebut PSSI sama sekali tidak melibatkan Ponaryo Astaman dkk dalam membuat keputusan tersebut.
Hal itu pula yang membuat APPI merasa kecewa karena keputusan tersebut berdampak langsung kepada para pemain.
"Intinya kami harusnya sebagai salah satu stakeholder sepak bola Indonesia, apalagi pemain yang paling berdampat nanti kalau terjadi apa-apa harusnya kita diajak ngobrol dan duduk bareng."
"Itu yang sudah kami sampaikan di surat terkait isu sikap yang disampaikan oleh 10 klub itu, cuma itu kami juga kaget tiba-tiba PSSI kemarin mengeluarkan surat keputusan itu," kata Resa selaku kuasa hukum dari APPI.