Burnley Terancam Bangkrut di Bulan Agustus, Apabila Liga Inggris Dihentikan
Burnley, terancam kehabisan uang apabila Liga Inggris tidak segera bergulir, Minggu (5/4/2020)
Penulis: Gigih
Editor: bunga pradipta p
TRIBUNNEWS.COM - Burnley terancam bangkrut di bulan Agustus apabila Liga Inggris musim ini tidak diselesaikan.
Terhentinya Liga Inggris musim ini akibat wabah corona, klub-klub mulai merasakan dampaknya.
Seperti Norwich City yang kehilangan pemasukan utama dan bahkan terancam tidak bisa membayar staff.
Terakhir, Burnley mengaku terancam kehabisan uang apabila Liga Inggris tidak segera bergulir.
Dikutip Tribunnews dari laman Sky Sports, chairman Burnley, Mike Garlick meminta Liga Inggris agar terus bisa bergulir hingga selesai.
Pasalnya, dana operasional yang besar ditambah terhentinya Liga, membuat klub merugi apabila Liga Inggris tidak dilanjutkan.
Bahkan, Mike memperhitungkan, apabila Liga Inggris tidak segera berjalan, Burnley akan kehabisan uang di bulan Agustus.
"Faktanya jelas, jika kami tidak menyelesaikan musim ini, dan melanjutkan langsung ke musim berikutnya, kami akan kehabisan uang di bulan Agustus,
"Kami berbicara dalam posisi finansial kami, itulah kenapa kami menginginkan Liga tetap berjalan, hanya itu yang akan menyelamatkan kami," ujar Mike Garlick.
Beberapa kebijakan sudah mulai dilakukan oleh klub-klub Liga Inggris untuk mengurangi pengeluaran di tengah wabah Corona.
Atau langkah kontroversial dilakukan Liverpool di tengah Liga Inggris yang terhenti, dimana The Reds memutuskan merumahkan secara sementara 200 staff di tengah wabah virus corona.
Liverpool mengikuti langkah Tottenham Hotspur, Norwich City dan juga Newcastle United yang lebih dulu menerapkan langkah yang sama.
Baca: Real Madrid Juga Tertarik Mendapatkan Pemain Incaran Liverpool
Baca: Keyakinan Bek Arsenal Tentang Potensi Gabriel Martinelli Jadi Bintang Masa Depan
Kebijakan ini dikritik oleh sejumlah pihak, tidak terkecuali Jamie Carragher.
Keputusan merumahkan staff muncul ketika Premier League mengadakan pertemuan bersama dengan perwaklan dari pemain, dan Manajer, untuk kemungkinan pemotongan gaji pemain inti.
Hasilnya adalah 20 klub sepakat untuk melakukan pemotongan gaji sebesar 30 persen dari nilai kontrak, untuk menyelamatkan keuangan klub.
Ini tidak lepas dari pemerintah UK yang memutuskan untuk menanggung 80 persen gaji rakyatnya dalam 2 bulan, dengan catatan, gaji tersebut tidak lebih dari 2.500 paun per bulan.
Dikutip Tribunnews dari Sky Sports, kebijakan inilah yang dimanfaatkan Liverpool, pihak klub menyerahkan 80 persen gaji staff kepada pemerintah, sedangkan sisanya akan ditanggung pihak klub.
Hal ini mendapatkan kritik pedas dari eks dua punggawa Liverpool, yakni Jamie Carragher dan juga Dietmar Hamann.
Carragher mengkiritik keras dengan menyayangkan kebijakan pihak klub.
Mantan deputi kapten Steven Gerrard ini menyebut, langkah klub sangat menodai apa yang ditunjukkan Liverpool di Liga Inggris.
Baca: Burnley Berbicara Angka Kerugian Andaikan Liga Inggris Tidak Dilanjutkan
Baca: Dimitar Berbatov Anggap Liverpool Pantas Dinobatkan sebagai Jawara Liga Inggris Musim Ini
Sedangkan Hamann, menyebut langkah yang diambil sangat tidak bermoral dan keliru dalam penerapannya.
Dalam pernyataan resmi dari klub, pihak Liverpool menjamin staff tetap akan mendapatkan bayaran secara penuh, meskipun liga dihentikan.
Liverpool juga mengungkapkan para pemain tim utama mereka telah berdiskusi dengan pihak klub sejak awal ditundanya Liga untuk memastikan staf klub tetap mendapatkan haknya.
"Klub telah mengkonfirmasi bahwa staf tersebut akan dibayar 100 persen dari gaji mereka untuk memastikan tidak ada anggota staf yang dirugikan secara finansial.
"Bulan lalu klub juga mengonfirmasi bahwa mereka akan membayar staf matchday dan non-matchday, meskipun Liga dihentikan sementara."
"Bahkan sebelum keputusan tentang cuti staf, ada komitmen untuk semua orang bekerja mencari solusi yang mengamankan pekerjaan bagi karyawan klub selama ini yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Ada keterlibatan aktif yang sedang berlangsung tentang topik pemotongan gaji selama periode pertandingan tidak dimainkan sesuai jadwal. Diskusi ini rumit dan sebagai akibatnya proses ini sedang berlangsung." jelas pernyataan di laman resmi klub.
Pemain Liga Inggris kini sedang dalam sorotan karena masalah Virus Corona.
Mereka dituntut untuk mengurangi beban Negara, sekaligus membantu secara finansial sektor-sektor yang terdampak secara langsung.
Kritik paling pedas datang dari Menteri Kesehatan, Matt Hancock yang menyebut, bahwa gaji besar para pemain harusnya bisa berguna untuk membantu sektor ekonomi negara.
(Tribunnews.com/Gigih)