St George's Park, Alasan Masa Depan Inggris Setelah Gagal di Euro 2021 Masih Sangat Cerah
St George's Park adalah rumah bagi Inggris, dan jadi tumpuan masa depa Three Lions
Penulis: Gigih
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - 2007, Seisi Wembley harus menahan malu, Mladen Petric, mengugurkan bayangan indah supporter Inggris ke Euro 2008.
FA dalam tekanan besar, kegagalan ke Euro 2008, adalah aib namun, dibalik kegagalan tersebut, pelajaran besar dipetik : Inggris tidak berinvetasi untuk kemajuan sepak bola.
Mereka tertinggal jauh dari Prancis yang mendirikan Institut National du Football de Clairefontaine di tahun 1988, Belanda membangun hal yang sama di Zeist, Jerman punya lembaga riset di Cologne’s German Sports University, dan Spanyol mendirikan Football City di Madrid pada 2003.
Inggris sudah punya rencana membangun hal serupa dengan nama The National Football Centre pada tahun 2000, namun urung terealisasi.
Baca juga: Coverciano, Laboratorium Italia untuk Jadi Juara Euro 2021, Lahirkan Sosok Capello hingga Conte
Hingga akhirnya Howard Wilkinson, ketua asosiasi manajer di Liga Inggris, mendorong FA membangun football centre.
“Dampaknya dapat disimpulkan dengan jawaban yang saya berikan kepada arsitek ketika dia bertanya kepada saya apa yang saya inginkan dari tempat itu dan lakukan,” ujar Wilkinson.
St George’s Park akhirnya dibuka pada tahun 2012.
Namun, menuju pembangunan St George’s Park, tantangan dihadapi oleh Howard Wilkinson, lawannya? FA dan Wembley.
Prioritas utama pembangunan adalah renovasi Wembley, rencananya fasilitas pendukung akan dibangun di sekitar Wembley sebagai kandang utama.
Namun, luas Wembley yang tidak mumpuni membuat akhirnya rencana pembangunan tersebut gagal.
Wacana lain muncul dengan menghentikan renovasi Wembley, dan membangun lapangan utama dan pendukung yang lebih besar di Birmingham, namun ide itu ditentang oleh FA.
Baca juga: Amarah Hooligan Inggris Serang Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka, Polisi Turun Tangan
Hingga akhirnya, St George’s Park di bangun di Burton, namun masalah tidak selesai di situ.
Pembangunannya ditentang oleh, Lord Brian Mawhinney selaku Football League Chief Executive dan Premier League chairman Sir David Richards.
Ditambah lokasinya yang jauh, nyaris membuat lapangan ini terbengkalai dan tidak digunakan.
Beruntung, dua nama penting menjadi sosok yang memahami pentingnya Football Centre ini, yakni Dan Ashworth dan Gareth Southgate.
Biaya pembangunan 105 Juta Poundsterling, dimanfaatkan dengan baik oleh Southgate yang merancang statistik secara detail pemain yang berada di Timnas Inggris dari U-15 hingga U-21.
Dari data tersebut Southgate yakin akan menjadi landasan kuat Inggris di masa depan.
Ini juga yang menjadi alasan mengapa Southgate lebih mementingkan kebutuhan tim dibanding nama besar saat mempersiapkan timnya di Euro 2021.
St George’s Park terdiri dari 14 lapangan, kolan renang, gymnastic, ruang hydroteraphy, trek lari dan 330 kamar dengan standar hotel bintang 4.
Bahkan terdapat ruangan outdoor untuk yoga, spa hingga restoran dengan standar Michelin Star.
Dengan luas tanah sebesar 350 Hektar, Inggris memiliki apapun yang dibutuhkan untuk Timnas dalam satu atap.
Yang menarik, di ruang lobby, ada jam bertuliskan Countdown to Qatar, yang merupakan tuan rumah Piala Dunia 2022.
Hasilnya sangat terasa di Euro 2021, Inggris berhasil melaju ke final, bukan hanya itu, St George’s Park juga menjadi rumah dari sejumlah Manajer muda yang siap memimpin tim-tim di Liga Inggris.
Bangunan memang tidak akan memenangkan trofi apapun, namun sekali lagi, persiapan menuju medan perang adalah cara terbaik untuk menang.
Meskipun terlambat, Inggris kini memetik buahnya, mereka mencapai final Euro 2021meskipun kalah, masa depan Inggris masih terlihat cerah.
(Tribunnews.com/Gigih)