Peran Zlatan Ibrahimovic untuk AC Milan, Pujian dari Maldini, Pioli hingga Erling Haaland
Pengaruh besar Zlatan Ibrahimovic untuk AC Milan musim lalu sangat vital, ini diakui Paolo Maldini
Penulis: Gigih
Editor: Muhammad Nursina Rasyidin
TRIBUNNEWS.COM - Musim panas 2019, Zlatan Ibrahimovic memperkenalkan dirinya sebagai pemain LA Galaxy lewat cara yang ikonik.
Menang di laga derby dengan skor 4-3, mencetak satu gol indah di luar kotak penalti, dan satu gol penentu kemenangan.
Tidak ada cara yang lebih baik bagi Ibrahimovic memperkenalkan diri di MLS.
Tetapi hanya semusim setelahnya, kontrak Ibrahimovic sebagai marquee player habis, dan tawaran berseragam LA Galaxy dalam 3 musim ke depan telah disiapkan.
Mino Raiola yang menerima proposal kontrak tersebut menggelengkan kepalanya, dan bertemu langsung dengan Ibra.
Raiola mungkin salah satu agen yang sangat dibenci Sir Alex Ferguson, tetapi ada alasan khusus kenapa pemain bintang percaya pada hasil kerjanya.
Ia sangat yakin Ibrahimovic masih bisa bermain di Eropa di tengah usianya yang nyaris 40 tahun, Raiola masih yakin Ibra sanggup berlaga di Eropa.
Dan AC Milan memang rumah yang tepat bagi Ibrahimovic.
Baca juga: Peluang Kesepakatan Transfer Segitiga: Libatkan AC Milan, Real Madrid, dan Manchester United
Baca juga: Bursa Transfer, Chelsea Kejar Lukaku, Franck Kessie Bertahan di AC Milan dan Liverpool Cuci Gudang
Banyak yang menyebut kepindahan Ibrahimovic adalah proyek pensiun bagi sang pemain di AC Milan.
8 musim lalu, AC Milan menjual Ibrahimovic ke Paris Saint-Germain, dan salah satu penyesalan mantan CEO Milan, Adriano Galliani.
Musim itu, Milan baru saja kembali dari jeda musim dingin, di mana mereka dihajar Atalanta dengan skor 5-0.
Milan juga baru mengganti pelatih mereka Marco Giampolo dengan Stefano Pioli, Rossonerri berada di posisi ke-11.
Keraguan jelas merupakan hal yang wajar, mengingat Ibrahimovic baru saja operasi cidera ACL di Manchester United, dan tidak bermain selama 2 bulan setelah selesainya kompetisi MLS.
Kedatangan Ibra memberi damapak, rataan poin mereka meningkat dari 1,4 menjadi 2,1.
“Dengan sendirinya, jika dia tidak dibantu, Zlatan tidak bisa berbuat apa-apa karena sepak bola adalah olahraga tim,” direktur teknis Milan Paolo Maldini menjelaskan kepada The Athletic pada bulan September.
“Tanpa tim di belakangnya, bahkan (Lionel) Messi merasa sulit. Begitulah adanya. Tidak banyak yang bisa Anda lakukan. Ini adalah logika olahraga tim tetapi memiliki seseorang yang bertanggung jawab membantu.”
Kehadiran Ibrahimovic bukan hanya sebagai penyerang, ialah yang memimpin tim, berbicara di ruang ganti, dan tegas dengan karisma yang dimilikinya.
"Saya adalah presiden, pelatih dan pemain, semua digabung menjadi satu, tetapi mereka membayar saya hanya untuk satu peran" canda Ibrahimovic saat itu.
Ibrahimovic masuk dan ingin mengambil alih situasi 10 gol liga yang dia cetak dalam 16 pertandingan dua musim lalu memiliki nilai yang cukup besar.
Tetapi yang tidak berwujud lebih penting.
“Di dunia secara umum dan sepak bola, banyak hal berkembang tetapi beberapa konsep akan selalu benar,” kata Maldini kepada The Athletic.
“Salah satunya adalah daya saing di tempat latihan, ini satu-satunya cara untuk meningkatkan level umum game.
"Zlatan ahli dalam hal itu. Dia tidak pernah ingin kalah, bahkan di kartu. Saya juga seperti itu, dan meskipun di usia 38 tahun Zlatan masih sangat bersaing," ujar Maldini.
“Dukungannya sangat penting,” kata Pioli kepada The Athletic Agustus 2020.
“Dia memiliki daya saing yang luar biasa di dalamnya, Kami berkomitmen penuh dalam semua situasi yang kami lalui bersama,"ujar Pioli.
Dan Ibrahimovic adalah orang yang sangat tidak tahan dengan pemain yang menyia-nyiakan bakatnya.
Maka, ketika Ibra melihat Balotelli dirinya sangat merah, dan konon itu adalah salah satu alasan dirinya hengkang ke Barcelona.
Baca juga: Moneyball, Kebijakan Liverpool di Bursa Transfer, Kunci Juara Liga Inggris dan Liga Champions\
Baca juga: Update Transfer Liga Inggris Hari Ini: Spurs Dapatkan Bryan Gil, Varane Ikuti Jejak Sancho ke MU
“Saya ingat ketika dia biasa mendorong rekan satu timnya ke dinding karena mereka tidak berlatih dengan intensitas yang tepat,” kenang Adriano Galliani.
Ibrahimovic membuat para pemain di sekitarnya menjadi lebih baik dengan mentalitas ini.
“Dia menuntut begitu banyak dari kami dalam latihan dan pertandingan,” bek kiri Theo Hernandez menjelaskan kepada The Athletic beberapa minggu lalu.
“Banyak dari kami masih sangat muda dan dia tahu bagaimana membimbing dan mendorong kami juga.
"Dia mendukung dan membantu kami. Dia masih melakukan hal-hal yang luar biasa.” lanjut Theo Hernandez.
Maka jangan heran jika Ibrahimovic menjadi idola bagi sejumlah pemain termasuk Kylian Mbappe dan Erling Haaland.
Erling Haaland bahkan berusaha meriplikasi apa yang dilakukan Ibrahimovic di dalam atau di luar lapangan.
“Saya suka mentalitasnya dan bagaimana dia melihat hal-hal yang berbeda,” kata striker Borussia Dortmund itu kepada FourFourTwo.
“Saya pikir saya juga selalu memiliki kepercayaan diri itu – itu hanya saya. Saya juga suka bagaimana dia berpindah dari satu klub ke klub lain
"Tetapi dia selalu masuk dan hanya mencetak gol, dari detik pertama. Saya suka melihat itu.” lanjut Haaland.
Mentalitas ini yang kemudian membentuk AC Milan yang meledak musim lalu.
Menjadi pemuncak klasemen di paruh awal musim, Milan kemudian finish menjadi runner-up dan lolos ke Liga Champions.
Ibra bukan hanya menawarkan ketajaman di depan gawang, tetapi apa yang dibutuhkan Milan selama bertahun-tahun.
Usianya sudah 40 tahun, tetapi mentalitas dan lapar akan gelar adalah pengaruh besar untuk membawa Milan bersaing musim ini.
(Tribunnews.com/Gigih)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.