TRIBUNNEWS.COM - Giancarlo Favarin, komentator di stasiun televisi Sky di Italia berkelakar tentang pemain debutan AC Milan.

AC Milan saat itu menghadapi Torino di Liga Italia memasukkan pemain baru di menit 74.

"Dengan nama seperti itu, anda tentu tidak bisa menghindari takdir sebagai pemain belakang," ujar Favarin pada 2020.

Matteo Gabbia, adalah pemain yang dimaksud Favarin, ia turun menggantikan Kjaer saat itu dan mengalahkan Torino dengan skor 1-0.

Baca juga: Bursa Transfer, Barcelona Kejar Kulusevski dan Aubameyang, hingga Inter Milan Pinjam Luka Jovic

Baca juga: Dua Pilar Sandaran AC Milan Berkiprah di Liga Champions, Antara Kutukan dan DNA Pemenang

Gabbia secara harfiah dalam bahasa Italia adalah gembok, rantai atau pagar, maka tidak heran nama Matteo Gabbia sangat dekat dengan pemain bertahan.

Lahir di Busto Arsizio, wilayah sebelah utara Italia dan masih bagian dari region Milan, Gabbia sangat dekat dengan kultur AC Milan sejak kecil.

Bergabung bersama tim primavera AC Milan sejak usia 8 tahun, Gabbia sejak awal memang sudah mematenkan dirinya sebagai pemain belakang, atau gelandang bertahan.

Sangat mirip dengan namanya.

Gabbia merupakan tembok kokoh di lini belakang AC Milan primavera, tetapi juga memiliki kemampuan pergerakan yang juga apik.

Dan sebagai pemain yang besar dan lahir di lingkungan AC Milan, Gabbia sangat mencontoh dua bek tangguh AC Milan, Paolo Maldini dan Thiago Silva.

"Banyak pemain yang sangat kuat telah bermain di Milan, yang telah membuat sejarah, dalam peran saya, saya katakan Maldini dan Thiago Silva, mereka adalah model terbaik untuk permainan saya,

"Setelah melihat Ibrahimovic secara langsung, saya berharap untuk melihat Thiago Silva, Ibra sudah menjadi mimpi, sekarang akan sangat luar biasa bertemu Thiago Silva”, pungkas Gabbia dikutip dari laman resmi klub.

Secara permainan Gabbia sangat mirip dengan Thiago Silva ataupun Paolo Maldini.

Dalam skema dasar pemain bertahan, ada posisi "dog and cat" atau anjing dan kucing.

Pemain belakang bertipikal anjing, adalah yang akan mengejar pemain depan lawan, dan akan sangat sering berduel satu lawan satu dengan lawan.

Sedangkan kucing, lebih menjaga ruang, kemampuannya membaca permainan menjadi yang utama, dan lebih melihat pergerakan lawan dan memotong umpan dibanding merebut bola.

Gabbia sangat mirip Maldini dengan kemampuannya dalam membaca ruang, pun dengan Thiago Silva yang lebih sering memotong aliran bola dibanding berduel dengan penyerang lawan.

Ketenangan dari cara bermainnya adalah salah satu yang meninjol sebagai pemain muda.

Di laga menghadapi Torino dua musim lalu ia sukses mematikan Belotti, dan memotong semua bola yang datang ke pertahanan AC Milan.

Usianya saat ini masih belum genap 22 tahun, masa depan Matteo Gabbia masih sangat panjang di AC Milan.

Musim lalu, ia memang kurang mendapatkan kesempatan, belum lagi cidera Ligamen dan terjangkit virus Covid-19 membuat Gabbia urung mendapat menit bermain.

Bek setinggi 185 sentimeter ini nampaknya juga akan sulit mengisi tempat di tim utama AC Milan setelah kedatangan Fikayo Tomori.

Baca juga: Transfer Pemain Liga Italia: Masa Depan Ronaldo Mulai Terkuak, Luis Nani Sebut CR7 Tertarik ke MLS

Atalanta dan Sampdoria sempat menginginkan jasanya di awal musim ini, mengingat sulitnya mengisi tempat di tim utama AC Milan.

Namun benarkah demikian?

Ia terikat kontrak bersama AC Milan hingga 2024, dengan Ricky Massara dan Paolo Maldini dengan tegas tidak akan melepas Gabbia dalam sistem pinjaman atau transfer.

Dan kondisinya yang kini telah fit 100 persen, bukan tidak mungkin Gabbia mencuri satu tempat di lini belakang AC Milan.

Apabila permainan Romagnoli masih inkonsisten dan Fikayo Tomori yang sulit beradaptasi, maka Gabbia bisa mencuri panggung untuk bermain reguler musim ini.

Apalagi AC Milan akan menghadapi jadwal padat dengan bermain di Liga italia, Liga Champions dan Coppa Italia, Matteo Gabbia sangat bisa menunjukkan kualitasnya.

(Tribunnews.com/Gigih)