Titik Refrensi AC Milan, Program Maldini dan Ricky Massara, Optimisme Pioli, Pembelaan Marchisio
Kekalahan AC Milan atas Liverpool tidak perlu disesali, karena merupakan bagian dari program Stefano Pioli, Ricky Massara dan Paolo Maldini
Penulis: Gigih
TRIBUNNEWS.COM - Paolo Maldini dan Ricky Massara yang duduk bersebelahan di Anfield, terdiam melihat gol dari sepakan jarak jauh Jordan Henderson.
AC Milan memang harus tertunduk lesu di laga melawan Liverpool di Liga Champions.
Menelan kekalahan 3-2, seolah menjadi penanda yang pahit atas kembalinya Rossonerri setelah 7 musim tidak bisa bersaing di Liga Champions.
Maldini adalah legenda, mengemas 135 penampilan untuk AC Milan di Liga Champions, dengan catatan 8 kali masuk final dan 3 gelar untuk Rossonerri.
Menariknya, Maldini, sebelum pertandingan, menyatakan kembalinya AC Milan ke Liga Champions adalah sebagai "titik refrensi" yang artinya adalah permulaan baru untuk AC Milan.
Baca juga: Update Bursa Transfer, Bek AC Milan Diincar Barcelona, Real Madrid Bidik Leon Goretzka
Baca juga: Berita Milan, Calabria Sebut Rossoneri Dikerjai Tempo Permainan Liverpool, Diaz Merasa Bisa Menang
AC Milan baru tiga kali bertemu dengan Liverpool secara resmi, terkahir, keduanya bertemu dalam final di Athena tahun 2007.
Dan menghadapi Liverpool memang menjadi lembaran baru AC Milan untuk musim ini.
Ketika semua terpana dengan van Dijk yang dicadangkan oleh Klopp, Milan mencadangkan Olivier Giroud sebagai penyerang utama.
AC Milan turun dengan rata-rata pemain berusia 25 tahun, dan hanya RB Salzburg yang memiliki rataan lebih muda di starting line-up Liga Champions.
Sebagai pembanding mengenai pengalaman di Liga Champions, total laga pemain AC Milan hanya 24 penampilan dari 11 pemain yang turun.
Sedangkan Liverpool, berjumlah 377 penampilan total di starting line-up mereka.
Simon Kjaer dan Mike Maignan mengemas 6 penampilan, Fikayo Tomori dan Brahim Diaz 4 penampilan dan Theo Hernandez dengan 3 penampilan.
Tetapi, AC Milan nampak seolah menjadi tim dengan pengalaman dan jam terbang yang sama.
20 menit pertandingan memang tidak terlalu menyenangkan untuk AC Milan, dengan Liverpool terus menguasi bola dan mencetak gol cepat.
Momentum AC Milan tercipta ketika Mike Maignan sukses menyelamatkan penalti Mohamed Salah.
AC Milan bermain sangat tenang, tidak terburu-buru, Theo Hernandez punya ruang membangun serangan, dan karakter mereka kembali.
Gol AC Milan pun sangat menarik, tidak sering melihat lini belakang Liverpool kehilangan koordinasi dengan mudah, dan memaksa Andy Robertson melakukan tackle putus asa menghalau bola di garis gawang.
Tetapi itu yang terjadi, Ante Rebic memanfaatkan bagaimana kolektifitas Brahim Diaz dan Leao untuk menaklukkan Alisson.
Dan gol Brahim Diaz terasa lebih manis dengan Andy Robertson dengan tatapan naif melihat bola masuk ke gawangnya.
Benar, Liverpool tetap keluar sebagai pemenang dengan sontekan Salah dan sepakan spektakuler Jordan Henderson, untuk dua gol di babak kedua.
Liverpool menunjukkan bagaimana AC Milan sangat kalah pengalaman dibanding tuan rumah, tetapi dengan permainan Mike Maignan, Tomori, Brahim Diaz, dan Leao, Ricky Massara dan Paolo Maldini sangat layak tersenyum
“Kami memiliki tim termuda di grup ini,” kata Pioli di laman The Athletic.
“Kami memiliki sangat sedikit pemain yang pernah bermain di Liga Champions sebelumnya. Melawan tim seperti Liverpool sangat sulit, tantangan nyata.
"Mereka adalah tim yang sangat bagus yang terbiasa bermain di kompetisi ini, dan pada awalnya kami kesulitan melawan mereka.
"Tetapi kami menyadari bahwa jika kami bermain sebagai tim, kami akan belajar dan berkembang, karena para pemain ini memiliki karakteristik yang tepat untuk benar-benar berkembang di level ini.”
Rasanya seperti itu, mengingat jalannya permainan.
Baca juga: Sorotan Juventus vs AC Milan Liga Italia: Chiesa Menepi, Bianconeri jadi Pelampiasan Emosi Rossoneri
Mantan gelandang Juventus dan Italia Claudio Marchisio membuat pengamatan serupa setelah itu, mengatakan bahwa sementara Milan "kehilangan arah" di setengah jam pertama.
Tetapi, mereka telah berhasil "jatuh" dan "memainkan pertandingan hebat melawan tim yang sangat kuat. yang telah berada di puncak selama bertahun-tahun".
Kalimat pedas dinyatakan oleh mantan pelatih AC Milan, Fabio Capello, rasanya sangat tidak tepat melihat apa yang ditunjukkan Sandro Tonali dan kawan-kawan.
"Jalan apa yang bisa mereka lakukan di Liga Champions? AC Milan saya rasa mengincar di tempat ketiga saja (fase grup) dan berpindah ke Liga Eropa," tambah Fabio Capello.
Betul, AC Milan memang tergabung di grup neraka, tetapi peluang mereka dengan permainan yang mereka tunjukkan sangat menggambarkan peluang besar untuk lolos, setidaknya sebagai runnner-up.
Stefano Pioli benar, AC Milan sedang dalam proses dari apa yang dibangun bersama Maldini dan Massara.
Tetapi melihat apa yang terjadi di lapangan, rasanya Mesin muda milik AC Milan, tinggal digeber lebih kencang lagi untuk bisa bersaing merebut Scudetto atau gelar Liga Champions.
(Tribunnews.com/Gigih)