Pragmatisme Juventus, Filosofi Il Gioco all’Italiana Allegri, Sulitkan Dybala dan Chiesa
Pragmatisme Allegri menjadi masalah untuk lini depan Juventus, filosofi Il Gioco all’Italiana menjadi boomerang untuk Dybala
Penulis: Gigih
TRIBUNNEWS.COM - Juventus, secara mengejutkan, tumbang dari Sassuolo pada tengah pekan ini dalam lanjutan Liga Italia.
Menariknya, kekalahan tersebut seolah ditanggapi secara penuh filosofi oleh Massimiliano Allegri.
“Anda tidak bisa makan kaviar dan lobster setiap hari, tetapi mulai saat ini, ham dan sandwich harus anda syukuri,” ujar Allegri pasca laga tersebut.
Allegri memang dikenal sebagai Manajer yang pragmatis, dan kekalahan dari Sassuolo, menggambarkan bagaimana pragmatisme Allegri memiliki celah di segala aspek.
Baca juga: Inter Milan Korbankan Lukaku, Nerazzurri Panen Loyalitas dari Lautaro Martinez
Baca juga: Luciano Spalletti dan Gairah Baru untuk Napoli, Perusak Mimpi AC Milan & Juventus
Di laga melawan Sassuolo, Juventus, terlalu banyak menghabiskan waktu menciptakan peluang tanpa bisa mengeksekusi dengan baik.
Selain itu, cara bermain Juventus, terbukti sangat rentan ketika menghadapi serangan balik.
Juventus juga sedang disorot dari segi skema, Si Nyonya Tua, kerap melakukan pergantian skema yang menyesuaikan lawan.
Tetapi, Juventus memiliki pakem andalan 4-4-2 dengan mid/low block, artinya, garis pertahanan yang rendah menjadi cara untuk Juventus menghadapi serangan lawan.
Ini berhasil, Juventus memang menjadi tim yang sangat sulit untuk kebobolan, tetapi, masalahnya, mereka sangat kesulitan untuk mencetak gol.
Dalam skema Allegri, mereka mengandalkan kecepatan dalam serangan balik dan kemampuan individu untuk menciptakan peluang hingga mencetak gol.
Juventus sejauh ini, memiliki xG yang tidak pernah menyentuh 1.0 per pertandingan, ini sangat rendah untuk tim dengan lini depan yang cukup mewah.
Allegri, adalah penganut taat Il Gioco all’Italiana, yang sangat pragmatis dan memang mengandalkan pertahanan, tetapi, di sepak bola saat ini, karakter bertahan harus diimbangi dengan kemampuan menyerang.
Il Gioco all’Italiana, adalah istilah yang sangat tenar di medio 1970 hingga 1990 an di Italia, dan menjadi kunci untuk keseuksesan Juventus.
Ini yang diterapkan Juventus bersama Allegri, terbukti, bagaimana Juventus, adalah tim yang paling minim menekan di daerah lawan dengan hanya 256 kali.
Angka ini membuat Juventus sama dengan Bologna dan Hellas Verona.
Idealnya, lini serang, akan terbantu dengan adanya kreasi atau penciptaan peluang untuk mencetak gol, dan Juventus tidak melakukan itu.
Di laga melawan Sassuolo, Juventus yang turun dengan Federico Chiesa, Alvaro Morata dan Paulo Dybala di lini serang, terlalu statis karena minimnya pasokan bola.
Praktis, ketiganya hanya mendapatkan situasi bola lambung yang sangat mudah dipatahkan lini belakang Sassuolo.
Baca juga: Jadwal Liga Italia Pekan Ini: Asa Napoli Bertahan di Singgasana, Roma vs AC Milan
Gol dari Juventus juga merupakan situasi bola mati yang diselesaikan oleh Winston McKennie, menggambarkan bagaimana Juventus kesulitan menciptakan peluang dan berkreasi di sepertiga daerah pertahanan lawan.
Masalah ini juga tidak berasal hanya dari satu laga, di pertandingan melawan Inter Milan, mereka juga memiliki masalah kreatifitas di lini depan.
Juventus, baru bisa mengubah permainan ketika Federico Chiesa dan Paulo Dybala dimasukkan.
Ini tentu bukan kabar yang baik untuk Juventus, dengan tren di lini depan yang masih belum memiliki solusi sejauh ini.
Filosofi Il Gioco all’Italiana, tentu harus dikembangkan oleh Juventus dan Allegri, karena tugas lini depan yang hanya diberikan kepada satu dua pemain akan menjadi boomerang untuk meraih Scudetto di akhir musim.
(Tribunnews.com/Gigih)