Kualitas Solskjaer Bersama Manchester United, Bukan Penerus Ferguson, Pendekatan ala Mourinho
ole gunnar solskjaer bukanlah replikasi dari sosok sir alex ferguson di manchester united, pembelaan yang diberikan juga tidaklah benar
Penulis: Gigih
TRIBUNNEWS.COM - Ini bukanlah musim yang baik bagi Manchester United di Liga Inggris ataupun di Liga Champions.
Kursi Ole Gunnar Solskjaer goyah, banyak yang meragukan kapasitas Pelatih asal Norwegia ini menjadi pelatih klub sebesar Manchester United.
Pihak supporter pun juga terbelah, ada yang setuju bahwa Solskjaer harus diberikan waktu yang sama seperti Sir Alex Ferguson dulu.
Alasannya, Solskjaer dianggap mengembalikan identitas sepak bola menyerang ala Manchester United, yang hilang sejak pensiunnya Ferguson satu windu yang lalu.
Baca juga: Kabar Man United, Hal Ini Bikin MU Susah Depak Ole Gunnar Solskjaer
Baca juga: Meski Lebih Kinclong dari Ronaldo & Messi, Mimpi Haaland Sirna untuk Tampil di Piala Dunia 2022
Lalu, benarkah Manchester United memiliki kemampuan atau identitas sepak bola menyerang seperti era Sir Alex Ferguson?
Michael Cox, menjelaskan bahwa adalah hal yang keliru membandingkan cara bermain Manchester United era Ferguson dan Solskjaer adalah sesuatu yang sama.
Solskjaer menyebut sejak kehadirannya sebagai Manajer dari Manchester United, bahwa Setan Merah akan memainkan identitas sebagai tim yang menyerang.
“Saya ingin Manchester United kembali ke tradisi di mana kami selalu bermain menyerang,” buka Solskjaer.
“Cepat, menyerang dengan kekuatan fisik, tenaga dan punya identitas,” tambah Solskjaer mengenai visi bermainnya.
Tetapi, itu bukanlah Manchester United yang kita lihat saat ini.
Manchester United, era Solskjaer, sangat dekat dengan permainan serangan balik cepat, mid press, dengan mengandalkan transisi cepat dan kreatifitas di lini tengah.
Ini sangat jauh dengan apa yang diperagakan oleh Sir Alex Ferguson, dengan lebih banyak menguasai bola, menciptakan banyak peluang dan punya kemampuan untuk memecahkan lini belakang rapat tim lawan.
Sebaliknya, apa yang diperagakan Solskjaer saat ini, justru sangat mirip dengan pendekatan Jose Mourinho ketika menangani Manchester United 3 musim lalu.
Bedanya, Morinho tidak memasang pemain kreatif di lini tengah, dan lebih banyak bermain dengan low block dan melakukan counter attack.
Adalah sebuah ilusi bahwa Solskjaer membawa sepak bola menyerang ala Ferguson kembali ke Manchester United.
United tidak pernah bermain dengan cara bertahan menghadapi tim yang lebih superior di era Ferguson, sesuatu yang kerap memberikan hasil negatif di lapangan.
Selain itu, Manchester United nyaris tidak pernah kesulitan menghadapi tim yang bermain dengan garis bertahan rendah, karena United tidak hanya mengandalkan serangan balik, atau menunggu lawan melakukan transisi.
Baca juga: Perkuat Juventus, Liverpool & AC Milan, Pemain Ini Frustrasi Gegara Tak Lepas dari Citra Buruk
Baca juga: Messi Sempat Tidak Menyadari Jika Timnas Argentina Telah Lolos Piala Dunia Usai Remis Lawan Brasil
United selalu menjadi tim yang mengambil inisiatif serangan, bermain dengan penuh risiko.
Ini yang membuat Manchester United kalah melawan Barcelona dua kali di final Liga Champions 2009 dan 2011.
Ferguson tidak ingin mengubah filosofi permainan terbukanya, tetap menggunakan cara dengan bermain menyerang meskipun meninggalkan celah di lini pertahanan.
Ia pun juga bisa mengakomodasi peran Cristiano Ronaldo yang memang punya kesulitan untuk melakuka pressing ke pertahanan lawan.
Ini yang tidak terjadi di Solskjaer, United lebih sering bermain menunggu lawan, menyesuaikan bagaimana lawan bermain, dan kesulitan ketika menghadapi tim yang bermain dengan garis pertahanan rendah.
Ketika menghadapi Liverpool, Manchester City, atau Chelsea, United akan bermain dengan garis pertahanan rendah, sembari menunggu kesempatan untuk melakukan serangan balik cepat ke pertahanan lawan.
Sedangkan ketika melawan tim-tim yang bermain rapat seperti West Ham, Wolves atau Newcastle United, Manchester United akan sangat kesulitan membongkar pertahanan lawan karena cara bermain reaktif ala Solskjaer.
Maka, jauh panggang dari api menyebut Manchester United di era Solskjaer sebagai perwujudan United di era Solskjaer, bahkan menyamakan bagaimana Jadon Sancho yang diubah menjadi fullback dengan Antonio Valencia di era Ferguson, adalah hal yang jauh berbeda.
Valencia saat itu dianggap menurun secara kecepatan, tetapi masih punya pace dan power untuk berduel dengan pemain lawan.
Sedangkan Jadon Sancho dipasang sebagai fullback karena Solskjaer tidak memiliki strategi untuk memainkannya di posisi sayap ataupun penyerang.
Tentu adalah hal yang mubadzir memasang Jadon Sancho sebagai fullback.
Pembelaan yang datang dari Rio Ferdinand, Paul Scholes, ataupun Gary Neville adalah sesuatu yang semu.
Karena tidak ada satupun Manajer atau pelatih yang pernah bermain untuk Ferguson memiliki atau menerapkan identitas permainan sepak bola menyerang ala sang Graffer.
Maka, adalah hal yang wajar, jika pada akhirnya Solskajer gagal memberikan gelar di akhir musim, melihat bagaimana timnya diramu saat ini.
Dan sejatinya cukup aneh jajaran direksi tim masih memberikan kepercayaan jabatan Manajer tim kepada Solskjaer hingga saat ini.
(Tribunnews.com/Gigih)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.