Son Heung-min yang Melejit bersama Antonio Conte & Jose Mourinho, Kalau Harry Kane?
Di tangan Conte, Son Heung-min bukan lagi pemain yang menjadi bayang-bayang Harry Kane.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Drajat Sugiri
TRIBUNNEWS.COM - Antonio Conte sudah melakoni lima laga bersama Tottenham Hotspur.
Dari lima laga tersebut, Conte meraih tiga kali kemenangan satu hasil imbang dan menelan satu kekalahan.
Terakhir, Tottenham Hotspur sukses dibawanya meraih tiga angka melawan Brentford dengan skor 2-0 dalam pekan ke-14 Liga Inggris, berkat sumbangan gol Son Heung-min dan gol bunuh diri Sergi Canes.
Dari lima pertandingan, pria asal Italia itu memakai pakem 3-4-3 dengan memakai trio Son Heung-min, Harry Kane, dan Lucas Moura.
Baca juga: Transformasi Cristiano Ronaldo dari Pendribel Egois ke Mesin Pencetak Gol, Andil Ferguson & Mourinho
Baca juga: Hasil Klasemen Liga Inggris: Arsenal Gagal Sodok 4 Besar, Ancaman Nyata Spurs & Man United
Pakem tersebut sedikit berbeda dengan apa yang ia pakai saat masih menukangi Inter Milan.
Bersama Nerazzurri, hampir di setiap pertandingan Conte selalu memakai dua penyerang dengan tipikal nomor sembilan.
Kedalaman skuat yang dimiliki Tottenham memang membuat Conte meninggalkan kebiasaannya di Inter Milan.
Apalagi, adanya Son Heung-min yang lebih berbahaya jika dipasang sebagai seorang winger, membuat Conte melakukan adaptasi dengan menggunakan tiga penyerang di depan.
Hasilnya, memang belum terlalu mentereng, Son hanya mampu mencetak satu gol dari dua pertandingan yang ia jalani dibawah asuhan Conte.
Namun, dari adaptasi yang dilakukan pria berusia 52 tahun itu memperlihatkan bahwa dirinya benar-benar ingin menjadikan Son sebagai pusat serangan dari Tottenham.
Meski bermain sebagai winger kiri, pergerakan Son sangat cair, ia tak selalu memulai serangan dari tepi lapangan tapi juga muncul dari tengah untuk menciptakan halfspace, Son pun juga lebih banyak berada di dalam kotak penalti.
Posisi wing back yang diisi oleh Regulion fokus untuk melayani Son yang sering berada di kotak 16 untuk mencetak gol.
Peran sebagai goal getter utama The Lilywhites bukan lagi menjadi tanggung jawab utama sosok Harry Kane melainkan Son Heung-min.
Hal tersebut sebenarnya sangat realistis, Kane mengalami paceklik di musim ini, isu kepindahannya menuju Manchester City juga masih kencang.
Yang menjadi pertanyaan, apakah Son layak untuk menjadi tumpuan lini serang Tottenham?
Magis Son di Tangan Mourinho
Seperti yang kita tahu, musim 2020/2021 menjadi musim terbaik Son Heung-min selama merintih karir di Liga Inggris.
Pemain asal Korea Selatan tersebut berhasil mencetak 17 gol dan 10 assist dari 37 penampilan bersama Spurs.
Son menjelma menjadi pemain yang haus gol memanfaatkan penyelesain akhirnya yang ciamik.
Peran Son tak hanya untuk mencetak gol, tetapi juga memberi umpan.
10 assist yang berhasil ia torehkan adalah bukti betapa lengkapnya mantan pemain Leverkusen itu untuk The Lilywhites di musim lalu.
Di era kepelatihan Mourinho, Son dipasangkan bersama Kane untuk menjadi tulang punggung lini depan tim asal London tersebut.
Keduanya, berhasil menjadi duet tersubur sepanjang gelaran Liga Inggris dengan torehan 40 gol dan 24 assist.
Harry Kane sudah biasa mencetak puluhan gol untuk Spurs, tetaoi tidak dengan Son. Itu merupakan catatan yang mengejutkan untuk pemain terbaik Korea Selatan 2020 itu.
"Anak saya menyebutnya Sonaldo," ujar Mourinho dilansir dari Football London pada musim lalu.
"Dia bukan hanya pemain yang spesial, dia pemain yang istimewa," lanjutnya.
Son tumpuan Nuno Santo
Itu saat Son dinakhodai oleh Si Special One, lalu bagaimana peran Son saat dilatih oleh Nuno Santos yang baru saja dipecat?
Hasilnya sama! Son tetaplah pemain berkualitas yang memiliki kecepatan dan penyelesaian akhir yang akurat.
Bersama eks juru taktik Wolves itu, Son telah mencetak 4 gol dan 2 assist untuk The Lilywhites.
Peran berbeda diberikan Nuno kepada pemain berusia 29 tahun tersebut.
Ketika bermain tanpa Kane yang saat itu mogok main karena isu kepindahannya ke Manchester City.
Son berperan menjadi false nine ditopang oleh Lucas Moura dan Steven Bergwijn dari sisi sayap.
Hasilnya? istimewa! Son mampu menjadi sosok penting permainan pragmatis Nuno Santos.
Saat melakukan serangan balik, Son akan berada paling depan untuk menerima umpan.
Baik dari sisi tengah, kiri atau kanan, Son bebas bergerak, yang penting adalah membuka ruang.
Contoh pertandingan Son dapat memaksimalkan perannya tersebut adalah saat Spurs bertemu City di Liga Inggris musim ini.
Son yang melakukan serangan balik dari sisi kanan, mampu melakukan step over untuk mengecoh Nathan Ake, sebelum melesatkan tendangan yang berujung gol untuk kemenangan The Lilywhites.
Itu membuktikan, Son tetap bertaji meski bermain tanpa Kane.
Pertanyaannya, bagaimana jika Kane bermain tanpa Son? seperti apa nasib Spurs jika Son tidak bermain?
Jawabannya adalah mengecewakan.
Dua kali Spurs bermain tanpa Son, dua kali juga mereka gagal meraih kemenangan.
Bahkan di lanjutan Liga Inggris, The Lilywhites terbantai tiga gol tanpa balas saat bertandang ke Crystal Palace.
Padahal, ada nama Harry Kane di starting line up tim yang bermarkas di White Hart Lane tersebut.
Hasil minor kembali ditorehkan Spurs di laga selanjutnya saat melawan Rennes dalam penyisihan grup Europa Conference League.
Kembali bermain tanpa Son, Nuno Santos bertumpu pada sosok Harry Kane.
Namun, Kane tak mampu menunjukkan permainan terbaiknya.
Dirinya mengalami kebuntuan selama jalannya pertandingan, penampilan beringasnya di musim lalu, tak mampu ia tunjukkan di laga itu.
Kane akhirnya ditarik pada menit 54, digantikan oleh rekrutan teranyar Spurs dari Barcelona, Emerson.
Buntunya lini serang Spurs tanpa kehadiran Son memang sangat terasa.
Di laga yang berakhir dengan skor 2-2 itu, gol Spurs tercipta karena gol bunuh diri pemain belakang Rennes, Loio Bade.
Dan satu gol lainnya, dicetak oleh gelandang mereka Hoejbjerg.
Di dua laga yang dijalani The Lilywhites tanpa diperkuat oleh Son, tidak ada pemain depan lain yang mampu mencatatkan namanya di papan skor.
Adaptasi Conte untuk Son
Berkaca dari penampilan Son di musim lalu dan musim ini bersama dua pelatih yang berbeda, eks pemain Bayern Leverkusen itu selalu menjadi tumpuan di lini depan Tottenham.
Antonio Conte yang menjadi pelatih anyar pun paham betul dengan atribut sang pemain, Son bukanlah pemain yang menjadi bayang-bayang Harry Kane.
Melainkan ia adalah tumpuan the Lilywhites di lini depan.
Di bursa transfer, Conte pun juga tak melirik satu pun pemain yang berposisi sebagai winger.
Ia lebih mencari pemain tipikal nomor sembilan dan seorang gelandang bertahan yang pandai dalam hal membagi bola.
Ya, Conte memang sangat percaya dengan kemampuan Son, seperti pelatih-pelatih sebelumnya.
Aktifnya The Lilywhites di bursa transfer tahun depan diharapkan mampu membuat performa Tottenham lebih bertaji, terlebih untuk sang juru gedor, Son Heung-min.
(Tribunnews.com/Deivor)