Senjata Rahasia Singapura Atasi Kelemahan Indonesia, Shin Tae-yong Punya Terobosan Brilian Lagi?
Singapura memiliki pemain cepat yang mampu menusuk ke jantung pertahanan lawan, striker nomor 9 mereka bernama Ikhsan Fandi adalah orangnya.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Drajat Sugiri
TRIBUNNEWS.COM - Timnas Indonesia memang dengan perkasa mampu lolos ke babak semi final Piala AFF 2020 dengan status juara grup.
Pasukan Shin Tae-yong sukses merengkuh 10 poin dari 4 pertandingan yang sudah dijalani, Garuda berhasil mengandaskan perlawanan Kamboja, Laos, dan Malaysia dengan skor mencolok.
Sang juara bertahan Piala AFF, Vietnam pun mampu mereka imbangi dengan skor kaca mata.
Timnas Indonesia pun melaju ke babak semi final dengan kepala tegak, segala bentuk pujian juga ditujukan kepada sang jenius, Shin Tae-yong.
Namun, tak ada tim yang sempurna, selalu ada kelemahan di balik performa mentereng setiap tim, dan hal tersebut bisa saja menajdi boomerang jika Timnas Indonesia terlena.
Baca juga: Head to Head Timnas Indonesia vs Singapura di Piala AFF, Peluang Garuda Melesat ke Final Lagi
Baca juga: 4 Skema Shin Tae-yong di Piala AFF, Kolektivitas Timnas Indonesia & Rotasi Brilian Sang Juru Selamat
Lawan Garuda di semi final adalah tim yang selalu bertanding dengan semangat ganda lantaran status tuan rumah.
Adalah Singapura, mereka memang hanya lolos sebagai runner up, tim asuhan Nazri Nasir itu kalah mencolok dengan keganasan Timnas Thailand.
Meski begitu, permainan yang ditunjukkan Singapura tidaklah boleh diremehkan, merek memiliki senjata rahasia yang bisa saja mematikan langkah Indonesia.
Singapura begitu lihai perihal mengeksploitasi lini tengah lawan dengan mengandalkan pressing tinggi dan kecepatan pemain mereka.
Korbannya, Timnas Filipina yang dipenuhi dengan pemain eropa pun mereka taklukan dengan skor 2-1.
Singapura memiliki pemain cepat yang mampu menusuk ke jantung pertahanan lawan, striker nomor 9 mereka bernama Ikhsan Fandi adalah orangnya.
Sebagai target man ia tak malas, pergerakannya begitu cair bergerak dari sisi tepi dan tiba-tiba menusuk ke kotak penalti.
Dua golnya ke gawang Myanmar adalah contoh nyata dari keganasan striker berusia 22 tahun itu.
Timnas Indonesia tak boleh lengah, harus diingat, meski berstatus sebagai tim paling produktif, catatan kebobolan Indonesia juga tak bagus-bagus amat.
Tiga dari empat gol yang bersarang ke gawang Indonesia adalah gol yang berasal dari dua tim non unggulan Kamboja dan Laos.
Untungnya, Shin Tae-yong bukanlah pelatih sembarangan, ia memiliki skema rahasia yang jika mampu diterjemahkan oleh skuat Garuda dengan baik.
Ya, Shin Tae-yong dapat mempertahankan skemanya saat laga uji coba Timnas yang sempat ia gunakan saat melawan Laos dan Malaysia di babak pertama.
Yaitu menggunakan pendekatan Pep Guardiola di Manchester City dengan sistem 4-3-3 atau 4-1-4-1 dengan memaksimalkan peran full back dan winger.
Bermain dengan skema dasar 4-1-4-1. Saat menyerang, Shin Tae-yong memakai skema 3-2-4-1 atau 3-2-5. Skema tersebut begitu mirip dengan pelatih Manchester City, Pep Guardiola.
Tae-yong berusaha menumpuk pemain Indonesia di tengah, dengan menarik salah satu full back untuk bermain lebih ke dalam.
Saat Indonesia membangun serangan, full back Timnas Garuda akan naik ke tengah untuk berdiri sejajar bersama gelandang bertahan Timnas Indonesia.
Dalam skema tersebut, dengan kontrol bola dan teknik yang dimiliki pemain full back, ia dapat membuat lini tengah Garuda lebih kuat dan variatif.
Pergerakan full back ke tengah juga membuat Indonesia unggul jumlah pemain di tengah pada fase awal serangan.
Dengan begitu, dua gelandang Timnas Indonesia bisa naik ke area yang tinggi untuk fokus melakukan serangan.
Sang full back dan satu gelandang bertahan mengisi lini tengah untuk membangun serangan dari bawah.
Di sini, Tae-yong mencari peran gelandang serang atau striker yang memiliki kualitas passing dan kemampuan finishing yang handal.
Sang pemain dibutuhkan di fase akhir serangan Timnas memanfaatkan atribusinya dalam mengirim umpan dan menciptakan peluang berbahaya.
Dengan sistem Tae-yong tersebut, Timnas Garuda mampu menguasai jalannya pertandingan dari menit awal hingga akhir.
Keunggulan jumlah pemain timnas di lini tengah membuat para pemain Indonesia dapat leluasa mengurung pertahanan lawan.
Ditambah, semua striker Timnas Indonesia merupakan pemain yang memiliki kecepatan dan kreatif yang ditopang oleh para gelandang pekerja keras.
Umpan jauh dan terobosan digunakan semaksimal mungkin dalam mengubah arah serangan memanfaatkan kecepatan para pemain depan untuk menciptakan peluang dengan ruang kosong yang dimiliki.
Ya, untuk lolos ke babak semi final, sistem Shin Tae-yong tersebut bisa dicoba kembali agar mampu meredam dan tampil agresif saat bertemu Vietnam.
Vietnam tentu bernafsu untuk menjadikan Indonesia sebagai tujuan 3 poin. Chemistry yang sudah mereka bangun selama bertahun-tahun membuat level permainan mereka berada di atas Timnas Indonesia.
Untuk itu, sangat penting bagi Tae-yong untuk menemukan formula yang efisien guna menghindarkan Garuda dari kekalahan.
Kejadian seperti melawan Kamboja tak boleh terulang, kesalahan elementer seperti passing dan buruknya koordinasi permainan harus segera diperbaiki.
Mengulang skema lama Tae-yong dapat menjadi solusi, menumpuk pemain di tengah akan membuat Timnas Indonesia mampu menguasai pertandingan dan bertahan dengan baik.
Selain itu, adanya dua gelandang bertahan juga dapat membuat lini tengah Indonesia lebih kuat dan rapi dalam memutus serangan lawan.
Ketika mampu meredam lini tengah Singapura, Tae-yong dapat memanfaatkan atribut pemain winger Timnas Indonesia yang memiliki insting mencetak gol dan kepecatan.
Irfan Jaya dapat dijadikan senjata untuk mengeksploitasi pertahanan Vietnam dari sisi tepi, ia adalah kartu AS Timnas Indonesia yang kualitasnya sudah terbukti.
Nama Witan Sulaeman, Ramai Rumakiek, dan Egy Maulana Vikri juga tak kalah mentereng.
Indonesia dapat mencetak gol dari sisi mana saja, kolektivitas para pemain winger Indonesia merupakan yang terbaik di Piala AFF tahun ini.
(Tribunnews.com/Deivor)