Rapor Rangnick di Manchester United, Hilangnya Gegenpressing & Obat Penawar dari Buangan Chelsea
Ralf Rangnick sedang membangun Manchester United untuk menjadi tim yang lebih bertaji dari musim-musim sebelumnya.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Dwi Setiawan
TRIBUNNEWS.COM - Ralf Rangnick sedang membangun Manchester United untuk menjadi tim yang lebih bertaji dari musim-musim sebelumnya.
Namun, alih-alih mempertahankan skema gegenpressingnya seperti yang ia lakukan di klub sebelumnya, akhir-akhir ini Rangnick justru lebih memilih untuk bermain pragmatis.
Dilansir FBref, dari tujuh pertandingan terakhir yang dijalani Manchester United, tim yang bermarkas di Old Trafford itu hanya mampu menguasai ball possesion sebanyak 53%.
Hal tersebut jelaslah berbanding terbalik seperti filosofi yang ia usung, bermain dengan sistem gegenpressing dan menguasai pertandingan adalah idealisme yang selama beberapa tahun ia pertahankan.
Namun, nampaknya masalah komposisi lini tengah membuat Rangnick mempilih untuk meninggalkan skema tersebut dan bermain lebih pragmatis.
Pelatih asal Jerman itu mengubah pola 4-2-2-2 menjadi 4-3-3 dan bermain dengan garis pertahanan yang rendah.
Baca juga: Determinasi Diogo Jota & Efisiensi Firmino di Liverpool: Bukti Klopp tak Bertumpu pada Salah & Mane
Baca juga: Berita Chelsea, Thiago Silva Tak Melambat Bikin Kane Mati Kutu, Ziyech Sekaliber Pemain Juara City
Hasilnya, Manchester United pun tampil kurang meyakinkan, dari tujuh pertandingan terakhir, Setan Merah hanya mampu memenangkan 4 pertandingan, 1 hasil imbang, dan 2 kekalahan.
Dengan kualitas pemain dan sosok pelatih elite yang didatangkan jelaslah hal tersebut belum memuaskan, apalagi jika dilihat dari permainan mereka di lapangan.
Kunci dari sistem yang dijalani Rangncik sebenernya adalah lini tengah, ia butuh sosok gelandang bertahan pekerja keras dan memiliki visi bermain yang apik.
Sementara dalam skuat yang ia miliki, hanya ada McTominay, Fred, dan Nemanja Matic yang bisa diberi peran sebagai gelandang bertahan.
Jelas ketiga pemain yang disebutkan di atas masih jauh dari apa yang diinginka Rangncik untuk menjalankan sistemnya.
Ya, masalah Setan Merah memang berada di lini tengah, mereka tak memiliki gelandang bertahan mumpuni yang bisa mengaplikasikan taktik Rangnick dengan apik.
Lantas, juru taktik asal Jerman itu pun telah memasukkan nama Declan Rice di target transfer Manchester United tahun depan.
Declan Rice merupakan salah satu gelandang terbaik di Liga Inggris bahkan di eropa.
Dirinya adalah seorang panglima perang di lini tengah West Ham United maupun Timnas Inggris, tak heran jika Manchester United begitu ngotot mendatangkannya.
Kehebatan Declan Rice pun diakui oleh legenda Liverpool yang sekarang menjadi pundit untuk Sky Sports, Jamie Carragher.
"Dia sedikit mengingatkanku pada diriku sendiri," kata Carragher dilansir Sky Sports.
"Saya mulai di lini tengah dan kembali ke bek tengah. Saya penggemar berat Declan Rice karena dia datang dan membuat orang mengatakan dia hebat dalam berbagai tahapan," tambahnya.
Declan Rice merupakan binaan dari akademi Chelsea, ia seangkatan bersama Mason Mount dan Tammy Abraham.
Namun, nasib Rice berbeda dengan dua rekannya tersebut, saat usianya 14 tahun, Chelsea memilih untuk "membuang" Rice dengan menyuruhnya untuk mencari tim baru.
Dilansir The Sun, Menurut Chelsea, Rice tidak memiliki kemampuan untuk bermain di satu posisi tertentu.
Dirinya dianggap terlalu biasa saja untuk menjadi pemain belakang dan tak memiliki bakat untuk bermain di lini depan.
Tak hanya itu, Rice juga dilepas Chelsea lantaran didiagnosis mengidap gangguan pertumbuhan.
Saat menjalani tes medis, ia mengalami penyakit yang di kemudian hari bisa mengganggu caranya dalam menggerakkan tubuh.
Beruntung bagi Rice, West Ham United datang menampung dan menemukan potensi terbaik dalam dirinya.
Memiliki tubuh yang besar dan berotot membuat dirinya dipasang sebagai bek tengah oleh Kepala Youth Development West Ham saat itu, Tony Carr.
Declan Rice pun langsung nyetel dengan posisi barunya di akademi West Ham dan mampu memberi penampilan yang mentereng.
Di usia 18 tahun, Rice sudah diberi kesempatan untuk promosi ke tim utama The Hammers yang saat itu dilatih oleh Manuel Pellegrini.
Dengan jeli, Pelegrini beranggapan bahwa Rice terlalu spesial untuk menjadi seorang bek tengah.
Ia memiliki visi bermain dan akurasi passing yang mumpuni. Akhirnya, pemain asal Inggris tersebut diberi peran sebagai gelandang bertahan oleh Pellegrini.
Tiga tahun bermain sebagai gelandang bertahan, Rice mampu menunjukkan performa cemerlang dan konsistensinya.
Saat Pellegrini pergi untuk digantikan oleh David Moyes, ia tetap menjadi pilihan utama untuk mantan pelatih Manchester United dan Everton tersebut.
Kini, Declan Rice menjelma menjadi salah satu gelandang terbaik di dunia, ia menjadi pemain kesayangan Moyes di lini tengah The Hammers.
"Bagi saya Rice adalah pemain terbaik, bahkan jika ada yang menawarnya 100 juta euro itu seharusnya lebih, harga Rice lebih dari itu," Kata Moyes dilansir Football London.
Menang penampilan Rice yang begitu cemerlang membuat namanya menjadi incaraan klub-klub elit di Liga Inggris, dan salah satu yang paling berminat adalah Manchester United.
Minat Setan Merah untuk mendatangkan Rice sangatlah masuk akal, pos gelandang United dapat dikatakan keropos, itu menjadi titik lemah United musim ini.
Declan Rice jelas memiliki catatan mencolok menyoal kemampuannya dalam bertahan dan menjadi jendral di lini tengah, aerials won Rice berada di angka 1.88 per pertandingan.
Rice Juga terbilang pandai dalam mengalirkan bola. Rasio pass completion-nya mencapai angka 89%,
sementara umpan jarak jauh ke arah kotak penalti mencapai angka 93%.
Statistik tersebut merupakan yang terbaik di West Ham mengungguli Tomas Soucek yang juga dikenal memiliki kemampuan membagi bola yang mumpuni.
Sebagai seorang gelandang bertahan, Rice juga memiliki kemampuan dribel yang ciamik
Rasio successful dribblenya beradang di angka 85%, hanya kalah dari Said Benrahma.
Kelebihan-kelebihan tersebutlah yang membuat Manchester United begitu menginginkan tanda tangan sang gelandang.
Namun, untuk mendatangkan Rice ke Old Trafford, Setan Merah harus merogoh kocek yang tak sedikit.
The Hammers mematok harga sebesar 100 juta euro atau sekitar 1,6 triliun rupiah untuk pemain berusia 22 tahun tersebut.
Harga semahal itu diakui cocok oleh beberapa mantan pemain sepak bola yang sekarang menjadi seorang Pundit, salah satunya adalah legenda Arsenal, Winterburn.
"100 juta euro adalah jumlah uang yang sangat besar, ini jumlah uang yang gila, tapi ini juga penilaian yang adil untuk kualitas Rice," Kata Winteburn dilansir Metro.uk.
"Saya bisa melihat bahwa Rice cocok dengan Man United karena mereka memiliki banyak talenta menyerang,"
"Tetapi sering kecolongan saat bertahan. Rice akan sempurna untuk Man United," pungkasnya.
Pilihan ada di tangan Manchester United, dengan mendatangkan Rice maka satu masalah utama United telah teratasi.
Kedatangan Rice di Old Trafford juga sangat memungkinkan Rangnick untuk kembali memakai sistem gegenpressingnya kembali, dan membawa Manchester United tampil lebih mentereng di setiap laganya.
(Tribunnews.com/Deivor)