Thomas Tuchel Pecundang di Mata Jurgen Klopp, Liverpool Tatap Trofi Carabao dan Remehkan Chelsea
Pertandingan Chelsea vs Liverpool akan dilangsungkan di stadion Wembley dan kick off pada pukul 23.30 WIB.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Drajat Sugiri
TRIBUNNEWS.COM - Chelsea dan Liverpool akan bertemu dalam partai final Piala Carabao pada Minggu, (27/02/2022).
Pertandingan Chelsea vs Liverpool akan dilangsungkan di stadion Wembley dan kick off pada pukul 23.30 WIB.
Piala Carabao memang menjadi gelar 'ciki' bagi Chelsea dan Liverpool, lantaran kedua tim tersebut telah sukses meraih gelar yang lebih bergengsi terhitung selama 3 musim ini.
Ya, Chelsea dan Liverpool sama-sama pernah sukses meraih gelar Liga Champions dan Trofi Piala Dunia antar klub yang mengantar mereka menjadi tim yang paling diperhitungkan eropa.
Salah satu hal yang menjadi final Piala Carabao menjadi pertandingan yang panas adalah gengsi yang dihadirkan oleh kedua tim, khususnya untuk sang juru taktik mereka.
Thomas Tuchel dan Jurgen Klopp telah menjadi rival sejak mereka menukangi tim di Bundesliga Jerman.
Dan persaingan antara kedua pelatih asal Jerman itu kembali berlanjut di daratan Inggris.
Jurgen Klopp berada di atas angin di partai final nanti, lantaran ia memiliki rekor yang apik kala bertemu tim yang ditukangi oleh Thomas Tuchel.
Baca juga: Final Piala Liga Inggris, Chelsea vs Liverpool, 7 Tahun Penantian Jurgen Klopp Terbayar
Baca juga: Jadwal Bola Pekan Ini, Chelsea vs Liverpool Final Carabao Cup, Ada Persija vs Persib BRI Liga 1
Dilansir Squawka, selama karir kepelatihan Tuchel, tak ada pelatih lain yang mampu mengalahkannya sebanyak Jurgen Klopp.
Ya, Thomas Tuchel telah mengalami sembilan kali kekalahan selama bertemu tim yang diasuh oleh Klopp.
Fakta tersebut semakin membuat Liverpool percaya diri untuk mampu mengalahkan Chelsea di final Piala Carabao besok malam.
Nyatanya, penampilan The Reds di musim ini begitu melejit, mereka masih bersaing untuk meraih gelar Liga Inggris bersama Manchester City.
Juga di Liga Champions, tim raksasa Italia, Inter Milan dibuatnya tak berkutik saat bermain dikandang, Liverpool sukses mengalahkan Nerazzurri dengan skor dua gol tanpa balas.
Praktis, di tengah inkonsistensi tim-tim elite Liga Inggris dan Eropa, The Reds adalah tim dengan performa paling stabil.
Kekalahan hanya mereka rasakan ketika bermain melawan West Ham United di Liga Inggris, selebihnya hasil sempurna hampir selalu Klopp antarkan untuk Liverpool.
Tangan dingin Jurgen Klopp benar-benar menjadikan Liverpool sebagai tim superior yang sulit untuk dikalahkan.
Sejak datang ke Anfield pada tahun 2015 lalu, juru taktik asal Jerman itu sukses membuat revolusi di Liverpool.
Mulai mentalitas hingga gaya permainan yang diusung mampu membuat The Reds menjadi tim yang lebih diperhitungkan di eropa.
Perlu diingat, Klopp bukanlah tipe pelatih yang menuntut belanja besar-besaran untuk tim yang ia pegang, ia berbeda dengan Guardiola yang membutuhkan dana melimpah untuk membentuk satu tim hebat.
Selama enam tahun menjabat sebagai juru taktik The Reds, pengeluaran paling banyak hanyalah untuk mendatangkan Virgil van Dijk dari Southampton dengan biaya 70 juta euro.
Pemain-pemain yang kini menjadi bintang, seperti Mo Salah, Sadio Mane, Roberto Firmino, Diogo Jota, Jordan Henderson, hingga Robertson adalah pemain yang diboyong dengan harga dibawah 50 juta euro.
Klopp adalah pelatih yang percaya dengan sebuah proses. Ia membuat sistem permainan berdasarkan kapasitas pemain yang ia miliki.
Klopp jeli dalam menggodok pemain yang biasa-biasa saja sebelumnya menjadi sosok penting dalam taktik yang dia usung.
Baca juga: Inter & AC Milan Kompak Tak Konsisten, Scudetto Rawan Direbut Napoli yang Andalkan Magis Spalletti
Baca juga: Hasil Liga Italia, AC Milan Gagal Menang Lagi, Stefano Pioli Protes Kinerja Buruk VAR
Nama-nama yang disebutkan di atas adalah contohnya, mereka diboyong dengan banderol di bawah 50 juta euro, namun apa yang mereka tunjukkan di lapangan begitu luar biasa.
Mohamed Salah yang menjadi bintang, diakui sebagai salah satu pemain terbaik di dunia dengan beberapa kali masuk dalam nominasi pememangan Ballon d'0r.
Awal kehebatan Klopp terlihat saat Liverpool berhasil dibawanya mencapai babak final Piala Liga dan Liga Eropa pada musim 2015/2016.
Lalu di musim selanjutnya (2016/2017), pelatih berusia 52 tahun tersebut mampu membawa The Reds tampil di ajang Liga Champions setelah tiga musim absen.
Grafik menanjak kembali mampu Klopp tunjukan di musim 2017/2018, Jordan Henderson dan kolega dibawanya mencapai babak final Liga Champions dan bersua tim raksasa Spanyol, Real Madrid.
Sayangnya, blunder konyol yang dilakukan Karius di partai tersebut membuat Liverpool harus menyerahkan trofi Si Kuping Besar ke tangan Los Blancos.
Namun, bukan Klopp namanya jika ia tak belajar dari kekalahan. Di musim selanjutnya, The Reds sukses dibawanya tampil superior di Liga Champions hingga kembali melangkah ke babak final.
Tottenham Hotspur yang menjadi lawan dibuat tak berdaya, tim asuhan Pochettino berhasil Klopp kalahkan dengan skor meyakinkan 2-0 lewat sumbangan gol Mo Salah dan Divock Origi.
Dan raihan manis terakhir yang sukses Klopp berikan untuk Liverpool terjadi pada musim 2019/2020.
Liverpool menjalani musim paling luar biasa di liga dengananya mengalami jumlah kekalahan yang dapat dihitung jari.
Mereka juga meninggalkan City di urutan kedua dengan selisih poin dua digit yang begitu jauh dan mustahil dikejar bahkan saat kompetisi masih menyisakan tujuh laga sisa.
Gelar Liga Primer Inggris pun berhasil mereka bawa pulang setelah 30 tahun lamanya tak masuk lemari prestasi di Anfield.
"Dia (Jurgen Klopp) akan dikenang selamanya oleh fans di Anfield, Klopp adalah orang yang harus dihormati berkat jasa-jasanya untuk Liverpool," Kata Gerrard, legenda hidup Liverpool dilansir ESPN.
Berhasil mencatatkan hasil istimewa untuk The Reds tak membuat eks pelatih Brussia Dortmund itu jumawa.
Dalam sebuah konferensi Pers, Klopp menyebut dirinya adalah The Normal One, dia tak merasa menjadi orang yang spesial walaupun telah memberi gelar bergengsi untuk Liverpool.
Permainan high pressing, gegenpressing, dan direct pass dipertontonkan oleh skuat juru taktik asal Jerman itu.
Ya, 'Rock and Roll football' yang diusung Jurgen Klopp dengan 3 skema tersebut mampu membuat Liverpool tampil mempesona musim ini juga musim-musim sebelumnya.
Salah satu yang paling mencolok adalah bagaimana Klopp menerapkan permainan gegenpressing untuk Liverpool.
"Gegenpressing adalah soal ketepatan dan kecepatan, kami memberi waktu 5 detik untuk pemain dapat merebut bola kembali setelah kehilangannya," kata Klopp dilansir HaytersTV.
"Kami memanfaatkan kegagalan lawan melakukan transisi menyerang untuk menciptakan peluang dan mencetak gol, itu yang kami lakukan," lanjutnya.
Walaupun menguras stamina dan membuat pemain Liverpool rentan cedera, permainan yang diusung Klopp terbukti efisien untuk meraih 3 poin dan mengalahkan lawan-lawannya yang di atas kertas secara skuat lebih mewah dari tim yang bermarkas di Anfield Stadium tersebut.
Musim ini, mereka tak hanya tampil gempiang di Liga inggris, namun juga di ajang kontinental, Liga Champions.
Dari seluruh pertandingan penyisihan grup liga paling bergengsi di eropa itu, Liverpool sukses menyapu bersih semua laga dengan kemenangan.
Salah satu faktor superiritas Liverpool dan penampilan stabil mereka dari musim ke musim adalah bagaimana ia memanfaatkan atribut pemain yang ada.
Contoh paling nyata adalah keberhasilan dia menyulap Trent Alexander-Arnold dari seorang gelandang serang biasa-biasa saja menjadi salah satu full back terbaik di dunia.
Klopp paham betul akan pesona yang ditawarkan Arnold sebagai pemain, kecakapan pemain asal Inggris itu dalam mengirim umpan membuat Arnold digeser ke samping olehnya untuk menjadi sang pelayan bagi barisan penyerang Liverpool dari sisi tepi.
Garis pertahanan yang tinggi, serta visi bermain yang handal dari Arnold juga membuat Klopp menjadikannya sebagai playmaker dari sisi kanan.
Per catatan Squawka, Arnold adalah pemain pertama yang sukses mencatatkan lebih dari 100 change created di tahun 2021, menawan!
Catatan 17 assistnya di musim ini semakin membuktikan bahwa dia adalah arwah dari permainan Liverpool.
Dengan begitu efisiensinya gegenpressing milik Jurgen Klopp dan penampilan ciamik Arnold serta tajamnya lini serang The Reds, rasanya tak akan sulit bagi liverpool untuk mengalahkan Chelsea di partai puncak Piala Carabao.
(Tribunnews.com/Deivor)