Tampil Lebih Legit dari AC Milan, Inter Jadi Favorit Scudetto, Sihir Inzaghi Benamkan Torehan Pioli
Di bawah asuhan Simone Inzaghi, Nerazzurri sukses menapilkan perfoma yang begitu impresif mengalahkan penampilan AC Milan di bawah komando Pioli.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNNEWS.COM - Persaingan gelar juara Liga Italia semakin sengit, dua tim sekota, Inter dan AC milan menjadi tim teratas untuk mengangkat Scudetto musim ini.
AC Milan memang sedang nangkir di posisi puncak klasemen dengan torehan 68 angka, namun Inter Milan berpeluang besar menggeser mereka karena memiliki tabungan satu laga.
Inter Milan berada tepat di bawah AC Milan dengan kumpulan 67 poin, asa untuk mengcapolista Rossoneri pun terbuka lebar.
Apalagi, di bawah asuhan Simone Inzaghi, Nerazzurri sukses menampilkan perfoma yang begitu impresif mengalahkan penampilan AC Milan di bawah komando Stefano Pioli.
Ya, pikulan beban berat harus menggantikan posisi Antonio Conte yang sukses memberi gelar Scudetto di musim lalu nyatanya tak membuat Inzaghi berkeringat dingin.
Justru sebaliknya, adaptasi dan filosofi yang ia berhasil membuat Inter Milan tampil lebih agresif dan bertaji.
Baca juga: Warning bagi AC Milan, Napoli Contoh Buruk dalam Perburuan Gelar Juara Liga Italia
Baca juga: Perisic Buka Harapan, Yakin Inter Milan Masih Berpeluang Juara Serie A Usai Menang 2-0 Atas Verona
Gelar Piala Super Italia pun sukses ia berikan setelah 12 tahun lamanya Nerazurri tak berhasil meraihnya.
Dari segi taktik, Inzaghi mempertahankan skema lamanya di Lazio, yaitu bermain dengan pakem 3-5-2.
Harus ditinggal beberapa pemain kunci seperti Romelu Lukaku dan Acharaf Hakimi, tak membuat Inter Milan kehilangan tajinya.
Dilansir FBref, xG komulatif Inter Milan berada di angka 38.1, menjadi yang tertinggi di Liga Italia, mengalahkan Atallanta yang bermain ofensif, pun dengan rival mereka, AC Milan yang hanya memiliki xG 34.2.
Juga dengan torehan gol musim ini, Nerazzurri menjadi tim paling produktif di Liga Italia dengan koleksi 65 gol, jauh di atas Rossoneri yang baru mencetak 56 gol musim ini.
Meski hanya mendatangkan striker gaek berusia 35 tahun, Edin Dzeko untuk pengganti top skor Nerazzurri musim lalu, Romelu Lukaku.
Inzaghi terbukti mampu membuat Dzeko tampil ganas.
Torehan 17 gol Dzeko untuk Inter Milan musim ini menjadi yang tertinggi di antara pemain Nerazzurri lainnya.
Pemain yang didepak Mourinho dari AS Roma itu tak kesulitan untuk beradaptasi dengan skema Inzaghi.
Rotasi yang kerap juru taktik asal Italia itu lakukan membuat Dzeko tak kehabisan tenaga.
Ia mampu menunjukkan performa apik ketika dimainkan, baik saat tampil starter ataupun datang dari bangku cadangan.
"Lukaku memang lebih baik dari Dzeko sebelumnya, tetapi ia lebih lengkap sebagai pemain," puji Marchegiani.
"Dia (Dzeko) lebih lengkap dari Lukaku, Inter Milan bisa menggunakannya dengan cara sangat baik,"
"Terbukti ia mampu bermain bagus dengan Correa, dia tahu bagaimana melakukan hal baik melalui kombinasi operan maupun di area penalti," lanjutnya.
Secara permainan, Inzaghi mengusung play position dengan mengandalkan pergerakan pemain dan perpindahan bola dengan cepat dari kaki ke kaki.
Baca juga: AC Milan Luncurkan NFT, Bantu Ringankan Krisis Kemanusiaan di Ukraina
Itu yang menjadi perbadaan gaya permainannnya dengan Conte meski sama-sama menggunakan pakem dasar 3-5-2.
Conte lebih bermain secara direct dan pragmatis, ia mengedepankan umpan lambung yang menusuk mencari para wing back yang memiliki kecepatan.
Permainan yang diusung Inzaghi terbukti mampu membuat Inter Milan lebih sering melakukan passing di dalam kotak penalti.
Rata-rata umpan ke dalam kotak penalti Nerazzurri musim ini berada di angka 14.4 per pertandingannya.
Sedangkan di era Conte, Inter hanya mampu melakukan progresi umpan ke dalam kotak hanya berada di angka 11.3 per pertandingan.
Dari segi kolektivitas, Inzaghi juga mampu meberikan sentuhan yang apik.
Sudah ada 18 pemain berbeda Inter Milan yang mampu mencatatkan namanya di papan skor.
Bahkan, sang wing back, Ivan Perisic telah menciptkan tiga gol untuk Nerazzurri musim ini.
Inter tak terlalu bergantung pada 1 atau 2 pemain untuk mencetak gol.
Saat Dzeko atau Lautaro mengalami paceklik, peran lini kedua sering kali mampu menjadi pemecah kebuntuan.
Lalu di lini tengah, Inzaghi juga mampu mempertahankan permainan apik yang ditunjukkan Brozovic dan Barella musim lalu.
Kedua pemain tersebut tak kehilangannya sentuhannya meski Inzaghi menerapkan adaptasi yang berbeda dengan Antonio Conte.
Brozovic menjadi regista yang mengatur tempo permainan Inter Milan.
Akurasi passing pria asal Kroasia itu mencapai di angka 84% per pertandingan.
Ia juga menjadi sosok kunci di lini tengah sebagai penghalau pertama transisi bertahan ke menyerang lawan saat Nerazurri mendapat serangan balik.
Dengan kuatnya aspek bertahan Brozovic, memberi keleluasaan kepada Barella untuk tampil lebih ke depan dan merepotkan pertahanan lawan.
Baca juga: Termasuk Jaga Benzema dan Cetak Gol Awal, 5 Hal Harus Dilakukan Chelsea Demi Singkirkan Real Madrid
Barella telah menerobos ke kotak penalti lawan lewat dribel sebanyak tujuh kali, menjadi yang tertinggi di antara gelandang Inter lainnya.
Dribel sukses pria asal Italia itu juga berada di angka 2.12 per pertandingan, kembali menjadi yang tertinggi di antara pemain tengah Nerazzurri.
Ya, adaptasi permainan yang dilakukan Inzaghi selama ini membuat Inter Milan tetap menjadi tim yang diperhitungkan untuk meraih scudetto meski ditinggal oleh derertan pemain kunci.
Ramuan-nya juga sukses membuat Inter Milan melangkah lebih jauh di Liga Champions, mengakhiri catatan buruk yang diukir Conte.
Gaya permainan yang berbeda dengan Antonio Conte juga mampu membuat Inter Milan tampil lebih menghibur dan berbahaya.
Kini, Simone Inzaghi berpotensi besar membawa Inter Milan memepertahankan gelar scudetto di musim lalu.
Konsistensi permainan menjadi kunci Nerazzurri untuk menggeser AC milan di puncak klasemen.
(Tribunnews.com/Deivor)