Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Superskor

Adu Mekanik Liverpool vs Real Madrid, Siapa Lebih Kayak Rengkuh Trofi Liga Champions?

Jurgen Klopp dan Carlo Ancelotti punya parameter serta filosofi bermain sendiri untuk membentuk sebuah tim yang sulit untuk dikalahkan.

Penulis: deivor ismanto
Editor: Claudia Noventa
zoom-in Adu Mekanik Liverpool vs Real Madrid, Siapa Lebih Kayak Rengkuh Trofi Liga Champions?
GERARD JULIEN / AFP
BERTEMU LAGI- Jurgen Klopp dan Carlo Ancelotti akan bertemu lagi di laga final Liga Champions yang mempertemukan antara Liverpool dan Real Madrid di Paris pada Minggu (29/5/2022). 

TRIBUNNEWS.COM - Final Liga Champions antara Liverpool vs Real Madrid tinggal menghitung hari.

Partai puncak ajang paling bergengsi di Eropa itu akan digelar pada Minggu, (29/05/2022).

Selain penampilan apik mereka di Liga Champions yang mengantar keduanya melaju ke babak final, Liverpool dan Real Madrid sama-sama mampu tampil gemilang di ajang domestik.

Meski gagal merengkuh trofi Liga Inggris, Liverpool di musim ini mampu meraih trofi FA Cup dan Carabao Cup.

Sedangkan Real Madrid, gelar Liga Spanyol mampu mereka raih meski masih menyisakan tujuh laga.

Baca juga: Khasiat Pep Guardiola Mengejar Trofi Liga Champions: Pasang Striker Muda Karya Akademi Real Madrid

Baca juga: Jadwal Final Liga Champions, Live SCTV, Liverpool vs Real Madrid, Eks AC Milan Jagokan The Reds

Penampilan legit mereka di kancah domestik menjadi bukti, Liverpool dan Real Madrid memang-lah layak berada di final Liga Champions dengan menyingkirkan barisan klub elite eropa lainnya.

Keduanya memiliki dua juru taktik yang sama-sama mampu mengangkat moral dan mental pemain untuk terus tampil mentereng di setiap pertandingannya.

Berita Rekomendasi

Pun dengan cara bermain, Jurgen Klopp dan Carlo Ancelotti punya parameter serta filosofi bermain sendiri untuk membentuk sebuah tim yang sulit untuk dikalahkan.

Magis Jurgen Klopp di Liverpool

Manajer Liverpool asal Jerman Jurgen Klopp memberikan tepuk tangan pada akhir pertandingan sepak bola Liga Inggris antara Liverpool dan Manchester United di Anfield di Liverpool, Inggris barat laut pada 19 April 2022. - LIverpool menang 4-0 melawan Manchester United. (Photo by Oli SCARFF / AFP)
Manajer Liverpool asal Jerman Jurgen Klopp memberikan tepuk tangan pada akhir pertandingan sepak bola Liga Inggris antara Liverpool dan Manchester United di Anfield di Liverpool, Inggris barat laut pada 19 April 2022. - LIverpool menang 4-0 melawan Manchester United. (Photo by Oli SCARFF / AFP) (AFP/OLI SCARFF)

Sejak datang ke Anfield pada tahun 2015 lalu, juru taktik asal Jerman itu sukses membuat revolusi di Liverpool.

Mulai mentalitas hingga gaya permainan yang diusung mampu membuat The Reds menjadi tim yang lebih diperhitungkan di eropa.

Perlu diingat, Klopp bukanlah tipe pelatih yang menuntut belanja besar-besaran untuk tim yang ia pegang, ia berbeda dengan Guardiola yang membutuhkan dana melimpah untuk membentuk satu tim hebat.

Selama enam tahun menjabat sebagai juru taktik The Reds, pengeluaran paling banyak hanyalah untuk mendatangkan Virgil van Dijk dari Southampton dengan biaya 70 juta euro.

 Moneyball yang diterapkan oleh mantan Direktur Olahraga Liverpool, Michael Edward, menjadi kunci dari kesuksesan bursa transfer The Reds dari musim ke musim yang memanjakan Klopp untuk meracik strategi.

Pemain-pemain yang kini menjadi bintang, seperti Mo Salah, Sadio Mane, Roberto Firmino, Diogo Jota, Jordan Henderson, hingga Robertson adalah pemain yang diboyong dengan harga di bawah 50 juta euro.

Klopp adalah pelatih yang percaya dengan sebuah proses. Ia membuat sistem permainan berdasarkan kapasitas pemain yang ia miliki.

Klopp jeli dalam menggodok pemain yang biasa-biasa saja sebelumnya menjadi sosok penting dalam taktik yang dia usung.

Nama-nama yang disebutkan di atas adalah contohnya, mereka diboyong dengan banderol di bawah 50 juta euro, namun apa yang mereka tunjukkan di lapangan begitu luar biasa.

Mohamed Salah yang menjadi bintang, diakui sebagai salah satu pemain terbaik di dunia dengan beberapa kali masuk dalam nominasi pemenangan Ballon d'Or.

Awal kehebatan Klopp terlihat saat Liverpool berhasil dibawanya mencapai babak final Piala Liga dan Liga Eropa pada musim 2015/2016.

Lalu di musim selanjutnya (2016/2017), pelatih berusia 52 tahun tersebut mampu membawa The Reds tampil di ajang Liga Champions setelah tiga musim absen.

Grafik menanjak kembali mampu Klopp tunjukan di musim 2017/2018, Jordan Henderson dan kolega dibawanya mencapai babak final Liga Champions dan bersua tim raksasa Spanyol, Real Madrid.

Sayangnya, blunder konyol yang dilakukan Karius di partai tersebut membuat Liverpool harus menyerahkan trofi Si Kuping Besar ke tangan Los Blancos.

Namun, bukan Klopp namanya jika ia tak belajar dari kekalahan. Di musim selanjutnya, The Reds sukses dibawanya tampil superior di Liga Champions hingga kembali melangkah ke babak final.

Tottenham Hotspur yang menjadi lawan dibuat tak berdaya, tim asuhan Pochettino berhasil Klopp kalahkan dengan skor meyakinkan 2-0 lewat sumbangan gol Mo Salah dan Divock Origi.

Raihan manis terakhir yang sukses Klopp berikan untuk Liverpool terjadi pada musim 2019/2020.

Liverpool menjalani musim paling luar biasa di liga dengan mengalami jumlah kekalahan yang dapat dihitung jari.

Mereka juga meninggalkan City di urutan kedua dengan selisih poin dua digit yang begitu jauh dan mustahil dikejar bahkan saat kompetisi masih menyisakan tujuh laga sisa.

Gelar Liga Primer Inggris pun berhasil mereka bawa pulang setelah 30 tahun lamanya tak masuk lemari prestasi di Anfield.

"Dia (Jurgen Klopp) akan dikenang selamanya oleh fans di Anfield, Klopp adalah orang yang harus dihormati berkat jasa-jasanya untuk Liverpool," Kata Gerrard, legenda hidup Liverpool dilansir ESPN.

Berhasil mencatatkan hasil istimewa untuk The Reds tak membuat eks pelatih Brussia Dortmund itu jumawa.

Dalam sebuah konferensi Pers, Klopp menyebut dirinya adalah The Normal One, dia tak merasa menjadi orang yang spesial walaupun telah memberi gelar bergengsi untuk Liverpool.

Permainan high pressing, gegenpressing, dan direct pass dipertontonkan oleh skuat juru taktik asal Jerman itu.

Ya, 'Rock and Roll football' yang diusung Jurgen Klopp dengan 3 skema tersebut mampu membuat Liverpool tampil mempesona musim ini juga musim-musim sebelumnya.

Salah satu yang paling mencolok adalah bagaimana Klopp menerapkan permainan gegenpressing untuk Liverpool.

"Gegenpressing adalah soal ketepatan dan kecepatan, kami memberi waktu 5 detik untuk pemain dapat merebut bola kembali setelah kehilangannya," kata Klopp, dilansir HaytersTV.

"Kami memanfaatkan kegagalan lawan melakukan transisi menyerang untuk menciptakan peluang dan mencetak gol, itu yang kami lakukan," lanjutnya.

Walaupun menguras stamina dan membuat pemain Liverpool rentan cedera, permainan yang diusung Klopp terbukti efisien untuk meraih 3 poin dan mengalahkan lawan-lawannya yang di atas kertas secara skuat lebih mewah dari tim yang bermarkas di Anfield Stadium tersebut.

Gaya kepelatihan seperti itu tak asing dengan juru taktik Man United bukan? Ya, gegenpressing adalah cetusan dari Ralf Rangnick yang dijadikan senjata Jurgen Klopp untuk The Reds.

Rangnick adalah maha guru untuk pelatih-pelatih dari Jerman. Nama-nama seperti Jurgen Klopp, Thomas Tuchel, hingga pelatih Bayern Munchen, Julian Nagelsmann merupakan murid-nya.

Nama yang disebutkan pertama dapat dibilang sebagai sosok yang menaruh kiblat permainannya seperti Rangncik.

Beberapa pemain Liverpool sekarang adalah bekas asuhan Rangnick ang ia godok di klub terdahulunya.

"Klopp tidak perlu berterima kasih kepada saya. Ini jelas bukan kebetulan bahwa ia memiliki empat mantan pemain saya (Sadio Mane, Naby Keita, Firmino, dan Joel Matip)," Kata Rangnick dilansir BT Sport.

"Karena itu menunjukkan bahwa ia sebenarnya mencari jenis pemain yang sama, dengan aset yang sama, dengan mental yang sama," lanjutnya.

Jelas bukanlah tanpa alasan mengapa Klopp seniat itu untuk menerapkan filosofi Rangnick untuk Liverpool yang sedang ia buat menjadi tim terbaik Eropa.

Carlo Ancelotti Mereparasi Real Madrid

Pelatih Real Madrid Italia Carlo Ancelotti bereaksi selama pertandingan sepak bola leg pertama semifinal Liga Champions UEFA antara Manchester City dan Real Madrid, di Stadion Etihad, di Manchester, pada 26 April 2022.
Pelatih Real Madrid Italia Carlo Ancelotti bereaksi selama pertandingan sepak bola leg pertama semifinal Liga Champions UEFA antara Manchester City dan Real Madrid, di Stadion Etihad, di Manchester, pada 26 April 2022. (OLI SCARFF / AFP)

Real Madrid telah menjalani era baru mereka bersama Carlo Ancelotti.

Setelah rangkaian kesuksesan Real Madrid bersama Zinedine Zidane, pihak klub sepakat untuk menggantikannya dengan sosok baru dengan wajah lama, Carlo Ancelotti.

Juru taktik asal Italia itu pernah menukangi Los Blancos pada musim 2013 hingga 2015 dengan sumbangan empat gelar bergengsi.

Di antaranya, Liga Champions, Piala Dunia Antar Klub, Piala Super UEFA, dan Copa Del Rey.

Tangan dinginnya kembali diuji musim ini, ia didatangkan dengan misi besar untuk memulangkan gelar Liga Champions serta La Liga Spanyol yang dicuri Chelsea dan Atletico Madrid musim lalu.

Dan benar saja, Trofi La Liga telah dipulangkan, satu tiket ke final Liga Champions mampu ia kunci.

Ada dua hal mencolok yang membuat Real Madrid di tangan Ancelotti berhasil tampil lebih meyakinkan dari musim 2020/2021 meski ditinggal banyak pemain bintangnya.

Menggodok Potensi Vinicius

Pergantian kursi kepelatihan Real Madrid dari Zidane ke Carlo Ancelotti menghadirkan tanda tanya soal bagaimana Vinicius dapat berkembang.

Pelatih berusia 62 tahun itu dikenal sebagai pelatih yang handal dalam memaksimalkan kapasitas pemain di timnya.

Itu menjadi alasan kenapa Real Madrid tak terlalu agresif di transfer musim ini meski kehilangan banyak pemain inti.

Di lini depan, Ancelotti memilih memulangkan Gareth Bale yang dipinjamkan ke Tottenham Hotspur.

Kedatangan Bale membuat saingan Vinicius semakin banyak, menit bermainnya pun diprediksi akan semakin sedikit.

Benar saja, di laga perdana Liga Spanyol yang mempertemukan Real Madrid melawan Alaves, Ancelotti lebih memilih trio Hazard-Benzema-Bale, Vinicius duduk di bangku cadangan.

Kesempatan bermain Vinicius pun datang pada menit ke-66 dengan menggantikan Eden Hazard.

Pemain berusia 21 tahun itu berhasil tampil impresif dengan mencatatkan dua dribble sukses.

Tak hanya itu, ia juga berhasil mencetak gol di menit akhir pertandingan.

Menyambut umpan Alaba dari sisi kiri, Vinicus berhasil menyundul bola untuk menaklukan kiper Alaves.

Los Blancos pun sukses meraih kemenangan dengan skor 4-1.

Sebuah start manis untuk Real Madrid dan Vinicius.

Penampilan Vinicius semakin bertaji di pekan kedua Liga Spanyol saat Los Blancos bertemu Levante.

Kembali masuk dari bangku cadangan, Vinicius berhasil mencatatkan namanya di papan skor sebanyak dua kali.

Gol pertama berhasil ia cetak dengan cara yang berkelas, lepas dari jebakan offside, Vinicius mampu berlali lebih cepat dari bek Levante dan melakukan finishing dengan kaki kiri.

Di menit akhir, saat orang-orang mengira bahwa Real Madrid akan kalah, Vinicius datang sebagai penyelamat.

Gol keduannya berhasil menghindarkan Los Blancos dari kekalahan yang memalukan.

Berkat penamilan gemilang Vinicius di dua laga awal, dirinya dipercaya Ancelotti untuk bermain sebagai starter di tiga laga selanjutnya, baik untuk Liga Spanyol maupun Liga Champions.

Ia berhasil membuat nama-nama sekaliber Eden Hazard, Gareth Bale, dan Rodrygo lebih banyak duduk di bangku cadangan.

Ancelotti tidak pernah meragukan kemampuan Vinicius.

Ia menilai Vinicus sebagai salah satu pemain muda paling berbakat di dunia.

Kemampuan menggiring dan kecepatan Vinicius menjadi senjatanya untuk melewati lawan dan menyisir dari sisi sayap.

Namun, hal itu saja tidak cukup, untuk menjadi bintang Vinicius harus mampu berkontribusi dalam hal mencetak gol.

"Saya telah mengatakan kepadanya (Vinicius) bahwa untuk mencetak gol, ia harus melakukan satu atau dua sentuhan. Sulit untuk mencetak gol dengan empat atau lima sentuhan," kata Ancelotti dilansir dari BT Sport.

Vinicius pun berhasil mejawab saran Ancelotti di dalam lapangan, ia juga merasa kehadiran Ancelotti memberi dampak besar bagi kariernya.

“Carlo Ancelotti memberi saran kepada saya untuk mengurangi sentuhan sebelum menendang bola."

"Sang pelatih terus memberi bantuan kepada saya ketika kami bekerja sama di Valdebebas dan itu membuat saya terus berkembang di dalam lapangan,” kata Vinicius Junior dalam wawancaranya bersama AS.

Total, Vinicius Junior telah menyumbangkan 18 gol dan 19 assist dari 48 pertandingan bersama Real Madrid di seluruh kompetisi musim 2021/2022.

Catatan tersebut merupakan torehan terbaiknya sepanjang membela Real Madrid selama 3 musim, ia menemukan sentuhan magisnya bersama Los Blancos di musim ini.

Menemukan pengganti Sergio Ramos

Kualitas Alaba memang tak diragukan dalam sepak bola Eropa, ia didatangakan Los Blancos dari tim raksasa Jerman, Bayern Munchen.

Selama berada di Allianz Arena, Alaba telah mempersembahkan 9 gelar Bundesliga, 6 DFB-Pokal, dan 2 Liga Champions.

Ia juga menjadi pemain penting saat Die Rotten meraih predikat treble winners di musim 2019/2020.

Sang pemain menjadi andalan lini belakang Bayern Munchen di era kepelatihan Hansi Flick, pelatih yang kini menjabat sebagai juru taktik Timnas Jerman tersebut sangat mengagumi sosok Alaba.

“Dia (Alaba) sangat penting bagi tim di lapangan juga di luar lapangan, dia mewujudkan nilai-nilai tertentu dan sangat populer dengan tim dan penggemar, dia pemain yang luar biasa," Kata Hansi Flick dilansir The Guardian.

David Alaba sengaja didatangkan Real Madrid untuk mengisi lubang yang ditinggalkan Sergio Ramos, pemain berusia 35 tahun tersebut memilih hengkang ke klub asal Prancis, Paris Sain-germain (PSG).

Setelah resmi diperkenalkan sebagai punggawa anyar Los Blancos, Alaba tanpa segan memilih nomor punggung 4 (peninggalan Sergio Ramos) untuk dipakainya bersama Real Madrid.

"Kita semua tahu Ramos ada di sini dalam jangka waktu yang lama serta memakai nomor punggung ini (4) dan menjadi pemimpin Real Madrid," Kata Alaba dilansir Reuters.

"Saya merasa terhormat mengenakan nomor 4, itu adalah sumber kebanggaan dan motivasi besar bagi saya dan saya ingin melakukannya dengan baik," lanjutnya.

Bicara soal kelayakkan, jelas Alaba sangatlah layak menjadi pengganti yang sepadan untuk seorang pemain sekaliber Sergio Ramos.

Sebagai pemain yang berposisi sebagai pemain belakang, Alaba memiliki sejumlah keunggulan yang tak dimiliki Ramos.

Alaba merupakan pemain serba bisa atau biasa disebut versatile.

Pemain berkaki kidal tersebut dapat bermain di berbagai posisi yang berbeda dengan sama baiknya.

Pada musim lalu saat dirinya masih berkostum Die Rotten, Alaba tampil dalam 23 laga sebagai bek tengah, enam kali sebagai bek kiri, dan delapan kali sebagai gelandang bertahan. Sisanya, dia bermain dalam posisi lain.

Selain menjadi pemain serba bisa, keunggulan yang dimiliki Alaba adalah kecerdasannya dalam mengambil keputusan.

Ia paham betul kapan harus bertahanan dan kapan harus membantu tim untuk menyerang. Keputusannya di lapangan sangat cepat dan akurat.

Satu golnya ke bawang Barcelona adalah contohnya, saat Real Madrid mendapatkan momen untuk melakukan serangan balik, Alaba dengan cerdas berlari ke depan untuk mengisi ruang yang ditinggalkan Vinicius yang berada di belakang.

Ia pun sukses menciptakan gol spektakuler lewat tendangan keras kaki kirinya yang menghujam gawang Ter Stegen.

Dilansir Squawka, itu merupakan satu-satunya shot on target Alaba selama membela Los Blancos dan langsung berbuah gol untuk tim yang bermarkas di Santiago Bernabeu tersebut.

Gol seperti itu adalah gol yang sulit atau bahkan tidak pernah diciptakan Ramos untuk Real Madrid, gol-gol Ramos banyak tercipta dari proses set piece memanfaatkan kemampuan menyundul bolanya yang memang luar biasa.

Alaba juga memiliki atribut lain yang lebih mentereng dari Sergio Ramos, yaitu kecermatannya dalam mengeksekusi bola mati.

Dilansir Fbref dan Squawka, David Alaba berhasil mencetak 10 gol dari 124 kesempatan tendangan bebas.

Torehan terbaiknya terjadi pada musim 2014/2015 ketika pemain berpostur 180 cm itu berhasil mencetak tiga gol tendangan bebas dari 12 kesempatan yang didapat.

Dengan jumlah gol yang diciptakan dari tendangan bebas, nama Alaba bahkan lebih hebat dari seorang Cristiano Ronaldo.

Jika dirata-rata Alaba berhasil mencetak satu gol dalam setiap 12,4 percobaan, sementara Cristiano Ronaldo hanya mampu mencetak satu gol dalam setiap 13,4 percobaan.

Tak hanya handal melakukan set piece untuk terjadinya gol, Alaba juga terbukti efektif dalam hal memberi umpan matang kepada pemain Los Blancos.

Di musim ini, catatan xA-nya berada di angka 1.2 per pertandingan. Menjadi yang tertinggi diantara pemain belakang Real madrid lainnya.

David Alaba juga sukses menyumbangkan dua assist untuk Real Madrid musim ini, kembali menjadi yang terbanyak di antara pemain belakang Los Blancos yang lain.

Tak hanya itu, atribusi lain yang tak dimiliki Sergio Ramos adalah kemampuan Alaba dalam mengatur tempo serangan sekaligus visinya dalam mengirim umpan.

Kapten Timnas Austria tersebut menjadi sosok penting bagi Los Blancos dalam hal membagi bola, itu sangat membantu Real Madrid untuk membangun serangan dari belakang.

Catatan umpan bawah sukses Alaba berada di angka 92,13 % , sedangkan umpan udara berada di angka 77 % .

Kelebihan Alaba sangat efektif dalam Real Madrid untuk menguasai pertandingan, tim asuhan Carlo Ancelotti mencatatkan penguasaan bola 62,13 % di musim ini.

Dengan kelebihannya tersebut, ia juga aktif mengirim umpan diagonal ke depan untuk memberi bola ke full back Real Madrid yang aktif membantu serangan.

Ya, dengan segala atribut dan kontribusi Alaba bagi Real Madrid musim ini membuat mereka mampu melupakan Sergio Ramos dengan cepat.

Alaba adalah sosok pengganti yang sepadan bahkan lebih efektif dibanding Ramos dalam urusan menyerang.

Usianya baru 28 tahun dan dalam kondisi yang prima, hampir di tiap laga yang dijalani Real Madrid musim ini, Alaba selalu menjadi pilihan utama Ancelotti untuk mengawal lini belakang Los Blancos.

Bukan tak mungkin, belasan gelar yang berhasil Alaba sumbangkan untuk Bayern Munchen juga bisa ia torehkan bersama Los Blancos di musim-musim ke depan.

(Tribunnews.com/Deivor)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas