Efek Domino Liga 2 Dihentikan, Skenario Liga 1 2022/2023 Tanpa Degradasi Terasa Hambar
Berbagai efek domino tampaknya akan mewarnai keputusan PSSI yang resmi menghentikan kompetisi Liga 2 2022/2023, Kamis (12/1/2023) hari ini.
Penulis: Dwi Setiawan
Editor: Drajat Sugiri
TRIBUNNEWS.COM - Berbagai efek domino tampaknya akan mewarnai keputusan PSSI yang secara resmi telah menghentikan kompetisi Liga 2 2022/2023, Kamis (12/1/2023) hari ini.
Seperti diketahui PSSI baru saja merilis keterangan resmi soal pemberhentian kompetisi Liga 2 musim ini.
Tak hanya itu saja, PSSI juga memutuskan kompetisi Liga 1 tanpa degradasi pada akhir musim ini.
Baca juga: Liga 2 2022 Resmi Dihentikan, Pelatih PSIM Yogyakarta Menjerit: Kami Jadi Korban
Berbagai tanggapan pro dan kontra mewarnai keputusan mengejutkan dari federasi sepak bola Indonesia tersebut.
Terutama soal keputusan PSSI yang tidak memberlakukan sistem degradasi bagi klub-klub yang musim ini berlaga di kasta tertinggi sepak bola Indonesia.
Skenario tidak adanya aturan degradasi tentu berpotensi membuat kompetisi menjadi tidak sehat dan terasa hambar keberlangsungannya.
Hal ini dikarenakan tim-tim yang berada di kompetisi tersebut terutama yang berada pada papan bawah klasemen takkan merasakan tekanan berarti lagi untuk menjauhi zona merah.
Efeknya tentu akan berpengaruh pada kualitas pertandingan, kompetisi dan penampilan para pemain itu sendiri.
Nilai sebuah pertandingan atau kompetisi tersebut benar-benar terasa berkurang jika tidak ada degradasi pada akhir musim.
Pemilik Borneo FC, Nabil Husein pun pernah berkata bahwa kompetisi tanpa aturan degradasi akan menjadi sebuah kemunduran bagi sepak bola Indonesia.
"Borneo FC ingin sepak bola yang jelas aturannya,"
"Tanpa degradasi akan menjadi satu kemunduran pada sepak bola Indonesia," ujar Nabil Husein dalam pernyataan resminya beberapa waktu lalu.
Stefano Cugurra yang menjabat sebagai pelatih Bali United, dimana ia sukses membawa timnya tersebut menjadi juara beruntun Liga 1 juga senada dengan Nabil Husein.
"Tidak bagus liga bergulir tanpa degradasi," tegas Teco dilansir Tribun Bali.
"Saya pikir, klub dari Liga 2 juga mau perwakilannya naik ke Liga 1,"
Apa yang disampaikan Nabil Husein dan Tecco seakan menjadi sikap bahwa kompetisi tanpa aturan degradasi memang terasa hambar dan cenderung tidak sehat.
Kualitas kompetisi benar-benar akan dipertaruhkan ketika aturan degradasi dihapuskan dari kompetisi itu sendiri.
Tak hanya berpengaruh pada kualitas kompetisi saja, Timnas Indonesia barangkali juga akan mendapatkan pengaruh negatif terhadap aturan tersebut.
Misi besar Timnas Indonesia untuk bisa berprestasi benar-benar akan diuji dengan aturan yang ada di kompetisi level klub.
Hal ini mengingat ada slogan terkenal yang mengatakan bahwa timnas yang baik akan terbentuk dari kompetisi sepak bola yang baik pula.
Artinya jika kompetisi sepak bola level klub yang menjadi tempat pemain bernaung terasa kurang sehat dan kompetitif, maka hal itu akan berpengaruh besar ke prestasi Timnas.
Tentu masih ada beberapa efek domino yang cenderung negatif lainnya ketika sebuah kompetisi terutama sepak bola dijalankan tanpa aturan degradasi.
(Tribunnews.com/Dwi Setiawan)(TribunBali/Marianus Seran)