Cerita Masa Lalu Dele Alli dengan Gary Neville, Wawancara yang Menguras Air Mata
Kisah pilu masa kecil Dele Alli sejak usia 6 tahun hingga diadopsi usia 12 tahun, pernah jadi penjual narkoba. belum lama ini dia jalani rehabilitas.
Penulis: Muhammad Nursina Rasyidin
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Satu di antara talenta sepak bola inggris yang cemerlang bergabung dengan Tottenham, menjajali Everton, dan terakhir menjalani peminjaman ke klub Turki, Besiktas, Dele Alli punya kisah kelam yang turut menenggelamkan kariernya hingga saat ini.
Dele Alli yang berusia 27 tahun belum lama ini menghabisaka enam pekan di rehabilitasi karena kecanduan pil tidur dan masalah mental kesehatan, menurut BBC.
Masa lalunya penuh dengan emosi, dimulai dari usia muda enam tahun yang mendapatkan penganiayaan, pelecehan, hingga menjual narkoba.
Belum lama ini Dele Alli buka cerita dengan The Overlap yang dipandu oleh mantan bintang Manchester United, Gary Neville.
Baca juga: Dele Alli Menangis.Ungkap Trauma Masa Kecil, Alami Beragam Kekerasan, Dipaksa Jual Narkoba di Usia 8
"Ketika saya kembali dari Turki, saya tahu saya membutuhkan operasi dan mental saya berada di tempat yang buruk," ungkap Dele Alli dalam tayangan YouTube The Overlap.
"Saya memutuskan untuk pergi ke fasilitas rehabilitasi modern untuk kesehatan mental. Mereka menangani kecanduan, kesehatan mental, dan trauma."
"Saya merasa sudah waktunya bagi saya. Saya terjebak dalam siklus yang buruk. Saya mengandalkan hal-hal yang merugikan saya.
"Setiap bangun di pagi hari, saya harus memenangkan pertarungan, berlatih, tersenym, menunjukkan saya bahagia (dalam hati saya pasti kalah dalam pertempuran. Sudah waktunya bagi saya mengubahna)," sambungnya.
Trauma Masa Kecil Dele Alli
Dampak berkepanjangan yang dia rasakan saat ini tak lepas dari traumatis masa kecil yang dia alami.
Tiga pekan lalu, Dele baru keluar dari tempat rehabilitasi di Amerika serikat.
Dia bercerita dalam keadaan menangis tentang penganiayaan yang dilakukan di luar anggota keluarganya.
Lalu keadaan keluarga yang buruk, ibunya pecandu alkohol.
"Ibuku seorang pecandu alkohol. Saya dikirim ke Afrika (untuk tinggal bersama ayah) untuk belajar disiplin dan kemudian saya dikirim kembali," bukanya.
"Pada usia tujuh tahun saya mulai merokok, depan saya mulai menjual narkoba."
Keberaniannya di usia menjual narkoba tak lepas dari pengaruh lingkungan di mana dia pernah mendapatkan obrolan dari yang lebih tua darinya, mereka pihak keamanan tidak akan menghentikan seorang anak yang bersepeda melakukan transaksi.
"Seseorang yang tua mengatakan kepada saya bahwa mereka tidak akan menghentikan seorang anak di atas sepeda, jadi saya berkeliling dan kemudian di bawahnya saya akan minum obat," bebernya.
"Pada usia sebelas, saya digantung di jembatan oleh seorang pria dari perkebunan."
"Dua belas, saya diadopsi oleh keluarga yang luar biasa, saya tidak bisa meminta orang yang lebih baik untuk melakukan apa yang telah mereka lakukan untuk saya."
"Jika Tuhan menciptakan manusia, itu adalah mereka," jelasnya.
Pada tahun 2016, dia mengubah nama di belakang jerseynya menjadi Dele, dengan berkata, "Tidak ada hubungannya," dengan nama keluarga Alli.
Karier Sepak Bola di Bawah Pochettino
Dele Alli bergabung dengan Tottenham pada tahun 2015 saat klub London Utara itu dibesut Mauricio Pochettino.
Pochettino bak pahlawan bagi seorang Dele Alli.
Dia mengerti, paham, dan memberi pengertian terhadap Dele Alli dengan masalah yang dia alami.
Tapi, semuanya berubah ketika Pochettino lengser dari kursi kepelatihan Spurs tahun 2019 dan digantikan dengan Jose Mourinho.
Dele Alli kerap terlibat cekcok dengan pelatih berjuluk The Spesial One tersebut bahkan hingga dikatakan sebagai seorang yang malas.
Dele bahkan hampir berpikiran untuk pensiun saat usianya 24 tahun di Tottenham.
"Pochettino, saya tidak bisa meminta manajer yang lebih baik, dia dan timnya adalah orang-orang yang luar biasa," beber Dele.
"Itu tidak seperti hubungan pesepak bola dengan manajer, itu lebih dalam dari itu dan itulah yang saya butuhkan saat itu."
"Dia memahami keputusan yang saya buat. Dia peduli pada saya sebagai pribadi sebelum sepak bola," jelasnya.
Pernah satu waktu saat ditukangi Jose Mourinho, momen yang merubah pola pikirnya bahwa berada di Tottenham saat ini adalah tempat yang buruk.
Tak lagi cocok dengan.
"Suatu pagi saya bagun dan saya harus pergi ke tempat latihan, ini adalah saat dia berhenti memainkan saya, dan saya berada di tempat yang buruk," ungkapnya.
"Saya menatap ke cermin, dan saya bertanya apakah saya bisa pensiun pada usia 24 tahun, melakukan hal yang saya sukai. Itu memilukan," tuturnya.
Untuk saat ini, Dele berharap bisa menlanjutkan kariernya sebagai pesepak bola, bermain di lini depan untuk menjebol gawang lawan.
Rumor yang beredar, mantan pelatihnya Pochettino minat untuk mendatangkannya ke Chelsea.
"Saya ingin menjadi pemain yang lebih baik, orang yang lebih baik," katanya.
"Saya melihat ke belakang dan saya melakukannya dengan baik, tetapi saya tidak puas dengan itu. Anda tidak dapat mengendarai mobil dengan melihat kaca spion, perjalanan dari sini sangat menyenangkan," pungkasnya.
Keberanian Dele Alli berbicara soal masa lalunya yang kelam mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk mantan striker Inggris, Gary Lineker.
"Apa yang dia ungkapkan dalam wawancara itu sangat kuat dan berani," menurut Lineker.
Dia berharap Dele bisa sukses di masa depan dengan aura baru dari kebangkitannya.
Mantan klub Dele, MK Dons mengungkapkan, dia akan selalu mendapatkan cinta dan dukungan dari semua orang yang terkait dengan MK Dons.
"Kami selalu sangat bangga dengan Dele, tidak lebih dari sekarang, melihat dia menunjukkan keberanian yang luar biasa untuk berbicara di depan umum tentang masalah kesehatan mentalnya."
"Dele akan selalu mendapatkan cinta dan dukungan dari semua orang yang terkait dengan MK Dons," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Sina)