Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Superskor

Biang Kerok Jebloknya Performa Timnas Thailand, Sang Dirtek Bandingkan dengan Nasionalisme Jepang

Tak bisa dipungkiri bahwa performa Timnas Thailand dalam beberapa waktu terakhir tampak mengalami penurunan.

Penulis: Dwi Setiawan
zoom-in Biang Kerok Jebloknya Performa Timnas Thailand, Sang Dirtek Bandingkan dengan Nasionalisme Jepang
AFP/ROSLAN RAHMAN
Pemain Timnas Thailand Chanathip Songkrasin (ketiga dari kanan) merayakan golnya pada leg pertama pertandingan final sepak bola Piala Suzuki AFF 2020 antara Timnas Indonesia dan Timnas Thailand di Stadion Nasional Singapura. Rabu (29/12/2021). (Roslan RAHMAN/AFP) 

TRIBUNNEWS.COM - Tak bisa dipungkiri bahwa performa Timnas Thailand dalam beberapa waktu terakhir tampak mengalami penurunan.

Memang, Thailand sempat berhasil meraih gelar juara Piala AFF edisi terakhir pada Januari 2023 lalu.

Hanya saja jika dilihat sekilas, penampilan anak asuh Mano Polking tidak segarang biasanya.

Hal itu dibuktikan dengan rentetan hasil yang didapatkan Thailand ketika bermain di FIFA Matchday.

Baca juga: FIFA Matchday: Uji Nyali Vietnam & Thailand Berujung Pahit, Bukti Level ASEAN Terlalu Jomplang

Sejak menjuarai Piala AFF 2023, Thailand memang melakukan beberapa agenda ujicoba serius dan menantang.

Laga ujicoba away melawan tim dengan peringkat FIFA lebih baik rela disanggupi Thailand dalam edisi enam ujicoba terakhir.

Thailand juara Piala AFF 2022
Thailand juara Piala AFF 2022 (twitter/@affmecup)

Thailand rela bertanding away beruntun melawan Syria, Uni Emirat Arab, China Taipei dan Hong Kong.

Berita Rekomendasi

Keberanian Thailand mengagendakan laga ujicoba tersebut diyakini sebagai persiapan mereka bertarung di Piala Asia 2023.

Hasilnya memang kurang memuaskan, dimana Thailand hanya mampu mendulang satu kemenangan saja.

Satu-satunya kemenangan yang didapatkan Thailand yakni saat mengalahkan Hong Kong, Juni lalu.

Kemenangan melawan Hong Kong pun juga hanya diraih dengan skor tipis saja, padahal ranking FIFA milik Thailand jauh lebih tinggi.

Pelatih Thailand, Mano Polking menyaksikan kekalahan telak 8-0 anak asuhnya atas Georgia
Pelatih Thailand, Mano Polking menyaksikan kekalahan telak 8-0 anak asuhnya atas Georgia (Facebook Chang-Suek)

Tiga laga sisa lainnya berakhir dengan dua kekalahan dan satu hasil imbang.

Dua kekalahan didapatkan Thailand saat bermain melawan Syria (3-1) dan Uni Emirat Arab (2-0).

Sementara, raihan hasil imbang didulang Thailand saat bermain 2-2 melawan China Taipei.

Teranyar, uji nyali dijalani Thailand dengan cara mengagendakan tur Eropa melawan Georgia dan Estonia pada edisi Oktober 2023.

Hasilnya, Thailand dibantai Georgia dengan skor telak nan memalukan yakni delapan gol tanpa balas.

Hasil lebih baik didapatkan Thailand saat bertemu Estonia dimana kedua tim bermain imbang 1-1.

Melihat rentetan hasil yang diperoleh Thailand memang tidak terlalu memihak kepada tim besutan Mano Polking.

Lebih dari itu, tak sedikit pihak yang memandang hasil tersebut juga dibarengi dengan menurunnya performa pemain pilar Thailand.

DERBI SUNGAI MEKONG - Pemain Timnas Thailand Theerathon Bunmathan (kiri) ditekel pemain Timnas Vietnam Nguyen Cong Phuong pada pertandingan leg pertama semifinal sepak bola AFF Suzuki Cup 2020 antara Vietnam dan Thailand di National Stadium, Singapura, 23 Desember 2021. (Foto: Roslan RAHMAN / AFP)
DERBI SUNGAI MEKONG - Pemain Timnas Thailand Theerathon Bunmathan (kiri) ditekel pemain Timnas Vietnam Nguyen Cong Phuong pada pertandingan leg pertama semifinal sepak bola AFF Suzuki Cup 2020 antara Vietnam dan Thailand di National Stadium, Singapura, 23 Desember 2021. (Foto: Roslan RAHMAN / AFP) (AFP/ROSLAN RAHMAN)

Mulai usangnya usia generasi emas Thailand dipandang menjadi salah satu faktor menurunya performa tim tersebut.

Bagaimana tidak, pemain pilar seperti Theerathon Bunmathan, Chanathip Songkrasin, Teerasil Dangda hingga Sarach Yooyen kini sudah berkepala tiga.

Selain itu, ada masalah klasik lain yang ternyata juga mewarnai mulai menurunnya performa pemain Thailand.

Hal itu diungkapkan oleh Masatada Ishii yang berstatus sebagai Direktur Teknik alias Dirtek Timnas Thailand.

Masatada Ishii memandang jebloknya performa Thailand dalam beberapa waktu terakhir lantaran masalah pemanggilan skuad.

Tak sedikit pemain yang enggan memenuhi panggilan Mano Polking ketika Thailand bermain di FIFA Matchday.

Ia pun langsung membandingkan dengan kondisi negaranya sendiri (red: Jepang) dimana para pemain siap berkorban ketika dipanggil pelatih membela timnas.

Pemain Timnas Thailand Theerathon Bunmathan (kiri) berebut bola dengan pemain Timnas Vietnam Ho Tan Tai pada pertandingan leg kedua semifinal sepak bola AFF Suzuki Cup 2020 antara Timnas Vietnam dan Timnas Thailand di National Stadium, Singapura, Minggu . (26/12/2021). (Roslan RAHMAN/AFP)
Pemain Timnas Thailand Theerathon Bunmathan (kiri) berebut bola dengan pemain Timnas Vietnam Ho Tan Tai pada pertandingan leg kedua semifinal sepak bola AFF Suzuki Cup 2020 antara Timnas Vietnam dan Timnas Thailand di National Stadium, Singapura, Minggu . (26/12/2021). (Roslan RAHMAN/AFP) (AFP/ROSLAN RAHMAN)

"Di Thailand, beberapa pemain dipanggil namun menolak untuk pergi dan lebih memilih istirahat," ujar Masatada Ishii via Think Curve.

"Beda dengan Jepang, mewakili tim nasional merupakan suatu kehormatan besar,"

"Meskipun cedera, kamu tetap ingin pergi (membela tim nasional," jelasnya.

Berdasarkan pernyataan Direktur Teknik tersebut, jebloknya performa Thailand nyatanya salah satunya karena faktor dari pemainnya sendiri.

Beberapa pemain yang mendapatkan panggilan untuk membela timnas ternyata berani membelot ataupun menolak.

Hal itu jelas seperti menjadi aib tersendiri bagi Timnas Thailand yang dipandang sebagai kekuatan besar sepak bola wilayah Asia Tenggara.

Hal ini dikarenakan jikalau merujuk aturan FIFA, selama tim nasional memainkan laga internasional sesuai kalender FIFA.

Sang pemain seharusnya tidak boleh menolak panggilan tersebut kecuali karena alasan tertentu misal cedera.

Mulai Usangnya Generasi Emas Thailand

Tercatat ada beberapa pemain andalan Thailand yang kini sudah memasuki usia yang kurang produktif.

Nama pemain semacam Theerathon Bunmathan, Chanathip Songkrasin, Sarach Yooyen hingga Adisak Kraisorn yang menjadi bagian generasi emas sudah berkepala tiga.

Bahkan, Teerasil Dangda yang belum tergantikan posisinya sebagai bomber utama Thailand sudah menginjak usia 35 tahun.

Jika melihat nama-nama diatas, tak bisa dipungkiri bahwa merekalah yang membawa Thailand berjaya.

Baca juga: Waspadalah Shin Tae-yong, Timnas Indonesia Cuma Kelinci Percobaan Irak Menuju Piala Asia 2023

Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, beberapa nama diatas menjadi kunci kejayaan Thailand merebut berbagai prestasi.

Misalnya, Thailand sukses menjadi negara yang mampu back to back menjuarai Piala AFF dalam dua edisi beruntun.

Momen itu terjadi tepatnya saat Thailand menjuarai Piala AFF edisi 2014 dan 2016.

Prestasi bagus lainnya ditorehkan saat generasi emas Chanathip Songkrasin memenangkan medali emas sepak bola dalam tiga edisi beruntun.

Kegemilangan itu terjadi tepatnya saat Thailand merajai sepak bola SEA Games pada tahun 2013, 2015 dan 2017.

Prestasi mentereng lainnya tercipta saat Thailand mampu tembus sampai babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2018 lalu.

Kenaikan signifikan ranking FIFA yang didapatkan Thailand juga menjadi buah manis dari kehadiran generasi emas Thailand pada periode tersebut.

Pesepak bola Timnas Thailand merayakan gol yang dicetak ke gawang Timnas Indonesia dalam pertandingan Grup A Piala AFF 2022 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Kamis (29/12/2022). Dalam pertandingan tersebut Timnas Indonesia ditahan imbang oleh Thailand dengan skor 1-1. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Pesepak bola Timnas Thailand merayakan gol yang dicetak ke gawang Timnas Indonesia dalam pertandingan Grup A Piala AFF 2022 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Kamis (29/12/2022). Dalam pertandingan tersebut Timnas Indonesia ditahan imbang oleh Thailand dengan skor 1-1. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Hanya saja kini para pemain andalan Thailand yang menjadi tulang punggung timnas mulai menuai usianya.

Sebagaimana misal Theerathon yang menjadi kunci utama keberhasilan Thailand menjuarai Piala AFF 2022 lalu.

Pemain yang berposisi utama sebagai fullback kiri itu menjadi sosok pilar tak tergantikan di skuad Thailand.

Penggawa Buriram United itu terhitung telah mengecap total 83 caps pertandingan bersama tim Gajah Perang.

Pemain Timnas Thailand Chanathip Songkrasin (kiri) berebut bola dengan pemain Timnas Indonesia Alfeandra Dewangga Santosa saat pertandingan leg pertama final sepak bola AFF Suzuki Cup 2020 antara Timnas Indonesia dan Timnas Thailand di Stadion Nasional Singapura, Rabu (29/12/2021). (Roslan RAHMAN/AFP)
Pemain Timnas Thailand Chanathip Songkrasin (kiri) berebut bola dengan pemain Timnas Indonesia Alfeandra Dewangga Santosa saat pertandingan leg pertama final sepak bola AFF Suzuki Cup 2020 antara Timnas Indonesia dan Timnas Thailand di Stadion Nasional Singapura, Rabu (29/12/2021). (Roslan RAHMAN/AFP) (AFP/ROSLAN RAHMAN)

Pada tahun ini, Theerathon tercatat sudah berusia 33 tahun dan butuh diregenerasi oleh Thailand.

Begitu pula dengan Chanathip yang pernah menggemarkan sepak bola Asia Tenggara lantaran menjadi rekrutan mahal tim Jepang, Kawasaki Fronthale.

Kini, usia Chanathip juga sudah memasuki 30 tahun dan tampak mulai memberikan tempatnya ke pemain muda Thailand lainnya.

Nama pemain lain seperti Sarach Yooyen (31), Adisak Kraisorn (32) dan Kawin Thamsatchanan (33) juga sudah usang.

(Tribunnes.com/Dwi Setiawan)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Klub
D
M
S
K
GM
GK
-/+
P
1
Liverpool
12
10
1
1
24
8
16
31
2
Arsenal
13
7
4
2
26
14
12
25
3
Brighton
13
6
5
2
22
17
5
23
3
Man. City
12
7
2
3
22
17
5
23
5
Chelsea
12
6
4
2
23
14
9
22
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas