Sven-Goran Eriksson Meninggal Dunia, Timnas Indonesia Pernah Jadi Saksi Kehebatan Taktiknya
Pelatih legendaris dunia, Sven-Goran Eriksson, pernah menghadapi Timnas Indonesia saat bertugas sebagai juru taktik Filipina.
Penulis: Guruh Putra Tama
Editor: Drajat Sugiri
TRIBUNNEWS.COM - Dunia sepak bola kembali kehilangan salah satu sosok pelatih legendaris, Sven-Goran Eriksson.
Sven-Goran Eriksson meninggal dunia di usia 76 tahun.
Pelatih legendaris ini sebelumnya didiagnosis kanker pankreas.
Bagi penggemar sepak bola, sosok Sven-Goran Eriksson punya tempat tersendiri di hati.
Tak terkecuali bagi penggemar Timnas Indonesia yang juga pernah terlibat dalam sejarah Sven-Goran Eriksson.
Diketahui, karier kepelatihan Eriksson yang panjang membuatnya melanglang ke berbagai negara.
Salah satu tim nasional yang beruntung merasakan tangan dingin pria kelahiran Swedia ini adalah Filipina.
Filipina pernah mengangkatnya sebagai pelatih timnas dari 27 Oktober 2018 hingga 25 Januari 2019.
Memang masa kepelatihan Eriksson di Filipina tak terlalu lama.
Baca juga: Teori Transfer Cole Palmer ke Manchester United, Kuncinya Ada di Chelsea
Namun ia tahu betul ketatnya persaingan di Asia Tenggara.
Ia pun mengawal Filipina saat tampil di Piala AFF yang digelar 2018 lalu.
Pada momen itulah, Filipina arahan Eriksson bertemu dengan Timnas Indonesia.
Saat itu, Timnas Indonesia ditangani oleh pelatih Bima Sakti, sebagaimana dikutip dari Transfermarkt.
Pertandingan antara Filipina-nya Eriksson melawan Timnas Indonesia terjadi pada 25 November 2018.
Saat itu, The Azkals dan Garuda berhadapan di fase grup.
Pertandingan berlangsung sengit dan ketat.
Filipina yang biasanya mudah diterkam Garuda berubah menjadi tim yang cukup merepotkan.
Bahkan Timnas Indonesia dibuat frustasi hingga akhir pertandingan.
Kala itu, tim arahan Sven-Goran Eriksson bisa menahan imbang Timnas Indonesia dengan skor 0-0.
Moncer di Eropa
Terlepas dari itu, era kejayaan Sven-Goran Eriksson memang terhampr di Eropa.
Tepatnya saat ia mulai menangani IFK Goteborg pada 1979 silam.
Kejeniusan Eriksson langsung menarik minat Benfica untuk melamarnya sebagai pelatih.
Tak perlu waktu lama bagi Eriksson menancapkan nama dan pamor di Benua Biru.
Hanya 18 kali mengawal Benfica, ia langsung menerima tawaran melatih AS Roma.
Ia menjadi juru taktik Giallorossi pada 1984 hingga 1987.
Petualangannya tak berhenti di situ.
Baca juga: Opsi Bek Timnas Indonesia Sambil Tunggu Jay Idzes Pulih, Nathan Tjoe-A-On Bisa Digeser
Melompat ke tahun 1992, Eriksson kembali menangani tim asal Italia, Sampdoria.
Ketenarannya membuat Lazio pun jatuh hati dan meminangnya pada tahun 1997.
Menangani Timnas Inggris sekiranya menjadi puncak prestasi Eriksson.
Ia dipercaya menjadi nakhoda dari pemain sekaliber David Beckham, Paul Scholes, Steven Gerrard, hingga Michael Owen.
Koleksi trofi Sven-Goran Eriksson pun tak kalah mentereng.
Ia mengantar Benfica menjadi 3 kali juara Liga Portugal.
Dirinya juga membawa Benfica menjuarai Piala Portugal sebanyak satu kali.
Kesuksesan terbesar Eriksson datang saat dirinya membesut Lazio.
Bersama Gialloblu, Eriksson memenangi 1 trofi Liga Italia dan 1 trofi Piala Super Eropa.
Selain itu, ia juga membawa Lazio memenangi 2 trofi Coppa Italia.
(Tribunnews.com/Guruh)