Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Superskor

Eks Ketum PSSI Ungkap Tabir Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia: Ada Jaminan Uang hingga Pekerjaan

Hanya saja menurut mantan Ketua Umum PSSI itu, di dunia sepak bola praktik naturalisasi merupakan hal yang biasa. Sebab, cara itu juga dilakukan oleh

Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Acos Abdul Qodir
zoom-in Eks Ketum PSSI Ungkap Tabir Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia: Ada Jaminan Uang hingga Pekerjaan
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Pesepak bola Timnas Indonesia foto Bersama sebelum memulai pertandingan Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia melawan Australia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Selasa (10/9/2024). TRIBUNNEWS/HERUDIN 

Laporan Khusus Tim Tribunnews.com

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Naturalisasi merupakan diksi yang akhir-akhir ini menjadi sorotan masyarakat saat membicarakan tim nasional (Timnas) sepak bola Indonesia. 

Mekanisme bagi warga negara asing untuk memperoleh kewarganegaraan Indonesia dengan tujuan agar dapat bermain di skuat Garuda itu kini tengah menjadi tren.
 
Itu terbukti dalam laga Timnas Indonesia kontra Australia yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada Selasa (10/9/2024) lalu. 

Pada laga kedua Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia itu, Timnas Indonesia memainkan enam pemain naturalisasi baru. Mereka yakni Jay Idzes, Thom Haye, Nathan Tjoe-A-On, Calvin Verdonk, Ragnar Oratmangoen, dan Maarten Paes. 

Kehadiran enam pemain naturalisasi itu tak ayal kekuatan skuat Garuda. 

Bukan hal yang mengherankan sebenarnya, karena mereka juga bukan kaleng-kaleng. 

Beberapa pemain naturalisasi di Timnas Indonesia saat ini memiliki rekam jejak yang tidak bisa diremehkan pecinta sepak bola di Indonesia. 

BERITA REKOMENDASI

Sebut saja satu di antaranya yakni Jay Idzes.

Baca juga: Menelusuri Dugaan Paspor Ganda Pemain Naturalisasi: Ivar Jenner Bangga Punya Kewarganegaraan Ganda

Bek berusia 24 tahun itu kini bermain di klub Serie A Italia, Venezia. Ia pun tercatat menjadi pemain pertama dari Asia Tenggara yang berkiprah di Serie A sekaligus pemain ke-38 Asia yang merumput di kompetisi kasta tertinggi di Negeri Pizza itu.

Selain Jay Idzen, kini skuat Garuda juga diperkuat dengan kehadiran Maarten Paes, seorang penjaga gawang klub sepak bola di Amerika Serikat, FC Dallas.

Pengalamannya bermain di Major League Soccer (MLS) dan menghadapi pemain bintang seperti Lionel Messi, membuat Paes menjadi salah satu personel penting di Timnas Indonesia saat ini.

Terbaru, ada dua nama anyar yang baru melakukan pengambilan sumpah sebagai WNI yakni, Mees Hilgers dan Eliano Reijnders

Keduanya juga bukan pemain kaleng-kaleng. 

Mees Hilgers adalah bek tengah di klub Eredivisie Belanda, FC Twente. Sementara Eliano Reijnders adalah adik kandung dari gelandang AC Milan dan Timnas Belanda, Tijjani Reijnders. Eliano kini bermain di klub Liga Belanda, PEC Zwolle.

Baca juga: Erick Thohir Sesalkan Ulah Oknum Bobotoh: Minta PT LIB Segera Tangani Insiden Kericuhan Suporter

Di tingkat yang lebih junior, Timnas U20 Indonesia juga akan mendatangkan dua pemain naturalisasi, yakni Tim Geypens dan Dion Markx. Tim Geypens saat ini masih membela FC Emmen di Liga 2 Belanda. Sedangkan, Dion Markx, merupakan pemain bek-tengah NEC Nijmegen U21.

Manajer Timnas U20 Indonesia, Ahmed Zaki Iskandar mengatakan, saat ini Tim dan Dion tengah melengkapi berkas permohonan WNI untuk memulai proses naturalisasi. 

"Dari beberapa bulan lalu kami sudah ajukan. Tapi, ini juga akan kembali kepada calon pemain naturalisasi tersebut, apakah mereka mau menyempurnakan berkas-berkas persyaratannya atau tidak" kata Zaki kepada Tribunnews, Jumat (20/9/2024).

Muncul pertanyaan menarik, apa sebenarnya yang mendorong para pemain diaspora itu mau membela skuat Garuda? Dan hal apa yang dijanjikan oleh PSSI hingga akhirnya mereka mau beralih kewarganegaraan menjadi WNI.

Naturalisasi pemain sendiri sebenarnya bukan hal baru di sepak bola Indonesia. 

Program ini bahkan sudah dimulai ketika PSSI dipimpin oleh Nurdin Halid, yang kemudian berlanjut ke era Djohar Arifin Husin, La Nyalla Mattalitti, Edy Rahmayadi, Mochamad Iriawan, hingga terakhir era Erick Thohir.

Kepada Tribunnews, Ketua Umum PSSI periode 2011-2015, Djohar Arifin Husin menceritakan bagaimana proses naturalisasi pemain di era kepemimpinannya.

Djohar mengungkapkan, secara umum fakta yang berlangsung di era kepemimpinannya, para pemain asing calon WNI itu terlebih dahulu harus membuat perjanjian berupa kontrak dengan PSSI sebelum melakukan naturalisasi.

Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin.
Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin. (net/google)

Dalam menyusun kontrak tersebut, pemain asing yang bersangkutan dapat menawarkan permintaan-permintaan yang dalam hal ini lebih cenderung berupa jaminan masa depan mereka di Indonesia kelak. 

"Kontraknya itu harus memikirkan masa depannya (pemain asing calon warga negara Indonesia). Jangan kontrak hura-hura," kata Djohar kepada Tribunnews di Jakarta, Rabu (25/9/2024).

Baca juga: Pembagian Pot Piala Asia U-20 2025, Timnas Indonesia U-20 Potensial Segrup Musuh Bebuyutan

Biasanya, kata Djohar, para calon pemain naturalisasi itu meminta jaminan berupa dana (uang) atau pekerjaan. 

"Ya tentu mereka akan memikirkan masa depannya. Mereka main bola ini kan, punya masa depannya jelas pasti. Tentu adalah sesuatu yang, apakah dana, apakah pekerjaan, segala macam," ungkapnya.

Permintaan-permintaan menurut Djohar tidak menjadi masalah bagi PSSI saat itu, asalkan pemain asing bersangkutan dinilai memiliki kualitas bermain sepak bola yang benar-benar bagus. 

Sementara, soal pemain asing yang bersangkutan tersebut memiliki darah keturunan Indonesia atau tidak, itu bukan pertimbangan utama PSSI.

Apakah cara itu masih berlangsung saat ini, di PSSI periode kepemimpinan Erick Thohir, Djohar mengaku tak mengetahuinya. 

Hanya saja menurut mantan Ketua Umum PSSI itu, di dunia sepak bola praktik naturalisasi merupakan hal yang biasa. Sebab, cara itu juga dilakukan oleh beberapa negara besar sebelumnya.

Di Asia, praktik naturalisasi sudah banyak dilakukan. Misalnya, di Filipina. Selain itu di Eropa ada Prancis dan Inggris yang juga telah menjalankan praktik ini. 

Bahkan, katanya, untuk Prancis, pemain-pemain sepak bola yang berusia anak-anak di Afrika sudah dipantau sejak kecil agar suatu saat dapat dinaturalisasi. 

"Lihatlah yang kulit hitam berapa banyak main di tim nasional di Eropa? Itu kan naturalisasi. Jadi, enggak ada masalah," tuturnya.

Baca juga: Dua Pemain Naturalisasi Cedera Jelang Agenda Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Untuk di Indonesia sendiri, Djohar, menyebut praktik naturalisasi telah berlangsung sebelum PSSI era kepemimpinannya. 

Ada harapan, bahwa melalui naturalisasi pemain, prestasi Indonesia di cabang olahraga sepak bola akan menjadi lebih baik. 

Meski demikian, ia juga menekankan agar pemain sepak bola di dalam negeri juga harus mendapatkan perhatian. 

Pemantauan pemain potensial harus dipantau sejak usia kanak-kanak. Misalnya, dari usia 12 tahun, 14 tahun, dan 18 tahun. 

Menurut Djohar, hal ini perlu dilakukan di Indonesia agar regenerasi pesepakbola terus bergulir. Apalagi, katanya, seorang pemain top yang dinaturalisasi hanya dapat bermain kira-kira paling lama selama tiga tahun. 

Ia tidak menutup mata bahwa naturalisasi pemain untuk skuat Garuda tengah menjadi sorotan publik. Sebab, naturalisasi juga masih tergolong hal baru bagi Indonesia, walaupun telah berlangsung sebelum PSSI era kepemimpinannya.

"Bagi kita (Indonesia) ini (naturalisasi) baru. Karena tren baru. Bagi negara-negara Eropa, negara Asia lainnya ini sudah lama dikerjakan. Kita pun pada masa itu sudah ada naturalisasi. Jadi ini tidak masalah besar," ucap Djohar.

Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi pada acara kerja sama PSSI-BRI, Rabu (1/8/2018).
Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi pada acara kerja sama PSSI-BRI, Rabu (1/8/2018). (MUHAMMAD ROBBANI/BOLASPORT.COM)

Naturalisasi pemain juga pernah dilakukan Edy Rahmayadi ketika menjabat sebagai Ketua Umum PSSI tahun 2016-2019 lalu. Kala itu, Edy Rahmayadi pernah menaturalisasi satu pemain, yakni Ezra Walian. Proses naturalisasi itu berlangsung pada Agustus 2017.

Ketika ditemui di Tribun Medan pada Senin (23/9/2024) lalu, Edy Rahmayadi menjelaskan bahwa proses naturalisasi terhadap Ezra Walian di masa kepemimpinannya di PSSI berjalan cukup panjang. 

Ia menjelaskan, ada beberapa tahapan proses yang harus dilakukan PSSI untuk menjadikan Ezra Walian sebagai warga negara Indonesia. 

"Ya suruh menyanyikan lagu Indonesia Raya, habis itu ucapkan Pancasila. Dia beberapa kali main dilihat tim yang dibentuk oleh Menpora, sehingga sah lah naturalisasi di urus ke Kemenkumham. 

Baca juga: Kabar Abroad Pemain Timnas Indonesia: Marselino, Sandy Walsh, Ivar Jenner, hingga Ragnar Oratmangoen

Panjang prosesnya pada zaman saya. Sampai ke DPR. DPR juga menanyakan, apa, bagaimana, dan itu saya jelaskan ke DPR," kata Edy Rahmayadi

Berbeda dengan era Djohar Arifin yang membuat kontrak dengan calon pemain naturalisasi, Edy Rahmayadi mengatakan tidak ada pendekatan khusus yang dilakukan PSSI ketika menaturalisasi pemain di era kepemimpinannya.

"Menurut saya, selaku Ketua PSSI saat itu, naturalisasi itu butuh hubungan emosional, bukan hanya secara fisik dia ahli di dalam persepakbolaan, tetapi emosional dia terhadap negara ini," ungkap Edy. 

Edy juga menjelaskan ada beberapa faktor yang menyebabkan PSSI memilih menaturalisasi Ezra Walian sebagai pemain Indonesia. 

"Kenapa Ezra Walian? Dia ibunya seorang warga Indonesia, ayahnya orang Belanda. Dasar itu kita berkeyakinan, dia akan mempunyai rasa emosional ke tim Indonesia, sehingga dia memperkuat PSSI saat itu," jelas eks Gubernur Sumatera Utara tersebut. 

Selain itu, Edy juga mengatakan, pada era kepemimpinannya, pemain naturalisasi tidak diperbolehkan memiliki dua paspor kewarganegaraan. 

"Tidak bisa, Walian itu namanya ayahnya, dan paspornya saat itu menjadi Indonesia. Karena dia pergi ke Indonesia, dan sampai saat ini dia jadi warga Indonesia," tutup Edy Rahmayadi. (tribun network/riz/apr/dod/coz)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Klub
D
M
S
K
GM
GK
-/+
P
1
Liverpool
6
5
0
1
12
2
10
15
2
Man. City
6
4
2
0
14
6
8
14
3
Arsenal
6
4
2
0
12
5
7
14
4
Chelsea
6
4
1
1
15
7
8
13
5
Aston Villa
6
4
1
1
12
9
3
13
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas