Naturalisasi Dikritik, Arya Sinulingga: Mayoritas Publik Justru Puas dengan Naturalisasi Saat Ini
Anggota Komisi X DPR RI, Anita Jacoba Gah sempat melontarkan kritiknya terhadap kebijakan pemain naturalisasi yang terus dilakukan PSSI.
Penulis: Abdul Majid
Editor: Muhammad Barir
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi X DPR RI, Anita Jacoba Gah sempat melontarkan kritiknya terhadap kebijakan pemain naturalisasi yang terus dilakukan PSSI.
Anita berharap, proses naturalisasi Kevin Diks jadi yang terakahir.
Ia menilai, Indonesia banyak mempunyai atlet berkualitas termasuk sepakbola sehingga naturalisasi tak boleh lagi dilakukan.
"Kami berharap sebagai rakyat Indonesia, sebagai wakil seluruh rakyat Indonesia. Saya berharap semoga ini yang terkahir," kata Anita Jacoba Gah dalam rakernas Komis X DPR RI bersama Kemenpora dan PSSI di Gedung Nusantara 1, Jakarta, Senin (4/11/2024).
"Karena kita tidak miskin atlet. Siapa bilang kita miskin, kita banyak atlet, kenapa kita harus ambil dari luar?",
"Ini sudah berapa kali. Ini perlu dipertanyakan dan menjadi perhatian kita semua. Bapak, Ibu mau sampai kapan kita terus mengambil atlet dari luar. Padahal mereka di sana juga dilatih, mereka berhasil, sukase karena ada yang melatih," terangnya.
Baca juga: Manjakan Shin Tae-yong, Naturalisasi Pemain Timnas Indonesia Lanjut ke Posisi Striker
Sementara itu, seakan menjawab kritikan dari Anita, anggota Exco PSSI, Arya Sinulingga mengatakan bahwa perbaikan kualitas sepakbola yang dilakukan Ketum PSSI Erick Thohir mendapatkan sambutan yang baik dari publik sepakbola Indonesia.
Pun dengan program pemain naturalisasi yang kini juga terbukti mampu membawa skuad Garuda bisa terus bersaing pada Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
"Kami surprise karena survei ini mewakili seluruh masyarakat Indonesia, bukan hanya yang suka dan tahu dengan sepak bola. Kita juga surprise ternyata 60 persen masyarakat tahu Pak Erick ini Ketum PSSI. Sebagai sebuah cabor ini cukup hebat bahwa tahu ada Ketum PSSI namanya Pak Erick," ujar Arya dalam rilis temuan survei nasional bertajuk 'Sikap Publik terhadap Kebijakan Naturalisasi Pemain Timnas' di Jakarta, Selasa (5/11/2024).
Berdasarkan hasil survei tersebut, Arya mengatakan mayoritas publik juga puas dengan kebijakan naturalisasi dan juga peningkatan level permainan timnas.
Arya menilai hal ini merupakan bukti nyata komitmen PSSI dalam meningkatkan daya saing timnas di kancah dunia.
Arya menyampaikan kebijakan naturalisasi sejatinya bukan baru saat ini terjadi. Arya mengatakan kebijakan naturalisasi sudah berjalan sebelum era Erick.
Namun, Arya mengatakan Erick memastikan pemain naturalisasi memiliki kualitas yang tinggi dan mengangkat level permainan timnas.
"Artinya kinerja kami mencari pemain berkualitas itu disetujui masyarakat Indonesia. Artinya kami bekerja dengan benar. Dulu pun ada naturalisasi tapi masyarakat tidak tahu kualitas. Sekarang kami memilih pemain tidak main-main," ucap Arya.
Arya menyampaikan PSSI di era Erick sangat terbuka dengan berbagai masukan, termasuk jumlah pemain naturalisasi yang bagi sejumlah pihak dianggap terlalu banyak.
Arya juga menjawab kritik bahwa PSSI dinilai menomorduakan pembinaan generasi muda.
"Ada yang bilang kami cuma fokus di timnas senior, padahal pembinaan usia muda sudah kami lakukan juga," lanjut Arya.
Sebagai gambaran konkret, Arya mengatakan Indonesia baru saja mencatat sejarah dengan mengirimkan timnas U-17, U-20, U-23, dan senior ke putaran final Piala Asia.
Arya menyampaikan Indonesia menjadi satu dari sembilan negara yang mengirimkan empat level timnas ke putaran final Piala Asia.
"Baru kali ini Indonesia masuk di Piala Asia AFC dari semua usia, itu artinya kita di jenjang yang benar. Kalau naturalisasi kan senior banget. Hanya sembilan negara loh, jadi kita setara dengan Jepang, Arab Saudi, Korea Selatan, dan Uzbekistan," ucap Arya.
Tak hanya di level timnas seluruh kelompok umur, Arya mengatakan Erick juga melakukan perbaikan terhadap kualitas kompetisi liga, pelatih, hingga wasit. Arya menyampaikan jumlah pelatih di Indonesia hanya sekitar 10 ribu orang atau jauh tertinggal dibandingkan Jepang yang memiliki 90 ribu pelatih.
Pun dengan jumlah wasit Indonesia yang masih di bawah 10 ribu wasit atau tertinggal dari Jepang yang memiliki 30 ribu wasit. Arya menyebut jumlah tersebut sangat rendah jika dibandingkan jumlah penduduk Indonesia yang besar.
"Jadi dari liga hingga pembinaan usia dini pun selama dua tahun kita buktikan dengan (timnas) kelompok usia kita masuk level Asia," pungkas Arya.