Korea Utara Hepi Sony Jadi Sasaran Hacker
Pemerintah Korut mengeluarkan pernyataan bernada pujian terhadap GOP.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM – Pada 24 November 2014, sistem komputer perusahaan milik studio film Sony Pictures diretas oleh hacker. Kelompok peretas yang menamakan diri "Guardians of Peace" (GOP) itu mencuri sejumlah file rahasia -termasuk film yang belum dirilis- dan menyebarluaskannya melalui internet.
Identitas pasti dari GOP masih belum diketahui. Negara komunis Korea Utara yang disangka sebagai dalang di balik kelompok hacker tersebut menampik keterlibatannya dalam serangan yang menimpa Sony Pictures.
Meski membantah telah ikut andil dalam serangan, belakangan, melalui kantor berita KCNA yang dijalankannya, pemerintah Korut mengeluarkan pernyataan bernada pujian terhadap GOP.
Isinya menyatakan bahwa siapapun yang meretas Sony Pictures telah melakukan tindakan yang "benar", sesuai dengan himbauan Korut terhadap penduduk dunia untuk berjuang melawan "imperialisme AS".
"Kami tak tahu di mana letak Sony Pictures di Amerika dan kesalahan apa yang dilakukannya sehingga menjadi target serangan, tapi kami merasa tak perlu tahu," bunyi sebagian pernyataan KCNA yang dikutip KompasTekno dari The Guardian, Senin (8/12/2014).
"Yang kami tahu adalah Sony Pictures akan merilis film mengenai tindakan teroris yang melukai harga diri pemimpin besar (Korea Utara)."
Masih membantah
Film buatan Sony Pictures yang dimaksud berjudul "The Interview" karya sutradara Seth Rogen. The Interview
Cerita di dalam film komedi ini berkutat soal usaha agen rahasia untuk membunuh pemimpin besar Korut, Kim Jong Un. Korut secara terbuka menyatakan keberatan terhadap The Interview yang dinilai sebagai "bentuk dukungan terhadap terorisme" sekaligus "serangan terhadap Korut".
Film ini pula yang diduga merupakan motif peretasan Sony Pictures oleh GOP, dan memunculkan sangkaan bahwa serangan cyber itu sengaja dilancarkan oleh Korut.
Melalui pernyataannya itu, Korut sekali lagi menyangkal keterlibatannya dalam peretasan Sony Pictures, dan balik menuduh bahwa Amerika Serikat dan Korea Selatan telah mengaitkan kejadian tersebut secara "tak berdasar" dengan Korut.
Korut juga menyampaikan ancaman dengan mengatakan bahwa jumlah pendukung Korut di seluruh dunia semakin bertambah, termasuk para "juara kedamaian" yang menyerang Sony Pictures. "Reaksi ini akan makin kuat untuk menumpas kejahatan."
Sejumlah pakar keamanan menemukan kesamaan antara pola kode yang digunakan untuk meretas Sony Pictures dan kode yang dipakai untuk menyerang perusahaan-perusahaan dan pemerintah Korea Selatan tahun lalu. Sama seperti saat ini, tahun lalu Korut juga disalahkan atas serangan cyber yang menimpa tetangganya.