Buku Manual Airbus Izinkan Pilot AirAsia Matikan Komputer Pesawat Bersamaan
Temuan KNKT dari cockpit voice recorder (CVR) sendiri mengatakan peringatan stall dalam Airbus A320 QZ8501 berbunyi.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Buku manual Airbus ternyata membolehkan Flight Augmented Computer (FAC), yang disinyalir menjadi masalah sesaat sebelum pesawat Airbus A320 milik Indonesia AirAsia QZ8501 jatuh, dimatikan dua-duanya secara bersamaan.
Investigator kecelakaan pesawat swasta, Gerry Soejatman, menulis dalam blog pribadi-nya jika permasalahan dalam FAC tidak bisa diatasi dengan cara me-reset dua komputer pendukungnya secara bergantian, buku manual Airbus menyebut prosedur yang harus dilakukan pilot adalah mematikan keduanya bersamaan.
"Saat kedua FAC (FAC 1 dan FAC 2) dimatikan bersamaan, kontrol pesawat akan beralih (dari normal law) menjadi alternate law," demikian tulis Gerry dalam blog-nya sebagaimana dikutip.
"Normal law" dan "alternate law"
Normal law adalah kondisi saat semua komputer dalam pesawat bekerja secara normal dan input-input yang diterimanya bekerja dengan benar.
Dalam mode normal law, komputer pesawat memberikan proteksi dari berbagai kesalahan atau input yang berbahaya yang bisa membahayakan pesawat, seperti berbelok terlalu miring atau naik dengan kemiringan yang bisa mengakibatkan stall (kehilangan daya angkat).
Sementara itu, alternate law adalah kondisi saat beberapa komputer tidak berfungsi secara normal. Sistem fly by wire (FBW) pesawat tidak bisa memberikan proteksi seperti disebut di atas.
Sebenarnya, jika dalam kondisi alternate law pesawat juga mengalami kendala, sistem dalam Airbus A320 masih memiliki fungsi direct law dan mechanical law.
"Troubleshoot" FAC sesuai dokumen Airbus
Dokumen manual Airbus A320 yang didapat menjelaskan secara rinci bagaimana cara mengatasi (troubleshoot) masalah dengan FAC.
Jika salah satu rudder travel limiter (komponen FAC yang beberapa kali dilaporkan rusak dalam PK-AXC) tidak bekerja, menurut manual Flight Control Law Reconfiguration, pesawat akan tetap terbang dengan kondisi normal law dan sistem otopilot akan tetap bekerja walau salah satu rudder travel limiter tidak berfungsi.
Apa yang terjadi jika kedua rudder travel limiter tidak berfungsi? Jika FAC mendeteksi kerusakan dalam rudder travel limiter, sistem akan memberikan peringatan kepada kru kokpit.
Prosedur yang dibuat oleh Airbus untuk mengatasi kendala ini adalah me-reset FAC satu per satu."Tentunya kita tidak mau terbang dengan mengandalkan komputer yang rusak, lebih aman terbang tanpa bergantung pada komputer yang rusak itu," kata Gerry.
Jika FAC 1 dan 2 setelah di-reset satu per satu tidak berhasil, prosedur yang harus dilakukan oleh kru kokpit adalah dengan mematikan keduanya sesuai dengan prosedur yang dibuat oleh Airbus.
Dalam dokumen manual A320 juga disebut bahwa jika FAC 1 dan 2 dimatikan, rudder travel limit system, rudder trim control, yaw damper, dan PFD (primary flight display) yang menunjukkan informasi karakteristik kecepatan pesawat tidak berfungsi.
Dalam kasus QZ8501, sebagaimana diberitakan sebelumnya, berdasar sumber KNKT, pilot diketahui berusaha mengatasi kendala komputer FAC sebelum menanjak secara drastis dan akhirnya jatuh.
Temuan KNKT dari cockpit voice recorder (CVR) sendiri mengatakan peringatan stall dalam Airbus A320 QZ8501 berbunyi. Hal tersebut menunjukkan QZ8501 saat itu terbang bukan dalam kondisi normal law, melainkan alternate law, di mana beberapa proteksi pesawat tidak bekerja.
Dalam kondisi alternate law, pilot masih bisa mengendalikan pesawat secara manual. Hanya saja, proteksi otomatis pesawat tidak bekerja. Pilot masih bisa mengandalkan instrumen-instrumen di kokpit untuk menjaga limitasi gerak pesawat agar tidak masuk dalam kondisi yang membahayakan.
Lalu, apa yang menyebabkan pesawat terbang dalam alternate law? Menurut Gerry, hal itu bisa saja disebabkan sistem Yaw Damper (sistem yang menjaga agar pesawat tetap terbang lurus dengan kemudi serong (rudder) di sirip tegak pesawat) yang tidak bekerja karena rusak atau faktor lain.
Faktor lain adalah FAC 1 dan 2 yang dimatikan secara bersamaan. Alternate law akan bekerja dan mengharuskan pilot me-reset-nya secara bergantian. Jika tidak bisa diatasi, kedua FAC harus dimatikan sepanjang penerbangan.
Komponen rudder travel limiter yang merupakan bagian dari komputer FAC milik PK-AXC memang beberapa kali dilaporkan bermasalah. Komponen tersebut menurut Indonesia AirAsia telah diperbaiki.
Pada hari kejadian QZ8501 jatuh pun, Minggu (28/12/2014), tim investigasi KNKT menyatakan pesawat dinyatakan dalam kondisi laik terbang.
Kemungkinan apakah masalah dengan rudder travel limiter ini kembali terjadi saat pesawat dalam perjalanan menuju Singapura belum bisa dikonfirmasi.
Bagaimanapun, Gerry menekankan agar setiap pihak menghormati proses investigasi yang dilakukan KNKT dan berhati-hati dalam setiap menerima bocoran informasi tentang kasus QZ8501 serta tidak membuat kesimpulannya sendiri.
"Jangan sampai kita membentuk persepsi sendiri berdasar informasi yang setengah-setengah," demikian ujar Gerry. (Rieska K)