Pemakai Smartphone Tumbuh, Pengguna Aplikasi Mobile Juga Ikut Melonjak
Sekitar 85 persen pengguna smartphone di Indonesia memiliki 10-15 aplikasi mobile
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Situs e-commerce Lazada menggelar aktivitas kampanye penggunaan aplikasi mobile di Indonesia lewat acara bertajuk 'Indonesia Pegang Smartphone'.
Acara ini bertujuan mendorong penggunaan aplikasi mobile di Indonesia sekaligus bagian dari rangkaian kegiatan Super App Sale yang dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut mulai 25 hingga 28 Februari 2016.
Melalui kegiatan Super App Sale ini, Lazada Indonesia menawarkan berbagai diskon dan penawaran menarik khusus bagi para pengguna aplikasi mobile Lazada selama kampanye berlangsung.
Saat ini, tren aplikasi mobile kini pada tidak menjadi sekedar kebutuhan terhadap kan konten hiburan atau utilitas, tapi juga menjadi bagian pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Untuk itu memberikan pengalaman berbelanja melalui aplikasi mobile sebagai pengalaman bertransaksi yang nyaman, aman, dan mudah menjadi penting bagi industri e-commerce.
Magnus Ekbom, CEO Lazada Indonesia mengungkapkan, pertumbuhan aktivitas digital di Indonesia terus tumbuh. Hal tersebut berdampak pada industri ekonomi digital yang dianggap mendapatkan dorongan pertumbuhan yang luar biasa dari penggunaan konten aplikasi di smartphone.
"Sekitar 85 persen pengguna smartphone di Indonesia memiliki 10-15 aplikasi mobile dan hingga sekitar 10 persen memiliki lebih dari 40 aplikasi mobile," katanya.
Jumlah aplikasi tersebut sangat wajar mengingat kebiasaan para pengguna smartphone yang selalu mengecek smartphone mereka setiap 5 menit sekali.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan kepada konsumen kami, masyarakat Indonesia biasanya mengunduh aplikasi baru setiap sebulan sekali, Sebanyak 50 persen dari mereka 3-5 aplikasi yang diunduh merupakan aplikasi belanja online.
“Kami melihat adanya tren penggunaan aplikasi mobile yang sangat pesat. Karena itu kami memberikan solusi berupa aplikasi mobile belanja online yang dapat diakses di smartphone kapan saja dan dimana saja," lanjut Magnus.
Kun Arief Cahyantoro, pengamat e-commerce asal Institut Teknologi Bandung (ITB) memperkirakan, tahun 2016 ini akan menjadi tahun emas bagi pertumbuhan aplikasi mobile.
“Aplikasi mobile diperkirakan dapat mencapai 45% dimana hal tersebut akan memberikan manfaat yang besar terhadap peningkatan performa industri e-commerce di Indonesia," ujarnya.
"Pertumbuhan aplikasi mobile tentu saja dipengaruhi oleh beberapa hal seperti inovasi teknologi, perkembangan bisnis serta peningkatan fasilitas keamanan," katanya.
"Melalui aplikasi mobile, nantinya perusahaan penyedia barang dan jasa akan memiliki kemampuan untuk mendeteksi segmentasi pasar yang lebih fokus yang diharapkan dapat meningkatkan jumlah transaksi jual-beli," imbuhnya.
Untuk mendukung kelancaran transaksi, perusahaan perlu mengimplementasi sistem keamanan yang lebih terjamin di perangkat ponsel pintar dibanding platform peralatan mobile lainnya seperti komputer maupun laptop.
Dengan rata-rata penetrasi telepon seluler di Indonesia yang telah mencapai 121%, potensi bisnis e-commerce menjadi sangat besar.
Ditambah dengan tingginya kecenderungan pengguna internet mobile yang didominasi oleh kaum usia produktif, bisnis online melalui perangkat mobile atau yang dikenal juga dengan istilah m-commerce diprediksikan akan terus meningkat.
"Tren bisnis ini sudah seharusnya didukung oleh kualitas pengembang (developer) aplikasi lokal yang semakin baik,” tambah Kun Arief Cahyantoro.
Tingginya pertumbuhan e-commerce di Indonesia dan jumlah pengguna smartphone yang diprediksi akan mencapai 92 juta orang di tahun 2019 (berdasar data E-Marketer bulan September 2015), perlu diimbangi dengan peningkatan kuantitas dan kualitas pengembang (developer) aplikasi mobile lokal di Indonesia.
Hal tersebut diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan akan penggunaan aplikasi mobile yang terus meningkat.
Narenda Wicaksono, CEO Dicoding Indonesia, mengakui developer di Indonesia memiliki daya saing tinggi.
“Talenta dan kualitas yang dimiliki oleh para developer Indonesia tidak kalah dengan developer lainnya di Asia Tenggara. Hal tersebut dikarenakan mereka sudah mulai memahami pasar di Indonesia sehingga aplikasi yang diciptakan dapat mengakomodasi kebutuhan pasar," imbuhnya.
"Namun, perkembangan teknologi yang dinamis bisa membuat para developer kesulitan memenuhi kebutuhan konsumen yang terus berubah. Karena itu, mereka perlu mengantisipasi munculnya teknologi terbaru dalam melakukan transaksi jual-beli secara online,” kata dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.