Mengintip Cara Kerja Aplikasi Waze Menyiasati Kemacetan
Waze adalah aplikasi yang baru bisa bekerja optimal jika didukung oleh para user-nya.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Waze menjadi salah satu jenis aplikasi yang banyak digunakan penglaju di kota besar Jakarta yang setiap hari selalu didera oleh kemacetan lalu lintas.
Mungkin banyak yang belum tahu seperti apa sih Waze bekerja? Apa sajakah yang bisa dilakukan oleh aplikasi ini? Mari kita simak!
Belum lama ini, CHIP berkesempatan ngobrol eksklusif dengan Amir Mirzaee, Head of Business Development Waze Asia.
Amir adalah orang yang bertanggung jawab untuk pengembangan aplikasi Waze di Asia. Dengan demikian dia adalah orang yang tepat untuk menjelaskan bagaimana sebenarnya Waze bekerja?
Ternyata Waze adalah sebuah aplikasi yang cukup rumit, dan memiliki potensi lain yang lebih besar lagi.
Apa yang membedakan Waze dengan aplikasi lain?
Waze adalah aplikasi yang baru bisa bekerja optimal jika didukung oleh para usernya.
Dengan kata lain, Waze adalah aplikasi user based yang tanpa input dari para penggunanya, maka aplikasi ini tidak akan jauh berbeda dengan aplikasi penunjuk peta lainnya.
Untungnya, Waze memiliki jumlah user sebanyak 1,5 juta orang untuk di Indonesia saja. Sedangkan, cukup 10 persen dari 1,5 juta orang itu saja yang aktif maka aplikasi Waze sudah dapat bekerja dengan maksimal.
Setelah memahami bahwa Waze itu sangat tergantung dari aktifnya para penggunanya, maka mari kita telaah lebih dalam lagi.
Waze bekerja berdasarkan dari dua jenis data yang berbeda. Yang pertama adalah data yang berdasarkan dari Map Community dan yang kedua adalah data yang berdasarkan dari User Report.
Map Community adalah para user yang aktif memberikan update terhadap peta yang ada di daerahnya. Jadi, awalnya Waze memberikan data peta yang berdasarkan dari Google Map, dan kemudian para Map Editor memberikan tambahan-tambahan ke dalam peta dari Google Map tersebut. Bisa dibilang, jika awalnya Google Map itu ibarat kata seperti sebuah peta buta yang masih kosong dan hanya berisikan data mentah saja, kemudian setelah diolah oleh para Map Editor, peta tersebut menjadi peta kaya yang berisikan data-data yang lebih detail. Misalnya, seperti info jalan yang diportal, atau info jalan tol, sampai ke informasi jalan rusak. Hanya saja, masih ada keterbatasan terhadap Map Editor ini, yang akan kita bahas lebih lanjut di bawah.
Sedangkan User Report adalah informasi data yang diberikan oleh para pengguna Waze atau sering disebut sebagai Wazer. Data ini bersifat real time, atau aktual berdasarkan dari data langsung di lapangan. Data-data yang dikumpulkan dari para Wazer ini seperti informasi kemacetan, posisi polisi, kondisi jalan, kecelakaan, hambatan cuaca, sampai dengan laporan kendaraan mogok. Data-data inilah yang sangat diandalkan oleh Waze untuk memberikan saran navigasi untuk menghindari kemacetan.
Kedua hal tersebut di atas yang membuat Waze menjadi lebih dapat diandalkan untuk memberikan navigasi yang akurat dibandingkan aplikasi lain, bahkan Google Map sekalipun.
Padahal, Google Map juga mengambil data lalu lintas dari Waze, namun karena Waze selalu mengupdate data secara real time sedangkan Google Map tidak, maka Waze lebih unggul.
Bagaimana cara Waze bekerja saat User Reporting?
Selain data-data mengenai peta dan lalu lintas yang didapat secara real time, Waze pada dasarnya adalah aplikasi yang memanfaatkan teknologi GPS sebagai nyawanya.
Waze menggunakan GPS untuk mengambil lokasi dari seluruh Wazer dan kemudian memasukkannya ke dalam sistem otomatis yang bekerja di balik layar.
Setiap kali ada Wazer yang memberikan informasi data, maka data tersebut akan dianalisa secara otomatis untuk menentukan tingkat akurasinya.
Contohnya, ada seorang Wazer yang memberikan laporan bahwa di posisinya terjadi kemacetan dengan tingkat kemacetan Heavy.
Maka sistem Waze akan segera melakukan ping lokasi GPS di posisi Wazer tersebut untuk menandai lokasi yang dikatakan mengalami kemacetan.
Reputasi si Wazer tersebut juga kemudian akan diperiksa, apakah dia adalah Wazer yang kompeten atau tidak.
Semakin kompeten, maka semakin dipercaya pula data yang diberikan, sehingga proses otomatisasi akan berjalan lebih cepat.
Berdasar data GPS jugalah, si Wazer tersebut kemudian 'diamati' melalui satelit GPS untuk menentukan kecepatan pergerakannya di dalam kemacetan.
Dari sana maka juga bisa ditentukan sebenarnya Wazer tersebut berada di tingkat kemacetan seperti apa, apakah benar berada di Heavy Traffic.
Sementara Waze memantau Wazer tersebut lewat GPS, apabila ada Wazer lain yang memberikan reportase yang sama, maka sistem juga akan secara otomatis menyebarkan informasi tadi ke semua Wazer.
Sehingga, proses konfirmasi kemacetannya pun akan menjadi semakin cepat. Dengan kata lain, proses pemberitahuan kemacetan akan menjadi lebih efektif jika ada 2 atau lebih Wazer yang berada di lokasi yang sama.
Apa yang terjadi setelah laporan Wazer diterima?
Setelah laporan kemacetan tersebut dikonfirmasi lewat sistem, maka informasi tersebut akan langsung disebarkan ke seluruh Wazer di region tersebut.
Jika Anda menggunakan Waze untuk navigasi ke suatu tempat, maka sistem Waze akan mendeteksi bahwa Anda melalui kemacetan, maka sistem Waze akan mencarikan alternatif jalan yang lain untuk menghindari macet tersebut.
Namun, jika ternyata Anda tidak bisa menghindari kemacetan tersebut, maka Waze akan menampilkan waktu yang dibutuhkan untuk melewati kemacetan tersebut, sekaligus menambah waktu prediksi kedatangan di tujuan.
Sistem Waze juga akan terus memonitor lokasi kemacetan.
Jika kemudian ada Wazer yang melewati posisi kemacetan tersebut dengan kecepatan normal, maka sistem Waze juga akan menghilangkan notifikasi kemacetan tersebut dari sistem dan menandai bahwa jalan tersebut sudah kembali normal.
Namun, sama seperti proses report, butuh 2 atau lebih Wazer untuk benar-benar dapat memastikan kondisi jalan tersebut telah kembali normal.
Kelemahan Waze
Seperti aplikasi lain, Waze juga masih memiliki beberapa kelemahan. Waze masih memiliki kelemahan terutama pada map editor.
Sampai artikel ini ditulis, Waze masih belum dapat membedakan antara jalan yang berada di ketinggian yang berbeda. Seperti misalnya jalan yang berada di bawah jalan tol, atau di bawah jalan layang (flyover).
Karena sistem GPS yang ada saat ini masih memetakan dari satu sudut pandang 2D saja. Meskipun, teknologi GPS juga terus berkembang, Waze juga sedang mengembangkan Waze terus agar dapat membedakan ketinggian.
Terutama karena sistem navigasi kini tidak lagi hanya mengandalkan data GPS saja, melainkan data-data yang dikumpulkan dari Smart City juga dapat memperkaya informasi yang dikembangkan di Waze.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.