Twitter Indonesia Akui Ada yang 'Bermain' dalam Pilkada DKI Jakarta
Akun yang diimbuhi bot ini bisa melakukan hal-hal seperti mengunggah tweet atau mengikuti (follow) pengguna Twitter tanpa butuh campur tangan manusia.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Country Head Twitter Indonesia, Roy Simangunsong, tak menampik adanya campur tangan "bot" dalam mempopulerkan beberapa tanda pagar (tagar) terkait Pilkada DKI 2017.
Bot adalah program yang bisa diterapkan ke sebuah akun Twitter.
Akun yang diimbuhi bot ini bisa melakukan hal-hal seperti mengunggah tweet atau mengikuti (follow) pengguna Twitter lain secara otomatis tanpa butuh campur tangan manusia.
Menurut dia, fenomena bot tak bisa serta-merta dihilangkan karena asalnya dari pengguna sendiri.
Namun, ia menjamin topik yang populer karena bot tak akan bertahan lama.
"Bot tak akan sustainable memainkan topik. Harus ada respon dan engagement dari akun-akun asli yang memang dipegang oleh manusia sungguhan," kata Roy, Selasa (6/12/2016), usai acara #RamediTwitter di Hook Cafe, Jakarta.
Lebih lanjut, ia mengimbau netizen tak gampang terpancing dengan Trending Topic (TT) tertentu jika memang tak ada orang-orang di sekitar yang membicarakannya.
Sebab, menurut Roy, apa yang menjadi tren di Twitter seharusnya berbanding lurus dengan topik populer pada perbincangan sehari-hari.
Jika tiba-tiba ada tagar yang masuk TT padahal tak pernah jadi obrolan masif di dunia nyata, bisa jadi itu adalah tagar bot yang diatur oleh oknum tertentu untuk menggiring opini publik.
Ciri tagar "bot"
Roy enggan membeberkan tagar-tagar mana saja terkait Pilkada DKI 2017 yang dipicu oleh bot. Tapi, ia mengatakan tagar bot relatif mudah dibedakan dari tagar organik.
"Yang organik pasti naik terus karena semua orang sepakat membicarakannya. Kalau bot, awalnya dia naik. Tapi kalau ada sedikit topik lain, dia langsung tenggelam dan nggak muncul lagi," ia menjelaskan.
Soal penyaringan konten bot, Roy mengatakan bisa dilakukan jika sudah tak sesuai dengan regulasi Twitter. Dalam hal ini, jika bot itu melakukab spamming dan mengganggu kenyamanan pengguna.
"Jangankan bot, pengguna asli pun bisa kami hapus," ujarnya.
Diketahui, topik Pilkada DKI 2017 mulai ramai diperbincangkan di Twitter sejak pertengahan 2016. Memasuki masa kampanye pada Oktober lalu, topik ini semakin populer.
Beberapa tanda pagar (tagar) yang berkaitan dengan Pilkada DKI pun rajin nongkrong di jejeran Trending Topic Indonesia. Sebut saja #KamiAhok, #AgusSylviPilihanJakarta, #AniesSandi, dan masih banyak lagi.
Bahkan, #KamiAhok sempat masuk di barisan Trending Topic Worldwide alias mendunia. Meski demikian, tagar-tagar semacam #PenjarakanAhok dan #TangkapAhok yang berkonotasi negatif juga sempat populer.
Intinya, ketika suatu tagar bermuatan A menjadi populer, akan muncul tagar B sebagai tandingan yang serta-merta kontradiktif. Fenomena inilah yang dicurigai merupakan ulah bot.
Meski telah mengakui keberadaan bot di Twitter selama masa Pilkada DKI 2017, Roy berdalih jumlahnya tak besar. "Kami belum analisa secara detil. Tapi menurut saya nggak banyak," ia memungkasi.
(Fatimah Kartini Bohang/kompas.com)