Huawei Jajaki Pengembangan Perangkat Lunak di Indonesia
“Mereka mau ponsel yang low end menggunakan skema manufaktur, sedangkan untuk high endnya mau ambil skema software."
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Perusahaan ponsel dari China, PT Huawei Tech Investment tertarik untuk mengembangkan dan injeksi software di Indonesia dengan mengambil skema takaran kandungan dalam negeri (TKDN) software untuk pemenuhan minimum 30% komponen lokal ponsel 4G.
Minat tersebut sudah disampaikan Huawei kepada Kementerian Perindustrian. Hanya saja, Huawei belum memutuskan akan mengambil TKDN software.
“Mereka mau ponsel yang low end menggunakan skema manufaktur, sedangkan untuk high endnya mau ambil skema software. Tapi itu belum pasti," kata Dini Hanggandari, Kepala Sub Direktorat Industri Peralatan Teknologi Informasi Komunikasi, Perkantoran, dan Elektronika Profesional di Kementerian Perindustrian, baru-baru ini.
Selama ini Huawei telah memenuhi TKDN dengan memilih skema TKDN hardware. Ponsel Huawei dirakit di pabrik PT Panggung Electric Citrabuana di Sidoarjo, Jawa Timur dengan produksi 500.000 unit per tahun.
Berdasarkan catatan, Huawei memang sedang tertarik mengembangkan ponsel high end alias premium.
Tak heran bila Huawei mulai mempertimbangkan mengambil TKDN software.
Ma Xiaoqiang, Consumer Business Group Director Device Business Department sekaligus Country Manager Huawei mengatakan, untuk tahun depan, segmen premium akan mulai dilirik Huawei.
Sebab saat ini pasar smartphone di Indonesia 70% diantaranya merupakan kontribusi dari segmen midlle-low, sedangkan untuk premium masih 30%.
Karena itu, perusahaan juga terus melakukan edukasi terhadap masyarakat mengenai kebutuhan perkembangan teknologi ke depan.
Enggan bermain terus di segmen smartphone murah, Huawei juga bakal merilis ponsel-ponsel premium, pada pekan lalu produsen ponsel terbesar di Tiongkok itu sudah merilis Huawei P9 di Indonesia.
Launching produk P9 memang lebih lama dibandingkan launching secara global karena perusahaan harus memenuhi kandungan TKDN untuk masuk pasar Indonesia.
"Untuk pelanggan middle dan entry level perlu waktu untuk bisa beralih ke premium. Huawei masih butuhkan waktu untuk kenalkan lagi benefit yang bisa didapatkan dari produk premium," lanjutnya.
Ma mengatakan bahwa dengan adanya pabrik assembly di Surabaya dirinya mengatakan peningkatan produksi bisa dilakukan.
Pria yang akrab disapa Johson Ma itu mengatakan untuk setiap line produksinya, Huaweimenginvestasikan dana sekitar US$ 10 juta.
Apalagi dengan saat ini Huawei sudah menjalin kerjasama untuk pabrik perakitan dengan PT Panggung Elektronik.
Tahun depan pihaknya menargetkan perusahaan mampu menjadi produsen nomer dua di Indonesia.
"Tahun depan 30% kebanyakan hardware, kami sekarang tetap bekerja baik di hardware maupun di software mengenai TKDN. Kami sudah bekerjasama dengan perusahaan developer lokal," ujarnya.
Reporter: Pamela Sarnia