Profil Cambrigde Analytical, Konsultan Politik Inggris yang Dituduh Mencuri Jutaan Data Facebook
Jutaan bahkan hingga miliaran data pengguna media sosial hari ini tersebar di berbagai platform.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Jutaan bahkan hingga miliaran data pengguna media sosial hari ini tersebar di berbagai platform.
Banyak hal bisa digunakan dengan mengolah puluhan data aktivitas pengguna media sosial itu.
Penggunaan data dinilai sah untuk kepentingan politik namun menjadi masalah saat pengguna media sosial sengaja menjadi target dan dicurangi untuk diambil datanya bagi kepentingan analisis.
Pada kasus terakhir ini, dilansir dari Asian Times pada Jumat (6/4/2018), konsultan politik Cambridge Analytical (CA) diduga disewa oleh tim Presiden Trump dan Partai Republik untuk kepentingan pilpres negara Paman Sam itu.
Dari tangan-tangan periset di CA itulah 87 juta data pengguna Facebook diolah untuk mengubah pandangan para pemilih dalam pilpres Amerika Serikat.
Baca: Data Pengguna Indonesia Bocor, Facebook Terancam Pidana 12 Tahun dan Denda Rp 12 Miliar
Dilansir dari The New York Times, CA mengumpulkan data dari mulai identitas penggunaan jaringan pertemanan hingga 'like'pengguna di Facebook.
Dari itulah ide awal untuk memetakan kepribadian berdasarkan apa yang orang suka di Facebook untuk kemudian data itu digunakan untuk membuat iklan digital.
Facebook pun lantas mengakui "kesalahan" menguntungkan itu.
"Mengingat skala dan kecanggihan aktivitas yang telah kami lihat, kami yakin sebagian besar orang di Facebook memiliki profil publik mereka. Jadi sekarang kami telah menon-aktifkan fitur itu yang memiliki keuntungan pasar hampir US$ 450 miliar," mengutip pernyataan Zurkberg beberapa waktu lalu.
Cambrigde Analytical merupakan konsultan politik berbasis di Inggris.
CA juga memiliki perwakilan di dua kota besar di Amerika yakni New York dan Washington DC.
Dari website resmi Cambrigde Analytica diketahui konsultan politik ini telah banyak menangani klien.
Bukan hanya tim kampanye Trump, tertulis pula Ted Cruz senator kawakan AS, Ben Carson, maupun Tom Thillis.
CA telah 25 tahun berpengalaman untuk mendukung 100 kampanye di 5 benua.
Kini Dituding Terlibat Kelompok Pendukung Brexit
Seorang mantan konsultan Cambridge Analytica mengaku manajemen perusahaan itu dengan sengaja memberi informasi salah pada publik Inggris tentang pekerjaan yang mereka lakukan untuk kelompok pendukung Brexit.
Dilaporkan The Guardian, hal ini dilakukan Cambridge Analytica sebelum masyarakat Inggris memilih untuk meninggalkan Uni Eropa, 2016 lalu.
Brittany Kaiser, Direktur Pengembangan Bisnis yang bekerja sejak 2014 hingga awal tahun ini, menyatakan dalam sebuah wawancara bahwa Cambridge Analytica menerima pekerjaan analisis untuk kelompok pendukung Brexit, Leave.EU, sementara kepada publik membantah hal tersebut.
Pengakuan itu kemudian menjadi tekanan tersendiri bagi CA di mana pada Jumat (23/3/20180 malam saat Komisioner Informasi Inggris diizinkan hakim Pengadilan Tinggi untuk menggeledah kantor Cambridge Analytica
Badan pengawas informasi itu dalam pernyataan resminya menegaskan akan segera menggelar penggeledahan untuk mendapat konfirmasi bahwa Cambridge Analytica menghapus data 50 juta pengguna Facebook.
Sumber: Atimes