Ekspansi GO-JEK Dapat Tekan Praktik Monopoli Bisnis Ride-Hiling di ASEAN
O-JEK memastikan 'keluar kandang' dengan melebarkan sayap bisnisnya ke negara-negara di kawasan ASEAN.
Penulis: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - GO-JEK memastikan 'keluar kandang' dengan melebarkan sayap bisnisnya ke negara-negara di kawasan ASEAN.
Selain mendongkrak valuasi dan ekosistem yang ada di dalamnya, kehadiran unicorn Indonesia itu di kancang global juga menjadikan persaingan bisnis yang sehat di regional.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara berpendapat praktik serupa monopoli sedang terjadi di luar Indonesia.
Sebab hanya ada pemain tunggal pasca hengkangnya Uber dari kawasan Asean.
Wajar jika otoritas di masing-masing negara yang kini menjadi tujuan ekspansi GO-JEK mengundang agar terjadi persaingan usaha yang sehat.
”Perlu kita apresiasi (rencana ekspansi GO-JEK) karena akan membantu menciptakan pasar yang tidak lagi dimonopoli oleh satu perusahaan aplikator saja,” ungkapnya kepada wartawan, Jumat (25/05).
Dia yakin eksistensi GO-JEK di Vietnam, Singapura, Thailand, dan Filipina akan menambah daya saing GO-JEK itu sendiri.
”Ekspansi bisnis GO-JEK ke Asia Tenggara bakal meningkatkan valuasi GO-JEK dan berefek domino terhadap layanan on demand yang disediakan GO-JEK,” tekannya.
Terlebih lagi, sambung dia, karakteristik masyarakat di negara tujuan terutama Vietnam, Thailand, dan Filipina hampir mirip dengan Indonesia.
Baca: Bangga Ekspansi ke Negara ASEAN, Rudiantara: GO-JEK Pandai Lihat Pasar
Contohnya di Vietnam di mana populasi sepeda motor terbilang banyak. Di negara itu, layanan on demand GO-JEK seperti GO-SEND, GO-FOOD, akan dihadirkan di negara itu.
”Selanjutnya, adalah GO-PAY yang diproyeksikan akan juga tumbuh di empat negara itu sebagai payment digital. Penetrasi payment digital di Vietnam sebesar 5 persen, lebih tinggi dari Indonesia 2 persen,” paparnya.
Maka efek domino itu lah yang diyakini Bhima akan terjadi pada GO-JEK dalam keputusan ekspansinya di Asean. Maka otomatis berdampak positif pula terhadap aspek bisnis dan valuasi perusahaan.
Data Kementerian Keuangan Vietnam, dikutip Bhima, mencatat pendapatan Uber (taksi online) mencapai Rp 430 miliar pertahun ketika layanan Uber beroperasi di Vietnam.
Jika diestimasikan, potensi pasar transportasi online khususnya taksi online di empat Negara dimaksud berkisar Rp 1,2 triliun.
”Itu artinya GO-JEK berpeluang besar meningkatkan laju bisnisnya hanya dari layanan jasa taksi online saja,” imbuhnya.
Terlebih rata-rata Negara tetangga tersebut mencatatkan pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen. Alhasil, hal itu akan membantu eksistensi GO-JEK.
”Berbagai indikator ekonomi lainnya yang akan mendongkrak bisnis GO-JEK di negara itu populasi kelas menengah semakin banyak dan penterasi internet semakin tinggi sehingga mendukung bisnis transportasi online,” terusnya.
Bhima menyebut, berdasarkan data Internet World Stats terungkap penterasi internet di Filipina tumbuh sebesar 62,9 persen, Thailand 82,4 persen, Vietnam 66,3 persen, dan Singapura 83,6 persen.
Sedangkan Indonesia sebesar 53,7 persen. Namun Indonesia menang jumlah pengguna internet mencapai 143 juta orang.
Lain halnya Filipina 67 juta orang, Thailand 57 juta orang, Vietnam 64 juta orang, dan Singapura 4,8 juta orang.
Sebelumnya, CEO dan Founder GO-JEK, Nadiem Makarim, menyebut terkait dengan persaingan usaha sehat memang menjadi salah satu fokus utama dalam pertimbangan GO-JEK ekspansi ke Negara tetangga di Asean itu.
”Dengan hadirnya GO-JEK di negara-negara tersebut, kami berharap bisa menjadi aplikasi gaya hidup utama, pilihan masyarakat. Itu aspirasi kami. Di saat yang sama, kami harap kehadiran kami dapat menciptakan persaingan usaha sehat yang dibutuhkan supaya pasar di masing-masing negara terus bertumbuh,” ucapnya dalam keterangan resmi, Kamis (24/05).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.