LAPAN Dukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan melalui Bidang Penginderaan Jauh
penginderaan jauh bertugas mengumpulkan data dan meneliti wilayah dari jarak jauh menggunakan satelit.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) tengah mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, atau yang dikenal dengan Sustainable Development Goals (SDGs).
Terkait hal itu, LAPAN melalui Kedeputian Bidang Penginderaan Jauh menyelenggarakan Seminar Nasional Penginderaan Jauh Ke-6 yang bertemakan "Peningkatan Pemanfaatan IPTEK Penginderaan Jauh untuk Mendukung Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals)" di The Margo Hotel, Depok, Rabu (17/7/2019).
Seminar penginderaan jarak jauh selalu diadakan setiap tahunnya dan sudah memasuki penyelenggaraan ke-6. Seminar kali ini menekankan pada pembangunan berkelanjutan yang dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat.
"Ada perbedaan dasar terkait dengan SDGs ini, yaitu mempunyai tema general, "No one left behind". Jadi tidak ada seorangpun yang tertinggal dari pembangunan berkelanjutan," kata Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin saat membuka Seminar Nasional Penginderaan Jauh (Sinas Inderaja) Ke-6 yang digelar LAPAN, Rabu (17/7/2019).
Tercantum dalam Pasal 126 Perka No.8 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja LAPAN, Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh bertugas melaksanakan penelitian, pengembangan dan perekayasaan serta penyelenggaraan keantariksaan dibidang pemanfaatan penginderaan jauh.
Singkatnya, penginderaan jauh bertugas mengumpulkan data dan meneliti wilayah dari jarak jauh menggunakan satelit.
Baca: Sambut HUT Ke-74 RI, Mari Ikut Festival Gapura Cinta Negeri Berhadiah Piala Presiden Bergilir
Sesuai dengan tugasnya, sebanyak 17 poin Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dinilai dapat terwujud dengan dukungan teknologi penginderaan jauh.
"Penginderaan jauh, tadi sudah disampaikan juga oleh Staff Ahli Bapennas, itu mempunyai peran yang besar, mulai dari aspek pemetaan yang menjadi dasar nanti untuk kebijakan-kebijakan perencanaan, sampai dengan aspek pemanfaatannya untuk pemantauan sumber daya alam, lingkungan, sampai dengan kebencanaan," ujar Djamal.
Seminar Nasional Penginderaan Jauh (Sinas Inderaja) ke-6 dihadiri oleh 321 peserta yang berasal dari kalangan akademisi, praktisi, peneliti hingga mahasiswa.
Tak hanya peserta, dalam seminar ini sejumlah perwakilan lembaga dan kementerian turut hadir sebagai pembicara, seperti Staff Ahli BAPENNAS, Deputi Bidang Penginderaan Jauh LAPAN, hingga perwakilan Universitas Padjajaran dan Institut Teknologi Bandung.
Menurut SDGs Center Universitas Padjajaran (UNPAD) Zuzy Anna, SDGs merupakan suatu hal yang tidak bisa dikerjakan sendiri. Sejumlah pihak maupun institusi turut mendukung tercapainya tujuan-tujuan yang ada dalam SDGs.
"Nah ini juga diikuti oleh beberapa institusi lain, sekarang ada 10 universitas di seluruh Indonesia yang memiliki center," ujar Zuzy.
Dalam hal ini, Zuzy mengungkapkan bahwa UNPAD mulai memberlakukan kurikulum SDGsserta turut melakukan riset terkait SDGs yang dapat dimanfaatkan bagi calon pemimpin masa depan.
"Apa yang sudah dilakukan oleh kami, itu sudah mulai memberlakukan kurikulum SDGs bagi para mahasiswa," ujarnya.
Selain melakukan kerja sama riset, UNPAD turut mensupport dalam level nasional untuk pengelolaan SDGs.
Dalam hal ini, Zuzy mengharapkan agar pihak LAPAN juga mendukung SDGs dengan penginderaan jauh serta mengevaluasi dan berkomitmen terhadap SDGs.
"Tidak cuma supporting dalam hal riset tetapi juga bisa melaksanakan semua dalam hal target target dan semua kegiatan SDgs yang ada itu di dalam praktek pelaksanaan kehidupan sehari-hari."
Tak hanya UNPAD, Ketua SDGs Institut Teknologi Bandung (ITB) Tirto Prakoso mengungkapkan, sebagai universitas yang banyak menggunakan teknologi, penginderaan jauh sangat membantu sejumlah persoalan.
Tirto mencontohkan, untuk menuntaskan kemiskinan tentu diperlukan peningkatakan akses masyarakat, terutama di daerah terpencil atau tertinggal dan daerah perbatasan untuk mendapat energi. Hal itu dapat dilihat dengan penginderaan jauh.
"Tentunya adalah energi dalam bentuk akhir, final, yaitu listrik. Bagaimana cara membangkitkan Listrik di daerah tertinggal," ujar Tirto.
Menurut Tirto, untuk menentukan model pembangkit listrik yang akan dibangun, bisa dibantu dengan pemantauan melalui data penginderaan jarak jauh dari angkasa.
"Situasi daerahanya seperti apa, kemudian seberapa luas lahan yang kosong, seberapa luas lahan yang mempunyai potensi biomassa yang cukup besar yang bisa digunakan untuk pembangkitan listrik oleh mahasiswa," tuturnya.
Berkaitan dengan kerja sama antara ITB dan LAPAN, Tirto menyatakan akan memanfaatkan data-data tersebut untuk diakses terkait persoalan penyediaan listrik, sumber daya air, hingga reboisasi dan cocok tanam.
"Jadi kami ITB, kedepannya akan menggunakan kerja sama yang tadi dengan LAPAN untuk bisa mengakses data-data tersebut sehingga awal kita ingin membangun suatu fasilitas pembangkit listrik ini salah satu caranya menggunakan data yang sudah disediakan oleh LAPAN."
Saat ini LAPAN adalah penyedia data penginderaan jarak jauh secara nasional yang telah mendapat lisensi pemerintah.
"Seluruh data berlisensi pemerintah Indonesia, artinya seluruh Instansi pemerintah, baik pusat maupun di daerah berhak mendapatkan data," kata Deputi Bidang Pengineraan Jauh LAPAN Dr. Orbita Roswiniarti.
Data-data tersebut tersedia dalam berbagai resolusi baik resolusi menengah hingga resolusi sangat tinggi yang telah diperoleh dari stasiun bumi yang tersebar di Indonesia.
Orbita mengharapkan agar penginderaan jauh ini dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan pencapaian SDGs. Menurutnya pemanfaatan teknologi dan penginderaan jarak jauh dapat mempercepat pencapaian SDGs.
"2030 itu kan terasa cepat kalau kita tidak mulai bergerak. Dan kita sudah mulai bergerak, dan seminar ini menghimpun seluruh stakeholder yang terkait, baik Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah hingga melibatkan pihak swasta yang terkait bagaimana kita akan mempercepat pencapaian SDGs," beber Orbita.
Dalam lingkup PBB, pada suatu komite pemanfaatan teknologi antariksa untuk tujuan damai juga telah dibuat agenda pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan berbasis keantariksaan untuk mencapai target 2030.
Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin menegaskan, dalam penerapan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, langkah yang dilakukan setiap negara berdasar pada kemampuan dan kapasitasnya masing-masing.
"Teknologi penginederaan jauh bisa optimal kita manfaatkan bersama untuk memberikan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan untuk bangsa Indonesia," kata Djamal.
Untuk mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), banyak aspek yang bisa didukung oleh teknologi LAPAN dengan teknologi penginderaan jauh. Djamal merinci sejumlah poin yang dapat didukung teknologi penginderaan jauh.
"Dan tentunya hari ini yang akan dibahas bersama terkait penginderaan jauh, mulai dari ketahanan pangan, pencegahan dan adaptasi terhadap bencana, perubahan iklim, dampai pada teknologi penginderaan jauh untuk masalah air, pemanfaatan sumber daya alam dan berbagai hal yang menjadi tujuan dalam pembangunan berkelanjutan tersebut," jelas Kepala LAPAN.
Djamal juga menyampaikan, agar keterlibatan Penginderaan Jauh LAPAN dapat menjadi unggulan kedepannya.
"Nantinya 5 tahuh kedepan, LAPAN ingin menjadi penggerak sektor pembangunan berbasis pada IPTEK penerbangan dan antariksa yang unggul."
Agar dapat berkontribusi untuk mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, dalam seminar ini LAPAN hanya mengambil beberapa fokus saja yang dibahas. Terdapat lima subtema poin yang dibahas terkait pemanfaatan penginderaan jauh.
Pertama peran pemanfaatan penginderaan jauh untuk air bersih dan sanitasi Layak, seperti tujuan SDGs ke-6. Kedua, pemanfaatan penginderaan jauh untuk kota dan komunitas berkelanjutan (SDGs 11). Ketiga, pemanfaatan penginderaan jauh untuk perubahan iklim (SDGs 13). Keempat pemanfaatan penginderaan jauh untuk ekosistem laut (SDGs 14) dan Kelima untuk Ekosistem Darat (SDGs 15).