Banyak Dibutuhkan Industri, Mercu Buana Bekali Mahasiswa tentang Big Data Analytics
Biasanya lulusan perguruan tinggi dari jurusan ilmu komputer kurang mengerti tentang statistik dan begitu juga sebaliknya.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia saat ini mengalami mismatch antara kebutuhan sumber daya manusia yang menguasai pengetahuan tentang big data analytics, sementara kebutuhan berbagai sektor industri terhadap SDM yang memiliki skill ini begitu besar.
Itu sebabnya, perguruan tinggi kini mulai bergerak menyiapkan kurikulum yang mampu menghasilkan SDM dengan penguasaan tentang big data analytics yang mumpuni.
Mengantisipasi kebutuhan sektor industri yang begitu tinggi tersebut, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana (UMB) Jakarta menggelar seminar umum tentang big data analytics dengan mendatangkan pakar di bidang ini, Sabtu (14/12/2019).
"Setiap semester kita ada program seminar semacam ini dengan mengundang pembicara tamu. Kali ini kita selenggarakan dalam dua sesi membedah tentang data intelligence, AI dan big data."
"Ke depan, untuk mengantisipasi kebutuhan akan business intelligence, kita akan melakukan perubahan kurikulum yang akan kita fokuskan dan arahkan ke big data analytics seiring keinginan pemerintah mendorong pengembangan sumber daya di bidang ini," ungkap Yaya Sudarya Triana, M Kom PhD, Wakil Dekan Fakultas Ilmu Komputer UMB.
Yaya menjelaskan, biasanya lulusan perguruan tinggi dari jurusan ilmu komputer kurang mengerti tentang statistik dan begitu juga sebaliknya.
"Dengan kurikulum baru yang akan kita berlakukan mulai semester ganjil 2020 mendatang, kita bisa menghasilkan sarjana yang ahli di bidang ilmu komputer dan sekaligus yang mengerti tentang big data," ungkap Yaya.
Dia menambahkan, arah penerapan kurikulum baru hasil masukan dari dunia industri serta para ahli ini adalah untuk menghasilkan lulusan yang bisa menyajikan data untuk top management di perusahaan sekaligus menganalisanya dan menjadi knowledge baru, sehingga bisa dijadikan bahan pengambilan keputusan.
"Di Indonesia kita masih kekurangan tenaga yang bisa menghasilkan big data knowledge. Kita sampai mengimpor tenaga dari India. Kita ingin ke depan bisa mandiri dengan menghasilkan SDM Indonesia," imbuh Yaya.
Dia menambahkan, kemajuan dunia IT saat ini terjadi secara eksponensial. "Sulit diprediksi, tiba tiba ada lompatan. Perkembangan teknologi informasi membuat banyak sektor terdisrupsi, seperti fenomena bisnis supermarket yang sekarang sepi," jelas Yaya.
"Ke depan akan banyak bisnis dan pekerjaan yang hilang tapi ada juga bisnis baru yang bertumbuh. Indonesia saat menjadi pasar yang sangat potensial bagi para tenaga ahli big data. Dengan seminar ini kita ingin bekali mahasiswa dengan wawasan baru tentang big data," beber Yaya yang menjadi angggota tim perumus peta okupasi di Kominfo ini.
Dia menambahkan, di kurikulum baru ini jumlah satuan kredit semester (SKS) yang harus diselesaikan mahasiswa tetap sama tapi konten materi perkuliahan akan menjadi lebih fokus.
Baca: Kominfo dan Mercu Buana Gulirkan Program Digital Talent Scholarship untuk Mahasiswa
Yaya menegaskan, perubahan kurikulum ini merespon tren kebutuhan sektor industri termasuk menerima masukan dari asosiasi.
Seminar yang digelar di hari Sabtu ini pada sesi kedua menghadirkan pembicara tamu DR Mauritius Tuga MS PhD, pakar business intelligence Program Pasca Sarjana Universitas Bina Nusantara, Jakarta.
Baca: Ancaman Siber Jadi Perhatian Indonesia Re Institute
Peserta seminar terdiri dari ratusan mahasiwa jurusan Sistem Informasi di UMB dari semua angkatan.
Ratna Mutu Manikam S. Kom, MT, Staf Pengajar di Fakultas Ilmu Komputer UMB menambahkan, melalui seminar yang mendatangkan ahli dari luar semacam ini mahasiswa akan mendapatkan wawasan baru tentang big data.
"Semua mahasiswa dari semua angkatan kita undang. Kali ini diikuti 250 mahasiswa terbagi dalam dua sesi. Profesi tentang big data saat ini sedang dicari," ungkap Ratna.