Kini, Giliran Aksara Kawi Didaftarkan ke Unicode untuk Tambah Khasanah Nusantara yang Terdigitisasi
proposal pengajuan aksara Kawi yang diajukan pegiat aksara daerah, Aditya Bayu Perdana dan Ilham Nurwansah telah resmi diterima Unicode.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Estafet pengajuan Aksara Kawi ke Unicode dalam rangka mendigitisasi Aksara ke dalam bentuk digital menemukan titik terang.
Pada 29 September 2020 lalu, proposal pengajuan aksara Kawi yang diajukan pegiat aksara daerah, Aditya Bayu Perdana dan Ilham Nurwansah telah resmi diterima Unicode.
Dengan demikian, tinggal selangkah lagi aksara Kawi tersedia di rilis terbaru Unicode berikutnya.
Sebagai informasi, Unicode adalah standar dalam dunia komputer untuk pengkodean (encoding) karakter tertulis dan teks yang mencakup hampir semua sistem penulisan yang ada di dunia.
Dengan adanya Unicode, pertukaran data teks dapat terjadi secara universal dan konsisten.
Baca juga: Setelah Daftarkan Domain Aksara Jawa, PANDI Siap Daftarkan Aksara Lainnya ke ICANN
Kaitannya dengan Aksara, nantinya seluruh Aksara Nusantara bisa diakses di perangkat pintar seperti telfon genggam dan Komputer/laptop seperti Aksara Latin pada umumnya.
Ilham Nurwansyah, mewakili tim penyusun proposal Kawi mengatakan bahwa pengajuan proposal aksara Kawi saat ini dilakukan sebagai salah satu upaya mendigitisasikan aksara daerah di Indonesia.
Baca juga: PANDI Kantongi Lampu Hijau Pemerintah, Lanjutkan Pendaftaran Domain Aksara Jawa Ke ICANN
“Masih banyak aksara daerah Indonesia yang belum terdaftar di Unicode, maka kami akan terus berupaya mendorong aksara-aksara daerah itu agar bisa terdaftar di Unicode. Kemarin kami mengajukan aksara Kawi, untuk aksara lainnya menyusul setelahnya,” ungkap Ilham.
Staf Digital Repository of Endangered and Affected Manuscript in Southeast Asia (DREAMSEA) PPIM UIN Jakarta ini menjelaskan, dalam pengajuan aksara ke Unicode diperlukan pemahaman dalam hal spesifikasi teknis aksara.
Baca juga: Mendalami Kehebatan Teknologi Kamera dan Fitur NFC di Vivo V20
“Tidak hanya diperlukan kemampuan membaca dan menulis saja, tetapi harus paham spesifikasi teknis aksara yang akan diajukan untuk platform digital, sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk menyusun satu buah proposal," kata dia.
Selain itu juga harus mengikuti uji kelayakan proposal yang diajukan di hadapan tim Unicode secara langsung.
Aditya Bayu mengungkapkan, proposal preliminary (pendahuluan) pernah diajukan tahun 2012 oleh penulis asing, namun belum ada yang melanjutkan hingga kini. Sehingga apa yang dilakukannya saat ini bersifat meneruskan dari apa yang sudah dikerjakan sebelumnya.
Dalam penyusunan proposal aksara Kawi, Adit mengaku mengalami beberapa kendala yang cukup berarti bagi timnya.
“Setiap huruf dan simbol individu dalam aksara perlu diberi contoh dan diberi asal-usul, ini gambar aksara dapat dari prasasti mana, sekarang disimpan di mana, dan lainnya."
"Salah satu yang membuat aksara Kawi sulit adalah masa penggunaannya yang panjang,” ungkap Adit.
Adit menambahkan, selama 800 tahun pemakaian, aksara Kawi memiliki berbagai macam variasi langgam dan ortografi.
Varian yang banyak ini perlu dijabarkan dalam proposal, dan ditambah pula kesulitan mendapat referensinya yang seringkali tersebar.
Sehingga, perlu mengumpulkan potongan-potongan informasi dari berbagai sumber agar dokumentasi Kawi yang dituliskan dapat dipertanggungjawabkan.
Penyusunan proposal aksara Kawi yang lebih lengkap untuk Unicode mulai dilakukan Adit dan Ilham sejak Juli 2020 dan melalui dua kali proses “persidangan”, yaitu pada pertengahan Agustus dan September 2020.
“Pembahasan teknis proposal dilakukan secara langsung dan terbatas bersama tim kecil Unicode melalui konferensi video, dua kali kami harus ‘disidang’ jam 5 pagi, menyesuaikan dengan jadwal meeting Unicode, yang para panelisnya tersebar di berbagai negara,” tambah Ilham.
Setelah dokumen lengkap proposal Kawi diterima oleh Unicode, maka tinggal menunggu disahkan. Jika tidak ada halangan, maka tidak lama lagi code point aksara Kawi akan bisa digunakan pada platform digital di seluruh dunia.
“Semoga Unicode mengetuk palu untuk mengesahkan aksara Kawi. Kita tunggu saja rilis Unicode terbaru berikutnya,” ungkap Adit optimis.
Upaya pengajuan aksara Kawi ke Unicode merupakan bentuk dukungan Ilham dan Bayu kepada Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) yang sedang merancang kegiatan bertajuk Merajut Nusantara melalui digitalisasi aksara.
Chika Hayuningtyas, Staf Pelaksana PANDI pada kegiatan digitalisasi aksara nusantara menyambut baik apa yang dilakukan oleh Adit dan Ilham.
"Kami sangat menghargai upaya komunitas yang mendukung kegiatan digitalisasi aksara yang digagas PANDI sebagai salah satu bentuk komitmennya adalah sejak Oktober 2020."
"Pandi sudah terdaftar sebagai salah satu member UNICODE, agar bisa lebih mudah memfasilitasi komunitas pegiat aksara di indonesia yang ingin menjalin komunikasi dengan UNICODE nantinya," ujarnya.