WhatsApp Terapkan Kebijakan Baru, Pengguna di Singapura Mulai Beralih ke Telegram dan Signal
Pengguna WhatsApp mulai beralih ke Telegeram dan Signal karena adanya kebijakan privasi baru yang memungkinkan data WhatsApp dibagikan ke Facebook.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Pengguna aplikasi perpesanan WhatsApp mulai beralih, meskipun WhatsApp menjamin privasi penggunanya.
WhatsApp menegaskan bahwa pihaknya akan tetap menjaga privasi pengguna meskipun akan ada beberapa perubahan persyaratan dan kebijakan, Selasa (12/1/2021) lalu.
Perubahan kebijakan tersebut telah mendorong banyak orang di dunia, termasuk di Singapura, untuk beralih ke aplikasi obrolan lainnya.
Pasalnya, perubahan tersebut memungkinkan beberapa data WhatsApp dibagikan dengan perusahaan induk Facebook.
Baca juga: Cara Mematikan Fitur Auto Download WhatsApp, Tak Perlu Khawatir Jika Memori HP Penuh
Baca juga: WhatsApp Tunda Pembaruan Kebijakan, Aplikasi Tetap Eksis Selewat 8 Februari 2021
Pada hari Selasa, eksekutif Facebook seperti kepala Instagram Adam Mosseri men-tweet bahwa "Ada banyak informasi yang salah tentang WhatsApp (persyaratan layanan)".
Ia juga mengatakan bahwa pembaruan kebijakan tidak mempengaruhi privasi pesan dengan teman atau keluarga, dikutip dari The Straits Times.
Adam menambahkan, perubahan tersebut terkait dengan pengiriman pesan bisnis di WhatsApp yang bersifat opsional.
WhatsApp menekankan bahwa pihaknya maupun Facebook tidak dapat membaca obrolan WhatsApp atau mendengar panggilan pengguna karena mereka terenkripsi.
Ini juga berlaku untuk obrolan yang dilakukan konsumen dengan bisnis melalui WhatsApp.
Beberapa perusahaan dapat memilih untuk menyimpan pesan dengan aman di server Facebook untuk membantu mereka mengelola obrolan.
WhatsApp meyakinkan bahwa Facebook tidak akan secara otomatis menggunakan obrolan konsumen dengan pedagang untuk menentukan iklan yang dilihat orang-orang.
Hal itu memungkinkan sebuah perusahaan dapat menggunakan data tersebut untuk tujuan pemasarannya sendiri, seperti iklan di Facebook.
Meski begitu, Facebook tidak dapat menargetkan iklan umum dengan cara yang mirip dengan pengguna, kata juru bicara WhatsApp kepada The Straits Times, Rabu (13/1/2021).
Tetapi, pakar privasi mengatakan, kekhawatiran dan ketidakpastian tentang perubahan kebijakan tersebut mengakibatkan pengguna memilih aplikasi perpesanan lain yang dianggap memiliki fitur privasi yang lebih baik.
Pengguna Telegram dan Signal Meningkat
Sehubungan dengan hal itu, Telegram mengatakan bahwa aplikasinya memiliki lebih dari 500 juta pengguna aktif di minggu-minggu pertama Januari, dan '25 juta pengguna baru bergabung dengan Telegram dalam 72 jam terakhir', menurut laporan AFP.
Sementara WhatsApp memiliki lebih dari 2 miliar pengguna.
Di Singapura, Telegram dan Signal mengalami kenaikan di Apple App Store dan grafik Google Play, setelah WhatsApp mengumumkan perubahan Rabu (13/1/2021) lalu.
Pada hari Minggu (10/1/2021), Signal menjadi aplikasi nomor satu di Google Play Singapura.
Seminggu sebelumnya, Signal tidak termasuk di antara 100 aplikasi teratas, kata perusahaan analitik App Annie.
Versi iPhone dari aplikasi tersebut mencapai posisi teratas pada 9 Januari untuk semua aplikasi iOS, padahal minggu sebelumnya tidak berada di 1.000 teratas.
Adapun Telegram, berada di nomor dua pada grafik aplikasi Google Play secara keseluruhan pada hari Senin (11/1/2021).
Itu artinya, Telegram mengalami kenaikan, padahal sebelumnya berada di nomor 12 pada minggu lalu.
Pada Selasa lalu, Telegram adalah aplikasi nomor dua secara keseluruhan di App Store, naik dari nomor 13 seminggu sebelumnya.
Beberapa pengguna yang beralih ke alternatif tersebut dikarenakan kebijakan privasi WhatsApp yang baru, yakni pengiriman data ke Facebook.
Sophia Ong (39) yang merupakan seorang pendidik, bergabung dengan Telegram dalam seminggu terakhir.
Beberapa obrolan grupnya telah berpindah ke Telegram, meskipun dia masih mempertahankan akun WhatsApp-nya karena banyak kontaknya masih menggunakan aplikasi WhatsApp.
"Saya agak kesal, tapi mengundurkan diri juga karena pada akhirnya tidak ada yang namanya makan siang gratis," katanya mengacu pada WhatsApp yang gratis digunakan.
Baca juga: WhatsApp Perbarui Kebijakan, Serahkan Data ke Facebook atau Hapus Akun WA
Baca juga: Cara Mudah Download Video di Instagram Tanpa Aplikasi Tambahan
Pengacara teknologi di Withers KhattarWong, Jonathan Kok, mengatakan bahwa perubahan WhatsApp tidak mungkin melanggar Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi.
Hal tersebut lantaran telah diberitahukan sebelumnya kepada pengguna WhatsApp bahwa mereka membuat perubahan kebijakan tersebut.
Jonathan mencatat bahwa WhatsApp telah berbagi data dengan Facebook selama bertahun-tahun hingga sekarang, terutama informasi teknis, setelah memperoleh layanan perpesanan pada tahun 2014.
Namun dia mengakui bahwa kebijakan dapat berubah di masa depan untuk memungkinkan WhatsApp memonetisasi data pengguna dengan langsung beriklan ke mereka.
Seperti yang diketahui, saat ini WhatsApp tidak mengizinkan iklan.
Pengguna yang khawatir dengan kebijakan baru dan ingin keluar dari WhatsApp maka kemungkinan besar juga perlu berhenti menggunakan Facebook, karena ada beberapa pembagian data.
"Bahkan jika Facebook memiliki semua informasi dan ingin menggunakannya, mereka tidak melalui WhatsApp untuk melakukannya, mereka akan menggunakannya melalui akun Facebook," kata Jonathan.
(Tribunnews.com/Yurika)