X-Culture dan Sensasi Pengalaman Bekerja dalam Kolaborasi Virtual Global
Tren adopsi digital yang kini makin masif dan dalam, memungkinkan mahasiswa bisa merasakan pengalaman bekerja dengan konsep kolaboratif yang unik.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menjadi seorang mahasiswa harus bisa memperbanyak ilmunya. Tak hanya di kampus, tetapi bisa dari mana saja.
Tren adopsi digital yang kini makin masif dan dalam, memungkinkan mahasiswa bisa merasakan pengalaman bekerja dengan konsep kolaboratif yang unik.
Yakni bergabung dalam tim kerja kolaboratif virtual global bersama partnernya di negara lain untuk menggarap project-project klien bisnis mereka secara nyata.
Pengalaman bekerja virtual dalam konsep kolaborasi yang unik inilah yang sekarang coba dihadirkan di kegiatan X-Culture.
Gagasan ini datang dari I3L School of Business (iSB), tujuannya untuk mendorong mahasiswanya untuk siap menghadapi persaingan global.
X-Culture adalah proyek yang dirancang untuk menawarkan siswa kesempatan untuk bekerja dalam tim virtual global (GVT) dan menyelesaikan proyek untuk klien bisnis nyata.
Dalam prosesnya, siswa mengalami tantangan dan mempelajari praktik terbaik dari kolaborasi virtual global dan konsultasi bisnis.
Baca juga: Tren Remote Working Tak Akan Hilang, Keamanan Siber Jadi Kunci Masa Depan Bisnis Pasca Pandemi
Lydia Karnadi, Pengajar i3L School of Business (iSB) kepada Tribunnews, Sabtu (30/1/2021) menjelaskan, dengan mengikuti acara ini maka para mahasiswa dapat beragam manfaat.
Diantaranya, mahasiswa mendapatkan pengalaman bekerja dengan perusahaan internasional sekaligus membangun koneksi dengan internasional.
Baca juga: Waspada dan Kenali Ragam Jenis Serangan Siber: dari Malware, Phising Sampai Social Engineering
"Mahasiswa tak perlu ke luar negeri untuk mendapatkan pengalaman dan ilmu dari negara lain. Lewat acara X-Culture mereka dapat berkolaborasi dengan mahasiswa asing sekaligus mendapatkan pekerjaan langsung dari perusahaan internasional," kata Lydia dalam keterangan resminya.
Dalam prosesnya, X- Culture memberikan penyuluhan terlebih dahulu mengenai bagaimana bekerja sama dengan global virtual team.
Sehingga ada tes kesiapan dari tiap siswa yang turut serta dalam program ini. Selain itu sebelum mereka memulai mengerjakan studi kasus yang mereka harus selesaikan, mereka sudah mengetahui teori landasan dalam pengerjaannya.
Para mahasiswa juga telah memiliki bekal kompetensi dari mata kuliah telah diajarkan di iSB.
"Panitia X-Culture menjelaskan bahwa tujuh mahasiswa dan mahasiswi dari iSB memiliki kompetensi yang matang dalam dunia bisnis serta mereka berkolaborasi dengan baik selama acara," jelas Lydia yang juga memenangkan 'Best Lecture' pada acara yang sama.
Di acara ini, tujuh mahasiswa dan mahasiswi iSB mengambil tiga studi kasus, yaitu mengenai product wine dari Gocci Griffoni, Italy, product Truffle and wine dari Truffle and wine Company, Australia serta produk cokelat dari Ab Ovo Chocolate, Ghana.
Mereka mengerjakan program kolaborasi dengan mahasiswa luar negeri seperti dari USA, Mexico, Morocco.
Nantinya harus mempersentasikan hasil dari pengerjaan kolaborasi kelompoknya masing-masing untuk menyelesaikan masalah di perusahaan tersebut.
Dalam keikutsertaan pertamannya, salah seorang mahasiswa i3L School of Business (iSB) berhasil memenangkan penghargaan 'Best Teams'. Tim terbaik tersebut diambil dari 45 'Best Teams' dari 1.277 tim. Terdiri dari 5.955 mahasiswa bisnis 150 universitas di 78 negara.
Benyamin Kristian Worabay, mahasiswa iSB yang juga menjadi pemenang ‘Best Teams’ mengatakan menjelaskan keikutsertaan dan penghargaan tersebut sangat berarti bagi kariernya kelak.
"Saya mendapatkan sertifikat internasional dan recommendation letter yang nantinya juga berguna di masa depan. Selain itu saya dapatkan teman baru dari lingkup internasional," kata Ben sapaannya.
Walau dilanda perbedaan zona waktu, Ben dan lima anggota kelompoknya yang berasal dari negara seperti Botswana, Italia, Kanada, dan Amerika Serikat berhasil bersama memecahkan studi kasus yang diberikan oleh product wine dari Gocci Griffoni, Italy.
Ia mengaku kepercayaan diri dan komitmen penuh dalam acara yang menjadi kunci keberhasilan.
"Ilmu yang diajarkan di iSB pada semester-semester sebelumnya secara tidak langsung berguna pada acara ini," kata Ben.