Merger Gojek-Tokopedia, Keamanan Data Pengguna Harus Jadi Prioritas
Tokopedia pada pertengahan 2020 digegerkan dengan bocornya 91 juta lebih data pemakai dan Gojek beberapa kali mengalami fraud pada pemakai GoPay
Penulis: Hendra Gunawan
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua raksasa teknologi online Indonesia Gojek dan Tokopedia telah resmi bergabung dan membentuk entitas baru yang katanya memiliki ekosistem dengan menyumbang 2% dari PDB negara.
Disebut GoTo Group, organisasi baru ini memiliki lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan dan juga termasuk unit fintech, GoTo Financial.
Dalam keterangannya pada Kamis (20/5/2021), pakar keamanan siber Pratama Persadha menjelaskan. bergabungnya Gojek dan Tokopedia punya konsekuensi pada pengelolaan data khususnya dari sisi keamanan data pengguna.
Karena keduanya mengolah data dalam jumlah besar.
"Patut dicermati juga bahwa keduanya juga punya pengalaman kurang baik pada sistem informasinya," ujarnya.
Baca juga: KPPU Tanggapi Merger Gojek dan Tokopedia: Wajib Lapor Maksimal 30 Hari Setelah Dinyatakan Efektif
Tokopedia pada pertengahan 2020 digegerkan dengan bocornya 91 juta lebih data pemakai dan Gojek beberapa kali mengalami fraud pada banyak pemakai GoPay,” terang chairman lembaga riset siber CISSReC (Communication & Information System Security Research Center) ini.
Baca juga: Daftar Petinggi Grup GoTo, Perusahaan Hasil Merger GoJek dan Tokopedia
Pratama menambahkan, karena semakin besar sebuah platform, maka akan semakin menarik perhatian pelaku kejahatan untuk mencoba menyerang. Bukan hanya hacker lokal saja yang mengincar, namun hacker global yang akan mengincar karena “Startup baru” dengan nama GoTo ini sudah masuk kedalam level startup dengan valuasi terbesar di dunia.
Baca juga: Gojek dan Tokopedia Resmi Merger, Umumkan Pembentukan Nama Grup GoTo
"Belum lagi adanya teknologi keuangan pada Gopay. Bukan hanya data pribadi yang berpotensi dicuri oleh penjahat siber, tapi juga bisa uang customernya kalau pengamanannya tidak benar-benar kuat," terang pria asal Cepu Jawa Tengah ini.
Pratama menjelaskan, ini jelas harus menjadi perhatian serius, karena keduanya adalah aplikasi terbesar di tanah air saat ini. Bergabungnya kedua aplikasi ini diharapkan tidak membuat resiko keamanan data masyarakat menjadi bertambah besar.
"Timing Gojek dan Tokopedia merger mungkin saja mengejar sebelum UU PDP disahkan, jadi belum ada aturan teknis macam-macam terkait pengamanan data pribadi. Namun bila nanti UU PDP sudah jadi, mereka tetap harus melakukan penyesuaian,” tegas Pratama.
Dia menegaskan, pengamanan data harus menjadi fokus Tokopedia dan Gojek bila nanti aplikasi dan sistem benar-benar menyatu dalam satu satu wadah.
Bergabungnya dua aplikasi anak bangsa ini akan melahirkan pembacaan data baru yang sangat tinggi nilai ekonominya juga sangat singnifikan bagi ketahanan-keamanan nasional.
Baca juga: 139.000 Mandiri Agen Sediakan Layanan Isi Ulang Saldo Via Offline ke Ovo
“Bagaimana tidak, keduanya akan menguasai jalur distribusi manusia, barang dan makanan. Tentu negara juga harus melihat ini sebagai peluang besar sekaligus ancaman dari sudut pandang pengamanan data dan juga keamanan nasional,” jelasnya.
Menurut Pratama, sebaiknya pengamanan data harus mendapatkan prioritas oleh pengelola dan juga oleh negara. Berbeda dengan data kependudukan yang cenderung statis dan tidak menghasilkan data baru, data dari GoJek dan Tokopedia ini dinamis karena ada data jual beli dan kebutuhan masyarakat secara nasional, yang pasti data tersebut tidak dimiliki oleh lembaga negara manapun.