Ekonomi Digital Tumbuh Pesat, East Ventures Rilis DCI 2022
EV-DCI 2022 menyajikan data daya saing digital di 34 provinsi dan 25 kota/kabupaten di Indonesia. Daya saing digital di daerah-daerah di Indonesia
Penulis: Lita Febriani
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan venture capital yang memelopori investasi startup teknologi di seluruh bidang (sector-agnostic) yakni lEast Ventures, bersama Katadata Insight Center dan PwC Indonesia meluncurkan East Ventures - Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2022.
Laporan riset EV-DCI 2022 merupakan pengukuran daya saing digital Indonesia dengan tema "Menuju Era Keemasan Digital Indonesia".
EV-DCI 2022 menyajikan data daya saing digital di 34 provinsi dan 25 kota/kabupaten di Indonesia. Daya saing digital di daerah-daerah di Indonesia terus menunjukkan tren positif.
Baca juga: Agenda G20 Dorong Pembiayaan Usaha Petani Sawit Melalui Digitalisasi
Ini terlihat dengan skor EV-DCI 2022 sebesar 35,2 yang mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 32,1 (2021) dan dua tahun sebelumnya, yaitu 27,9 (2020).
Laporan riset EV-DCI juga dilengkapi dengan hasil survei terhadap 71 pelaku usaha digital, analisa delapan sektor, serta perspektif dari 18 tokoh.
Perspektif ini mencakup para pengambil kebijakan di pemerintah, antara lain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Menteri Kesehatan dan lainnya.
Selain itu perspektif juga mencakup para founder startup seperti CEO GoTo, CEO Xendit, Presiden Traveloka dan lain sebagainya.
Baca juga: Potensi Ekonomi Digital Perlu Didukung Kualitas Jaringan dan Perlindungan Data
Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca, menyampaikan pada tahun ini, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi digital yang terus berkembang dan daya saing digital yang semakin meningkat.
"Harapannya, melalui laporan tahunan EV-DCI, East Ventures telah menghadirkan informasi yang mendalam untuk seluruh stakeholder dalam memperkuat sektor digital sehingga peningkatan daya saing digital dapat semakin merata di Indonesia," tutur Willson, Senin (7/3/2022).
Panel ahli Katadata Insight Center Mulya Amri, mengatakan peningkatan daya saing digital turut dialami di banyak provinsi di luar Pulau Jawa.
"Meskipun peringkat 10 besar dengan skor EV-DCI tertinggi masih dikuasai oleh provinsi di Jawa dan Bali, provinsi-provinsi lain terus menunjukkan peningkatan daya saing yang cukup baik," terang Mulya.
Baca juga: Mengenal Sea Labs Indonesia yang Baru Diresmikan Jokowi, Pusat Pengembangan Talenta Digital
Penurunan kesenjangan daya saing digital juga terlihat dari nilai spread yang semakin kecil. Nilai spread atau selisih antara skor provinsi tertinggi (DKI Jakarta 73,2) dan terendah (Papua 24,9) untuk EV-DCI 2022 yaitu 48,3, sementara pada 2021 dan 2020 masing-masing 55,6 dan 61,9.
"Semakin kecil nilai spread ini menunjukkan peningkatan daya saing digital dari provinsi-provinsi di urutan menengah dan bawah," imbuh Mulya.
Pertumbuhan ekonomi digital sendiri tidak terlepas dari peran berbagai stakeholder di berbagai sektor.
Transformasi digital ikut berkembang dan berkontribusi terhadap sektor-sektor esensial yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari, misalnya sektor logistik, fintech, edutech dan healthtech.
Transformasi digital juga telah lebih dahulu menyentuh sektor pariwisata dan e-commerce.
Strategi yang tepat untuk mencapai era keemasan digital di Indonesia dapat digambarkan dengan bentuk rumah, dimana infrastruktur Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) menjadi landasan fundamental yang dapat dibutuhkan lintas sektor dan lembaga.
Penguatan infrastruktur TIK memungkinkan digitalisasi di berbagai aspek, sehingga mengakselerasi terciptanya pemerintah digital, masyarakat digital, serta bisnis digital.
Aspek-aspek tersebut juga perlu diperkokoh oleh penerapan prinsip berkelanjutan atau Environmental, Social and Governance (ESG) untuk menjaga pertumbuhan ekonomi digital secara jangka panjang.
Partner dan NextLevel Leader PwC Indonesia Radju Munusamy, menyebut dalam menuju era keemasan digital di Indonesia, ada lima aspek yang perlu diperhatikan.
"Yaitu percepatan pembangunan infrastruktur TIK yang dapat memfasilitasi pertumbuhan ekonomi digital yang lebih merata, menciptakan pemerintahan digital yang berfokus pada efisiensi dan transparansi, mengembangkan kemampuan talenta digital melalui peningkatan sistem pendidikan dan keterampilan, memfokuskan peningkatan adopsi teknologi digital di berbagai sektor, serta menerapkan prinsip keberlanjutan untuk mencapai era keemasan ekonomi digital," jelas Radju.
Willson menambahkan, East Ventures percaya bahwa percepatan adopsi digital sangat krusial dalam membangun ekosistem digital yang lebih kokoh.
"Akan tetapi, hal tersebut hanya dapat dicapai ketika setiap pihak bekerja sama dalam mencapainya. East Ventures berkomitmen untuk terus mendukung perkembangan ekonomi digital dan membuka jalan menuju era keemasan digital di Indonesia," ucapnya.
EV-DCI merupakan pemetaan daya saing digital daerah yang dibentuk dari tiga sub-indeks, sembilan pilar dan 50 indikator.
Sub-indeks pembentuknya adalah input, output, serta penunjang, dengan pilar pembentuk sumber daya manusia, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), pengeluaran TIK, perekonomian, kewirausahaan dan produktivitas, ketenagakerjaan, infrastruktur, keuangan, dan regulasi dan kapasitas pemda.
Skor EV-DCI 2022 tertinggi masih dipegang oleh DKI Jakarta, dengan skor 73,2. Sementara itu, di posisi kedua dan ketiga ditempati oleh Jawa Barat dan DI Yogyakarta dengan skor 58,5 dan 49,2.
Selain itu, Kalimantan Timur menjadi salah satu provinsi di luar Pulau Jawa yang berhasil masuk ke 10 besar di peringkat 7 dengan kenaikan skor 4,5, dengan skor EV-DCI 2022 sebesar 44,0.
Selain Kalimantan Timur, beberapa provinsi di luar Jawa mengalami peningkatan daya saing digital yang cukup baik.
Contohnya, Bengkulu yang mengalami peningkatan skor EV-DCI 2022 tertinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 7,8 poin menjadi 39,1.
Kenaikan skor tersebut membuat Bengkulu naik tujuh peringkat, menjadi 12. Papua Barat dan Lampung juga menunjukkan peningkatan daya saing digital yang signifikan; masing-masing naik 11 peringkat ke posisi 19 dan enam peringkat ke posisi 20.
Pilar infrastruktur yang menjadi pilar tertinggi di tahun sebelumnya juga masih mengalami peningkatan skor pada EV-DCI 2022.
Pada EV-DCI 2022, pilar ini meningkat 10,5 poin menjadi 64,8. Spread pada pilar infrastruktur juga mengecil 8,3 poin atau mencapai 79,0 di tahun ini, dibandingkan tahun sebelumnya spread pilar ini sebesar 87,3.
Penurunan kesenjangan daya saing digital di daerah-daerah ini ditunjukkan juga dengan peningkatan skor pada pilar kewirausahaan dan produktivitas.
Pilar ini meningkat 10,1 poin menjadi skor 23,6 pada EV-DCI 2022. Selain itu, Pilar regulasi dan kapasitas pemda juga mengalami peningkatan 19,1 poin menjadi 54,6 tahun ini.