Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Techno

Era Digitalisasi Tidak Bisa Dihindari, Menteri BUMN: Suka Tidak Suka Harus Dihadapi

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, adaptasi menghadapi perubahan zaman menjadi sebuah keharusan bagi Indonesia.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Era Digitalisasi Tidak Bisa Dihindari, Menteri BUMN: Suka Tidak Suka Harus Dihadapi
Tribunnews.com/Bambang Ismoyo
Menteri BUMN Erick Thohir saat mengisi seminar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) DKI Jakarta bertajuk Menuju Masyarakat Cashless di Auditorium Perpustakaan Nasional, Jakarta, Rabu (3/8/2022). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, adaptasi menghadapi perubahan zaman menjadi sebuah keharusan bagi Indonesia.

Menurutnya, era digitalisasi mau tidak mau harus dihadapi. Jika tidak, maka masyarakat akan semakin tertinggal.

Hal tersebut dikatakan oleh Menteri BUMN Erick Thohir saat mengisi seminar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) DKI Jakarta bertajuk Menuju Masyarakat Cashless di Auditorium Perpustakaan Nasional, Jakarta, Rabu (3/8/2022).

Baca juga: Pengurus AMSI DKI Jakarta Periode 2021-2024 Resmi Dilantik, Berikut Nama-namanya

"Ini era yang tidak bisa terhindarkan, digitalisasi suka tidak suka harus kita hadapi dan kita tidak mungkin berdiam diri," ujar Erick.

Dirimu menyebut era digital mengubah begitu banyak sendi-sendi kehidupan masyarakat.

Hal ini terlihat dari perubahan cara kerja, cara berusaha, hingga hal-hal penting lain dalam kehidupan yang sangat memerlukan dukungan digital.

Berita Rekomendasi

Meski tak ubah, ucap Erick, Indonesia memiliki sumber daya besar dalam menjadikan ekonomi digital sebagai fondasi bangsa di masa yang akan datang.

"Demografi kita yang mayoritas muda saat ini, 55 persen usia di bawah 35 tahun, mau tidak mau industri digital kita akan berkembang," lanjutnya.

Erick memproyeksikan Indonesia akan menjadi pemain industri digital terbesar di Asia Tenggara pada 2030.

Hal ini ditopang dari potensi ekonomi digital Indonesia yang diprediksi mencapai Rp 4.500 triliun pada 2030 atau tumbuh delapan kali lipat dari APBN.

"Pertanyaan saya selalu sama, kapan perubahan ini terjadi kalau kita tidak adaptasi sehingga akhirnya kita hanya jadi market. Saat hanya menjadi market, maka tidak ada investasi untuk pembukaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi akan tumbuh lebih besar di negara lain," ungkap dia.

Baca juga: Lantik Pengurus Wilayah DKI Jakarta, Ketua Umum AMSI Soroti Pentingnya Media Menggunakan Data

Erick menyebut sudah terlalu lama sumber daya alam dan market besar Indonesia hanya dijadikan sebagai pertumbuhan ekonomi dan pembukaan lapangan kerja bagi negara lain.

Untuk itu, lanjut Erick, pemerintah bekerja keras untuk melakukan perubahan dengan menekan pengiriman SDA dalam bentuk bahan baku ke luar negeri, salah satunya dengan memperkuat ekosistem industri baterai listrik.

Erick menilai keberpihakan terhadap SDA berdampak besar bagi masyarakat lewat terciptanya pembukaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi.

"Kita tidak anti asing atau anti investasi luar negri, tapi keseimbangan pertumbuhan yang merata harus dipastikan, pertumbuhan Indonesia harus lebih tinggi dari negara lain," pungkas Erick.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas