Pendapatan Zoom Diproyeksikan Anjlok, Capai Rekor Terendah
Pendapatan Zoom diproyeksikan turun 8 persen menuju rekor terendah pada tahun fiskal 2023
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, CALIFORNIA – Pendapatan Zoom diproyeksikan turun 8 persen menuju rekor terendah pada tahun fiskal 2023 karena kerasnya persaingan di bisnis penyediaan layanan video conference global.
Munculnya pemain baru di aplikasi rapat virtual yang menawarkan layanan lebih lengkap dan inovatif seperti Tim Microsoft, Cisco (CSCO.O), WebEx telah membuat posisi platform Zoom mulai tergeser.
Reuters mencatat selama beberapa tiga bulan terakhir saham ZOOM ambles sebanyak 7 persen, penurunan ini bahkan diproyeksikan bertambah hingga tembus 8 persen pada tahun 2023 mendatang.
Imbas dari kemunduran ini laba per saham milik Zoom di jual lebih murah dengan kisaran 3,66 dolar AS dan 3,69 dolar AS.
Tak hanya saham saja yang mencatatkan penurunan, Kepala keuangan Zoom Kelly Steckelberg mengungkap bahwa pendapatan tahunan perusahaannya di tahun ini juga ikut menyusut antara 4,39 miliar dolar AS hingga 4,40 miliar dolar AS.
Jumlah tersebut terpaut jauh dengan perkiraan awal, dimana investor memperkirakan bahwa pendapatan zoom di sepanjang 2022 dipatok sebesar 4,53 miliar dolar AS hingga 4,55 miliar dolar AS.
Baca juga: Tips Menghemat Data saat Zoom Meeting: Matikan Video saat Tidak Digunakan
Sebelum Zoom mengalami kemunduran, platform buatan mantan eksekutif Cisco ini sempat mengalami lonjakan pendapatan hingga tembus 191 persen year-on-year (yoy) pada kuartal pertama di tahun 2021.
Kenaikan ini terjadi setelah sejumlah perusahaan hingga institusi pendidikan dari berbagai negara mulai menerapkan sistem bekerja dari rumah atau work from home sebagai imbas dari pembatasan wilayah akibat meningkatnya kasus Covid-19.
Baca juga: Cara Membuat Link Zoom Meeting dan Mengganti Nama Akun Zoom melalui Android
Kondisi ini lantas mendorong masyarakat dunia untuk beralih menggunakan konferensi video sebagai media untuk berkomunikasi.
Namun setelah pasar global dihantam inflasi platform Zoom mengalami kendala dalam meningkatkan kualitas, lantaran perusahaan gagal merekrut klien bergaji tinggi untuk mempertahankan pertumbuhan perusahaan.
Hal tersebutlah yang membuat pelanggan Zoom mulai berpaling ke platform penyedia layanan video conference lain.