Jadi Ancaman Keamanan Nasional, Australia Desak Rusia Tindak Penjahat Siber
Pemerintah Australia meminta Rusia menindak sejumlah besar penjahat siber karena aktivitas mereka menjadi ancaman bagi keamanan nasional Australia.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, SYDNEY – Pemerintah Australia meminta Rusia agar menindak sejumlah besar penjahat siber yang beroperasi di negara itu karena aktivitas mereka menjadi ancaman bagi keamanan nasional Australia.
Pernyataan tersebut muncul saat Pemerintah Australia mereformasi kebijakan keamanan siber menyusul serangkaian serangan ransomware terhadap beberapa perusahaan besar di negara itu.
"Penjahat dunia maya dengan kepadatan terbesar, terutama yang menggunakan ransomware, berada di Rusia," kata Michael Pezzullo, Sekretaris Departemen Dalam Negeri Australia.
"Kami menyerukan kepada pemerintah Rusia untuk menuntaskan para peretas itu,” imbuhnya.
Sebelumnya, Pemerintah Australia telah merencanakan untuk merombak aturan keamanan sibernya serta mendirikan sebuah lembaga di departemen dalam negeri untuk mengoordinasikan investasi pemerintah di lapangan dan membantu mengoordinasikan respons terhadap serangan peretas.
Langkah ini mengikuti peningkatan serangan siber sejak akhir tahun lalu dengan pelanggaran yang dilaporkan oleh setidaknya delapan perusahaan, termasuk perusahaan asuransi kesehatan Medibank Private Ltd dan telco Optus, yang dimiliki oleh Singapore Telecommunications Ltd.
Menurut Pezzullo, serangan terhadap infrastruktur teknologi merupakan salah satu ancaman terbesar bagi keamanan nasional Australia.
Baca juga: Sering Jadi Target Kejahatan Dunia Maya, AS Perkenalkan Strategi Keamanan Siber Baru
"Serangan dunia maya sebenarnya bisa datang tanpa atribut. Bisa jadi tindakan kriminal atau bisa jadi aktor proksi yang bekerja dengan atau atas nama negara, atau bisa juga negara," kata Pezzullo.
Baca juga: Tingkatkan Keamanan Siber, Komisi Eropa Larang Penggunaan TikTok
Bulan lalu, Amerika Serikat dan Inggris juga telah memberikan sanksi kepada beberapa orang Rusia yang dituduh melakukan serangan siber, dengan mengatakan serangan ransomware telah melumpuhkan bisnis, sekolah, dan rumah sakit.