Meta Kembangkan Aplikasi Baru yang Bakal Jadi Saingan Twitter, Seperti Apa?
Platform baru itu akan terdesentralisasi yang berarti pengguna seolah-olah dapat membuat server atau komunitas yang berbeda.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Perusahaan induk Facebook, Meta Platforms Inc, dilaporkan sedang mengembangkan platform media sosial baru yang digadang-gadang akan menjadi saingan Twitter.
Melansir dari CNN, aplikasi media sosial baru Meta, yang memiliki kode P92, sedang dalam tahap awal pengembangan. Proyek pengembangan P92 sendiri mendapat pengawasan dari bos Instagram Adam Mosseri.
"Kami percaya ada kesempatan untuk ruang terpisah di mana pencipta dan tokoh masyarakat dapat berbagi update tepat waktu tentang kepentingan mereka," kata Meta dalam sebuah pernyataan.
Platform baru itu akan terdesentralisasi, yang berarti pengguna seolah-olah dapat membuat server atau komunitas yang berbeda, masing-masing dengan aturan mereka sendiri, bukan satu platform pusat yang dikendalikan oleh Meta. Konsepnya mirip dengan Reddit atau Discord, tetapi tampak berbeda dari fungsi platform media sosial Meta lainnya.
Baca juga: Dianggap Sebagai Aplikasi Pengundang Malapetaka, AS Minta Meta Hentikan Proyek Metaverse
P92 kemungkinan akan mengizinkan penggunanya dapat menyiarkan unggahan mereka ke orang-orang di server lain. Selain itu, jika P92 bisa mendukung ActivityPub, yaitu protokol jejaring sosial terbuka dan terdesentralisasi, ada kemungkinan platform ini bisa dioperasikan di aplikasi terdesentralisasi lainnya yang juga mendukung ActivityPub, seperti Mastodon.
Meta menolak berkomentar di luar pernyataannya, termasuk dalam menanggapi pertanyaan mengenai fitur potensial yang akan dihadirkan di platform barunya atau tanggal peluncuran.
Sejumlah platform media sosial baru dalam beberapa bulan terakhir mencoba memanfaatkan kondisi Twitter yang sering mengalami gangguan atau error, kembalinya akun-akun pengguna kontroversial yang mendapat kecaman dari pengguna, dan penurunan jumlah pengiklan di platform berlogo burung biru itu.
Banyak dari platform baru tersebut mengalami lonjakan pengguna setelah Elon Musk mengakuisisi Twitter, tetapi sejak saat itu mereka harus berjuang untuk meningkatkan jumlah pengguna yang lebih luas.
Mastodon, platform media sosial terdesentralisasi yang diluncurkan pada 2016, mengalami peningkatan jumlah pengguna dari 300.000 pengguna menjadi lebih dari 2,5 juta pengguna dalam beberapa minggu, setelah Musk menyelesaikan akuisisi Twitter pada akhir Oktober tahun lalu. Tetapi pertumbuhannya melambat dalam beberapa bulan terakhir.
Sementara itu, layanan baru dari Meta bisa mendapatkan keuntungan dari basis pengguna yang besar dari platform lain milik raksasa teknologi itu, seperti Facebook yang tercatat memiliki hampir 2 miliar pengguna pada awal Januari 2023.
Rencana pengembangan platform baru datang ketika Meta berupaya mengubah strategi untuk platform lamanya, dalam rangka untuk bersaing dengan TikTok.
Awal pekan ini, kepala Facebook Tom Alison mengatakan sedang menguji penggabungan Messenger ke aplikasi Facebook sehingga pengguna tidak perlu membuka aplikasi terpisah untuk membagikan konten yang mereka temukan di platform itu.