Mengenal Soft Power, Kunci untuk Mempertahankan dan Memajukan Industri Game Indonesia
Dari semua industri konten, ada satu sektor yang paling menonjol dan dapat menjadi soft power yang kuat, yaitu sektor gim atau game.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Ketika berbicara perang, maka yang akan ada di bayangan kita adalah pertempuran dengan senjata antara pasukan yang penuh ledakan dan tembakan. Tapi tahukah kamu, bahwa tidak semua perang berwujud seperti itu? Karena ada sebuah instrumen perang yang tak kasat mata, yang disebut sebagai soft power.
Untuk diketahui, instrumen pertahanan negara itu terdiri dari dua hal utama, yaitu instrumen hard power yang secara umum adalah kekuatan militer yang terdiri dari alutsista, persenjataan, sampai ke pasukan yang dipersiapkan untuk mempertahankan negara.
Lalu kemudian ada soft power. Apa itu soft power? Soft power, atau kekuatan lunak adalah instrumen diplomasi publik yang mencakup "pertukaran ide, informasi, seni, bahasa, dan aspek budaya lainnya antara bangsa-bangsa dan rakyat mereka guna memupuk pengertian saling mendukung".
Penyebaran soft power dapat dilakukan memulai diplomasi budaya, yang bertujuan agar masyarakat suatu negara asing mempunyai pemahaman terhadap visi negara tersebut tujuan ekonomi dan politik.
Pada intinya, diplomasi budaya dapat mengungkapkan ruh suatu bangsa, yang juga dapat menciptakan pengaruh (influence), dan menariknya, dapat memainkan peran penting dalam keamanan nasional.
Jika kita berbicara soal soft power, maka istilah yang akan sering muncul beriringan adalah industri konten. Industri konten yang meliputi film, musik, dan gim menjadi pilar penting dalam strategi soft power suatu negara. Kemampuan industri ini untuk menyampaikan nilai-nilai budaya, narasi positif, dan identitas kultural melalui berbagai media.
Industri konten bukan hanya alat hiburan, melainkan juga instrumen strategis untuk membentuk opini publik global, memberikan pendidikan, dan merespons isu-isu global, menjadikannya aspek yang esensial dalam pencapaian tujuan Soft Power suatu negara.
Game Sebagai Bentuk Soft Power Paling Strategis
Dari semua industri konten, ada satu sektor yang paling menonjol dibandingkan dengan yang lain, yaitu, sektor gim atau game. Mengapa gim? Pertama, karena lebih dari ⅔ penduduk dunia bermain gim. Bahkan jumlah pemain gim di Indonesia mencapai 174 juta dan 60 persen darinya adalah anak-anak muda.
Kedua, karena sebenarnya gim itu sudah menjadi bagian dari peradaban umat manusia dari sejak dahulu kala. Bahkan dari tahun 3300 Sebelum Masehi, gim sudah dijadikan sebagai tolok ukur kemampuan para pemimpin dalam mengatur strategi kepemimpinannya. Begitu juga di era modern, di mana tokoh penemu terkenal seperti Albert Einstein, Alan Turing, sampai Robert Nash menghasilkan karyanya karena kesenangannya mereka dalam bermain gim. Hingga Artificial Intelligence (AI) yang sedang heboh saat ini saja tidak akan berkembang sejauh ini jika bukan karena gim.
Salah satu contoh bahwa gim bisa menjadi soft power paling strategis adalah Genshin Impact, game asal Tiongkok yang menjadi duta budaya pengenalan opera tradisional China.
Lalu ada game The Witcher yang diproduksi developer Polandia dan dijadikan sebagai hadiah diplomatik kepada presiden Amerika Serikat. Kemudian, ada juga sutradara gim, Hideo Kojima memeroleh penghargaan tertinggi di negara Jepang di dalam bidang kebudayaan.
Industri gim secara global memiliki potensi ekonomi yang sangat besar dibandingkan dengan sektor industri konten lain (film, musik, dan animasi). Industri gim juga terbukti tahan terhadap krisis (resilience), sebagaimana yang terjadi selama wabah Covid-19 lalu yang tidak memberikan dampak negatif pada penghasilan dari industri gim melainkan justru tumbuh positif melampaui industri konten lainnya.
Data Fortune Business Insight menyebutkan bahwa saat ini pasar global gim pada tahun 2022 bernilai $249,55 miliar dan pada tahun 2023 tumbuh menjadi $281,77 miliar dan akan terus meningkat hingga $665,77 miliar pada tahun 2030.
Indonesia Sedang Kalah Dalam Perang Tak Kasat Mata
Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia ini juga memiliki jumlah pemain gim yang besar. Ada sebanyak 174 juta orang pemain gim di Indonesia, angka ini jauh di atas negara-negara tetangga di Asia Tenggara.
Saat ini, Indonesia pun sedang berada di tengah-tengah ‘perang’ yang menggunakan soft power, yaitu “Perang Tak Kasat Mata”, dan dalam perang ini Indonesia kondisinya sedang kalah.
Tahun 2021 pasar gim Indonesia itu bisa mencapai USD 2 miliar, atau kurang lebih Rp30 triliun. Sayangnya, dari Rp30 triliun itu sebagian besar uangnya (99,5 persen) justru pergi ke luar (negeri) dan hanya 0.5 persen saja yang bisa dinikmati oleh pengembang gim lokal di Indonesia. Angka ini bisa semakin kecil jika tidak segera dilakukan langkah yang konkrit terkait industri gim lokal di Indonesia.
Padahal industri gim di Indonesia sudah berhasil menelurkan beberapa gim asli buatan Indonesia, seperti Lokapala yang menjadi gim MOBA pertama buatan Indonesia. Pada 2021, 85 persen pasar gim nasional dikuasai oleh 100 (seratus) gim jenis multiplayer, baik yang kooperatif (sosial) maupun kompetitif (esports). Sedangkan, 15 persen sisanya diperebutkan oleh 400.000 (empat ratus ribu) gim single player/kasual.
Kondisi ini tentunya akan membahayakan Indonesia, khususnya dari segi produktivitas. Karena Indonesia di tahun 2045 akan memasuki masa keemasan (golden age), di mana usia penduduk yang produktif lebih banyak daripada usia penduduk yang tidak produktif. Atau dengan kata lain, penduduk yang berusia muda akan lebih banyak. Jika ‘kekalahan’ ini tidak bisa segera diubah, maka di tahun 2045 bukannya malah jadi masa paling produktif namun malah bisa sebaliknya.
Apa yang Dilakukan oleh Negara Lain Terutama Asia Tenggara?
Indonesia yang saat ini dianggap sebagai pemimpin ASEAN pun terancam posisinya, karena negara-negara lain di Tenggara Asia mulai berlomba-lomba menjadi pemimpin industri gim di kawasan. Pemerintah Malaysia misalnya, telah mengalokasikan anggaran belanja tahun 2024 sebesar Rp120 miliar untuk industri gim lokal, memberikan grants sebesar Rp3,5 miliar untuk satu Intellectual Property (IP) baru, dan Rp7 miliar untuk pengembangan IP.
Thailand pun makin serius dalam memanfaatkan soft power. Tokoh penting di partai besar Thailand berjanji akan mendorong industri gim lokal, karena Thailand melihat bahwa nilai ekspor gim Korea Selatan bernilai 12 kali lipat dari K-Pop dan 100 kali lipat lebih besar daripada industri film Korea.
Bahkan Singapura yang total pemain gim-nya hanya 2,8 juta atau hanya sekitar 2 persen dari total pemain gim di Indonesia sudah sangat serius dalam menangani industri gim di negaranya. Industri gim di Singapura tumbuh sebesar 70 persen tiap tahunnya dari tahun 2017 sampai sekarang. Angka tersebut melampaui penghasilan dari ecommerce di negaranya. Langkah ini selaras dengan rencana Singapura yang ingin menjadi hub utama gim dan esports di Asia dengan esports tourism board-nya.
Tidak hanya di Asia Tenggara, India sebagai negara dengan penduduk terbanyak di dunia juga mendukung industri gim lokal. Pada tahun 2020, Pemerintah India mengeluarkan kebijakan yang melarang gim Mobile Legends dan 58 aplikasi asal Tiongkok lainnya untuk beredar di Google Play dan Apple’s App Store India. Sehingga, hal tersebut memacu tumbuhnya pengembang gim lokal di India.
Eropa juga tidak tinggal diam. Prancis bahkan sampai menyediakan tax insentif hingga 90 milyar per perusahaan per tahun untuk pengembangan IP lokal mereka. Begitu juga dengan di negara Asia lainnya seperti Korea Selatan dan Jepang, yang tetap gencar memperkuat soft power mereka sebagai antisipasi pertumbuhan soft power gim dari Tiongkok (China).
Saudi Arabia tidak ketinggalan, tahun ini tercatat Pemerintah Arab Saudi menggelontorkan 38 miliar dolar atau setara 580 triliun rupiah untuk membangun industri gim nya dari nol.
Sedangkan Tiongkok (China) sebagai eksportir gim terbesar di dunia, mempunyai regulasi yang ketat untuk membatasi gim-gim asing yang akan dipublish di China. Saat ini China hanya memperbolehkan sekitar 30 gim asing yang dipublish di China setiap tahunnya.
Lalu Bagaimana dengan Indonesia? Pemerintah Indonesia mempersiapkan Peraturan Presiden (Perpres) Percepatan Pengembangan Industri Gim Nasional. Perpres ini bukan untuk memblokir gim asing seperti kebijakan di China. Harapannya, Perpres ini dapat membantu gim nasional memiliki kesempatan bersaing dengan gim asing yang sudah menguasai 99 persen pasar nasional sehingga Indonesia mampu bertahan bahkan memenangkan ‘Perang Tak Kasat Mata’ di negeri sendiri.
‘Perang Tak Kasat Mata’ adalah panggilan kepada semua elemen lembaga dan umum untuk bersatu dan memanfaatkan potensi luar biasa dari industri gim. Kita tidak hanya mempertahankan produk dalam negeri tetapi juga membangun kekuatan soft power menuju Indonesia Emas 2045.(*)