Waspadai Pasar Tumpah Tegalgubug
PASAR tumpah selalu menjadi ancaman kemacetan bagi pemudik.
Penulis: M. Ismunadi
Editor: Prawira
PASAR tumpah selalu menjadi ancaman kemacetan bagi pemudik. Keberadaannya pun terkadang dimaklumi karena para pedagang juga hanya berusaha mengeruk keuntungan jelang Idul Fitri.
Tahun ini, pasar tumpah sepertinya akan tetap menjadi ancaman kemacetan bagi pemudik. Waktu digelarnya pasar tumpah yang berdekatan dengan perayaan Idul Fitri 1432 H.
Setidaknya pasar tumpah menjadi ancaman bagi pemudik saat melintasi Pasar Tegalgubug, Arjawinangun, Kabupaten Cirebon. Pasar tumpah di daerah ini selalu buka tiap hari Selasa dan Sabtu, sedang Idul Fitri 1432 H kemungkinan dirayakan pada Selasa di bulan Agustus ini.
"Kalau lihat harinya, kemungkinan bakal macet nanti pas masa mudik,," ungkap Nesha, seorang pedagang toko kelontong di Pasar Tegalgubug. Nesha mengatakan aktivitas pasar tumpah sudah dimulai sejak Senin sore.
Waktu itu para pedagang mulai memadati pinggiran jalan menuju Cirebon untuk mempersiapkan lapak-lapak kayu yang bakal jadi tempatnya berjualan. Para pedagang kemudian akan terus berdagang hingga Selasa siang sekitar pukul 12.00 WIB.
Rentang waktu serupa juga terjadi saat pasar tumpah digelar pada Sabtu. Para pedagang sudah melakukan persiapan sejak Jumat sore. Setelah lapak jualannya berdiri, mereka berjualan hingga Sabtu siang.
Nesha mengatakan sebenarnya Pasar Tegalgubug adalah pasar bertaraf internasional. Namun para pedagang lebih suka memilih pinggiran jalan karena dinilai lebih menguntungkan. "Kalau berada di dalam kadang orang malas masuk.
Tak heran pedagangnya yang keluar," kata Nesha.
Aktivitas pasar tumpah Tegalgubug setidaknya bisa menghabiskan satu dari dua lajur arus lalu lintas menuju Cirebon. Kondisi ini tidak hanya disebabkan keberadaan lapak pasar yang memanfaatkan trotoar jalan, tapi juga ditambah lalu lalang pembeli.
Pasar tumpah bisa mencapai 500 meter. Tak pelak antrean kendaraan bisa mencapai sekitar 2 km. Nesha mengatakan terkadang mereka yang sedang berkendara ikut memanfaatkan keberadaan pasar tumpah dengan membeli sejumlah barang.
Kadang kala, kendaraan bermotor roda dua ikut menambah kemacetan. Terutama ketika pengendara sepeda motor itu melawan arus lalu lintas menuju Cirebon. Mereka memutar karena berusaha mempersingkat jarak.
Pasalnya dari arus kendaraan di wilayah ini, yang terdiri dari empat lajur, dipisahkan dengan pembatas jalan berupa pagar besi dengan tinggi sekitar 1,5 meter. Pagar pembatas itu berada di sepanjang jalan tepat di depan pasar Tegalgubug. (m ismunadi)